Posts

Demi Kasih atau Uang

Sabtu, 3 Agustus 2019

Demi Kasih atau Uang

Baca: Lukas 19:1-10

19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.

19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.

19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.

19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”

19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.

19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

19:9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.

19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu. —Lukas 12:15

Demi Kasih atau Uang

Oscar Wilde, penyair asal Irlandia pernah berkata, “Waktu saya muda, saya pikir uanglah yang terpenting dalam hidup; sekarang setelah saya tua, saya tahu bahwa itu memang benar.” Ia mengatakan itu sebagai guyonan, sementara ia sendiri hanya hidup sampai umur empat puluh enam tahun, jadi belum benar-benar “tua”. Wilde mengerti sepenuhnya bahwa hidup bukanlah soal uang semata-mata.

Uang hanya bersifat sementara, sesuatu yang bisa datang dan pergi. Oleh karena itu, kehidupan ini harus lebih daripada hanya soal uang dan apa yang bisa dibeli olehnya. Yesus menantang orang-orang sezaman-Nya—kaya maupun miskin—untuk mengatur ulang sistem nilai yang mereka anut. Dalam Lukas 12:15, Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Dalam budaya kita yang selalu mengejar lebih banyak, lebih baru, lebih bagus, ada berkat tersendiri ketika kita memiliki kepuasan batin dan sudut pandang yang benar terhadap uang dan harta benda.

Setelah bertemu dengan Yesus, seorang pemimpin muda yang kaya pergi dengan hati sedih, sebab ia tidak rela melepaskan harta bendanya yang banyak (lihat Luk. 18:18-25). Sebaliknya, Zakheus si pemungut cukai melepaskan dengan rela sebagian besar harta yang telah ia kumpulkan sepanjang hidupnya (luk. 19:8). Perbedaannya terletak pada sikap mereka dalam memahami hati Kristus. Oleh anugerah-Nya, kita pun dapat memiliki sudut pandang yang benar terhadap harta benda yang kita miliki agar semua itu tidak berbalik menguasai kita. —Bill Crowder

WAWASAN
Sebagai kepala pemungut cukai, Zakheus adalah orang kaya (Lukas 19:2). Dalam dunia Perjanjian Baru, para pemungut cukai dianggap “orang berdosa” (ay.7) dan sangat dibenci oleh masyarakat karena banyak dari mereka menjadi kaya dengan cara mencurangi orang lain. Tawaran Zakheus untuk memberikan setengah dari harta miliknya kepada yang miskin dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang ia peras (ay.8) membuktikan bahwa hatinya sungguh telah berubah. Hal ini menunjukkan apa yang ia rela serahkan demi Yesus. Kristus pun menghargai Zakheus di depan orang banyak dengan menyebutnya “anak Abraham,” menyatakan keselamatan baginya dan keluarganya (ay.9). Zakheus terhilang, tetapi ia ditemukan dan diselamatkan oleh Anak Manusia (ay.10). —Julie Schwab

Apa yang tidak bisa kamu lepaskan dalam hidup ini? Mengapa demikian? Apakah hal tersebut sesuatu yang bersifat kekal atau hanya sementara?

Bapa, berilah hikmat-Mu agar aku memiliki sudut pandang yang benar terhadap harta benda dan sistem nilai yang mencerminkan kekekalan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 63-65; Roma 6

Handlettering oleh Marcella Liem

Tidak Seperti Kemarin

Kamis, 25 April 2019

Tidak Seperti Kemarin

Baca: Matius 4:1-11

4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.

4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”

4:4 Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

4:5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,

4:6 lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”

4:7 Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,

4:9 dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”

4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

4:11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan. —Ulangan 8:3

Tidak Seperti Kemarin

Saat cucu kami Jay masih kecil, orangtuanya memberinya kaus baru saat ia berulang tahun. Ia langsung memakainya dan dengan bangga mengenakannya seharian.

Keesokan paginya, waktu ia muncul dengan kaus yang sama, ayahnya bertanya,“Jay, kamu senang dengan kaus itu?”

“Lebih senang kemarin,” jawab Jay.

Itulah masalah dari mengumpulkan harta: bahkan barang-barang yang baik dalam hidup ini tidak dapat memberi kita kebahagiaan yang menetap, sesuatu yang sangat kita dambakan. Meskipun kita memiliki banyak harta, bisa jadi kita tetap tidak bahagia.

Dunia menawarkan kebahagiaan dengan mengumpulkan banyak barang: pakaian baru, kendaraan baru, telepon atau jam tangan model terbaru. Namun, tidak ada harta yang dapat membuat kita sebahagia pada saat kita baru mendapatkannya. Kita diciptakan untuk Allah dan di luar Dia, tidak ada sesuatu hal yang bisa membuat kita merasa cukup.

