Posts

Saat Menganggur, Imanku Diuji

Pernahkah kamu merasa putus asa saat mencari pekerjaan? 

Mungkin kamu merasa yakin bisa lolos–ijazahmu baik, kamu punya pengalaman, dan kamu sudah berdoa sungguh-sungguh, tapi ternyata kamu ditolak. Menghadapi banyak penolakan tidaklah mudah, terlebih tuntutan dari keluarga atau lingkungan membuatmu semakin tertekan. 

Saat keadaan sulit menghadang dan berat untuk percaya, mungkin di sinilah kita bisa belajar untuk percaya dan patuh, seperti yang dialami oleh salah satu sobat muda. 

Yuk, simak di bawah dan baca selengkapnya di sini.

Artspace ini diterjemahkan dari YMI (@ymi_today)

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu

Putus Dengan Tuhan Gara-Gara Si Aku

Oleh Edwin Petrus, Medan

Beberapa waktu yang lalu, aku sungguh tidak bisa memfokuskan diri untuk menjalani aktivitas sehari-hariku. Aku melewati hari-hari di minggu itu dengan pola hidup yang tidak jelas. Aku berusaha untuk memusatkan pikiran ke rutinitas yang aku jalani, tetapi aku tidak mampu untuk berkonsentrasi dengan baik. Aku bangun pagi dengan tidak bersemangat. Aku tetap berangkat ke kantor seperti biasa, tetapi aku tidak menemukan energi untuk menyentuh pekerjaanku. Tubuhku hadir di ruang rapat, tetapi jiwaku entah terbang ke mana. 

Sampai di rumah, aku hanya merasakan hasrat yang sangat besar untuk berbaring dan tidak melakukan kegiatan apa pun. Aku berusaha untuk menghibur diri dengan memesan makanan yang enak, tetapi selera makanku juga tidak bertambah. Aku menonton film dan bermain game, tetapi keduanya tidak bisa menghibur kegundahanku.

Kawan, aku mungkin terlihat seperti orang yang putus cinta. Namun, relasiku dengan pacarku baik-baik saja. Relasi dengan orang tua dan teman-temanku juga tidak sedang bermasalah. Memang, ada beberapa peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu dan sepertinya hal itu merupakan pemicu dari ke-mager(malas gerak)-anku ini.

Aku tergerak untuk berdoa dan mencari Tuhan, tetapi rasanya aku tidak tahu harus berkata-kata apa kepada-Nya. Biasanya, aku selalu bersaat teduh setiap hari. Beberapa hari itu, aku tetap membaca Alkitab, tetapi rasanya firman itu sangat hambar. Aku tidak dapat menikmati momen bersekutu dengan Tuhan selama satu pekan itu.

Namun, segala kegelisahanku berakhir di penghujung minggu ketika aku diajak untuk melayani dalam persekutuan doa malam di gereja. Aku bukan seorang yang rutin mengikuti persekutuan doa di gereja, tetapi kadang-kadang aku juga menghadirinya. Sore itu, aku dihubungi oleh salah seorang pengurus yang menanyakan kehadirkanku malam itu. Jikalau aku hadir, aku diminta untuk menggantikan seorang pelayan pujian yang tiba-tiba berhalangan pada hari itu. Aku sungkan untuk menolak, sehingga akhirnya aku mengiyakan saja permintaan dari sang pengurus. 

Saat Persekutuan Doa malam itu dimulai dan pujian demi pujian pun dinyanyikan, aku pun memaksakan diri untuk melantunkan setiap bait dari lagu. Aku merasakan bibir ini sungguh sulit untuk dibuka ketika aku harus bernyanyi “Tuhan Yesus