Suatu hari, saat Yesus sedang berpuasa dan kelaparan, Iblis menghampiri-Nya dan mencobai Dia untuk memuaskan rasa laparnya dengan menciptakan roti. Yesus melawan dengan mengutip Ulangan 8:3, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4).

Itu tidak berarti bahwa kita harus hidup hanya dari roti. Yesus justru sedang mengungkapkan sebuah fakta: kita adalah makhluk rohani dan bahwa kita tidak bisa hidup dari materi saja.

Kepuasan sejati ditemukan dalam Allah dan kekayaan rohani yang dianugerahkan-Nya kepada kita. —David H. Roper

WAWASAN

Empat puluh hari puasa Yesus di padang gurun Yudea mencerminkan empat puluh tahun perjalanan Israel di padang gurun Sinai. Dengan mengingat bagaimana Roh Allah memimpin bangsa Israel ke tanah yang gersang itu, Yesus berulang kali mengutip pengalaman tersebut (Ulangan 6:16; 8:3; 10:20), karena Dia juga menghadapi berbagai tantangan yang menguji kepercayaan-Nya kepada Allah dalam memberi makanan dan penyertaan yang menjadi dasar hidup dan misi-Nya (Matius 4:1-2; Ulangan 8:3). Dalam setiap ujian, Yesus memilih untuk percaya pada kebaikan Bapa yang Dia kenal daripada kepuasan (Matius 4:3), bantuan (ay.6), dan kompromi (ay.8-9) yang ditawarkan oleh musuh-Nya (ay.10).—Mart DeHaan

Mengapa harta kekayaan tidak dapat memberi kebahagiaan jangka panjang? Hikmah apa yang telah Anda pelajari dari harapan-harapan Anda di masa lalu?

Ajarlah kami, Allah, apa artinya hidup dengan kekayaan-Mu hari ini. Engkaulah empunya semua yang benar-benar kuperlukan!

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 21–22; Lukas 18:24-43

Handlettering oleh Septianto Nugroho

Uang

Senin, 12 Desember 2016

Uang

Baca: Matius 6:24-34

6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

6:25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,

6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. —Matius 6:24

Uang

Di awal karier saya, saya pernah melakukan suatu pekerjaan yang lebih mirip sebagai pelayanan. Saat itu ada perusahaan lain menawarkan kedudukan yang menjanjikan gaji jauh lebih besar. Jika saya menerima pekerjaan tersebut, kami sekeluarga tentu akan lebih punya banyak uang. Namun ada satu masalah. Saya tidak sedang mencari pekerjaan baru karena saya senang dengan peran saya saat itu, peran yang saya rasakan sesuai dengan panggilan saya.

Namun uangnya itu . . .

Saya pun meminta saran kepada Ayah yang pada waktu itu sudah berusia lebih dari 70 tahun. Walaupun pemikirannya yang dahulu tajam sudah dilemahkan oleh penyakit stroke dan usia lanjut, jawaban beliau sangat tegas dan jelas: “Jangan pikirkan uangnya. Apa yang sebenarnya ingin kau kerjakan?”

Saat itu juga saya membulatkan tekad. Tidak mungkin saya meninggalkan pekerjaan yang saya cintai hanya demi uang! Terima kasih, Ayah.

Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus mencurahkan sebagian besar waktu-Nya untuk berbicara tentang uang dan kegemaran kita akan uang. Dia mengajar kita untuk tidak memohon kekayaan yang berlimpah ruah, melainkan untuk “makanan [kita] yang secukupnya” setiap hari (Mat. 6:11). Dia memperingatkan kita agar tidak menyimpan harta di dunia, dan menunjuk pada burung dan bunga sebagai bukti bahwa Allah sangat mempedulikan makhluk ciptaan-Nya (ay.19-31). “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” kata Yesus, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (ay.33).

Uang memang penting, tetapi uang tidak boleh mengendalikan proses kita dalam mengambil keputusan. Masa-masa yang sulit dan setiap keputusan penting merupakan kesempatan untuk menumbuhkan iman kita dengan cara-cara yang baru. Bapa Surgawi selalu memelihara kita. —Tim Gustafson

Jangan pernah mengira bahwa godaan adalah kesempatan.

Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 9-11; Wahyu 3

Artikel Terkait:

Mengapa Aku Mengundurkan Diri Saat Akan Dipromosi

Di akhir tahun keempatku mengajar, kepala sekolah menawariku sebuah kenaikan gaji dan promosi jabatan. Dan itulah ketika aku mengajukan surat pengunduran diri yang telah aku tulis sebelum hari pertama aku masuk bekerja. Mengapa aku mengundurkan diri saat akan dipromosi? Temukan jawabannya di dalam artikel ini.

Kekayaan Sejati

Selasa, 27 September 2016

Kekayaan Sejati

Baca: Lukas 12:22-34

12:22 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.

12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.

12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!

12:25 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?

12:26 Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?

12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

12:28 Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!

12:29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.

12:30 Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.

12:31 Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.

12:32 Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.

12:33 Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat.

12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. —Lukas 12:34

Kekayaan Sejati

Pada ibadah penghiburan untuk mengenang ayah dari seorang teman, seseorang berkata kepada teman saya itu: “Sebelum bertemu ayahmu, aku belum pernah mengenal seseorang yang merasa begitu senang saat menolong orang lain.” Ayahnya mengambil bagian dalam membangun kerajaan Allah dengan melayani sesama, membawa sukacita dan kasih, serta menjadi sahabat bagi orang-orang asing. Ketika meninggal dunia, beliau meninggalkan warisan kasih yang indah. Sebaliknya, bibi dari teman saya itu—saudari tertua dari sang ayah— memandang harta miliknya sebagai warisan. Ia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya dengan mengkhawatirkan siapa yang akan menjadi pewaris dari harta pusaka dan buku-buku langkanya.

Dalam pengajaran dan teladan yang diberikan Yesus, Dia memperingatkan para pengikut-Nya untuk tidak menimbun harta, melainkan membagikannya kepada orang miskin dan lebih menghargai harta surgawi yang tidak akan berkarat dan rusak. Yesus berkata, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Luk. 12:34).

Kita mungkin berpikir bahwa harta yang kita miliki memberikan makna bagi hidup kita. Namun ketika gawai (gadget) terbaru kita rusak atau kita kehilangan barang yang berharga, kita baru menyadari bahwa hanya hubungan kita dengan Tuhan yang dapat memberi kepuasan dan yang akan bertahan selamanya. Demikian juga kasih dan perhatian kita kepada sesama tidak akan pernah layu dan memudar.

Mintalah kepada Tuhan agar Dia menolong kita untuk melihat dengan jelas hal-hal apa yang kita hargai, menunjukkan di mana hati kita berada, dan menolong kita untuk mencari kerajaan Allah di atas segalanya (12:31). —Amy Boucher Pye

Apa yang kamu hargai? Bacalah kisah tentang manna di padang gurun dalam Keluaran 16. Perhatikan bagaimana kisah tersebut berhubungan dengan perkataan Yesus kepada orang banyak di Lukas 12.

Keadaan hati kita terlihat nyata dari apa yang kita hargai.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 3-4; Galatia 6

Artikel Terkait:

5 Hal yang Menolongku Lepas dari Kecanduan Bermain Game

Setiap hari, Charles menghabiskan berjam-jam waktunya untuk bermain sebuah game ponsel. Setelah sebulan, dia menyadari ada sesuatu yang salah dan memutuskan untuk berhenti bermain game itu sama sekali. Berikut 5 hal yang menolongnya lepas dari kecanduan bermain game. Semoga dapat menolongmu juga.

Harta di Surga

Jumat, 16 Oktober 2015

Harta di Surga

Baca: Matius 6:19-24

6:19 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.

6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.

6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;

6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.

6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. —Matius 6:20

Harta di Surga

Instalasi kabel listrik yang buruk telah membakar habis rumah kami yang baru selesai dibangun. Api meluluhlantakkan rumah kami dalam waktu satu jam tanpa menyisakan apa pun selain puing-puing. Di lain waktu, ketika kami pulang dari gereja di hari Minggu, kami mendapati rumah kami telah dimasuki maling dan beberapa barang kami dicuri.

Di dunia kita yang tidak sempurna ini, kehilangan harta kekayaan adalah hal yang sangat lumrah—mobil dicuri atau ditabrak, kapal tenggelam, gedung runtuh, rumah dilanda banjir, dan barang milik pribadi dicuri. Semua itu membuat nasihat Yesus untuk tidak mempercayakan diri kita pada harta dunia menjadi sangat berarti (Mat. 6:19).

Yesus menceritakan tentang seseorang yang mengumpulkan harta yang sangat banyak dan memutuskan untuk menyimpannya bagi dirinya sendiri (Luk. 12:16-21). Orang itu berkata pada dirinya sendiri: “Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (ay.19). Namun pada malam itu juga, ia kehilangan segalanya, termasuk nyawanya. Yesus menyimpulkan, “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah” (ay.21).

Kekayaan materi hanya bersifat sementara. Tidak ada satu hal pun yang bernilai kekal, kecuali hal-hal yang dimampukan Allah untuk kita lakukan bagi sesama. Memberikan waktu dan sumber daya yang kita miliki untuk mengabarkan Injil, mengunjungi sahabat yang kesepian, dan menolong orang-orang yang membutuhkan hanyalah beberapa cara yang dapat kita tempuh untuk mengumpulkan harta di surga (Mat. 6:20). —Lawrence Darmani

Bagaimana caramu mengumpulkan harta di surga? Bagaimana kamu dapat berubah dan bertumbuh dalam aspek tersebut dalam hidupmu?

Harta kita yang sesungguhnya adalah segala sesuatu yang kita investasikan untuk kekekalan.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 47-49; 1 Tesalonika 4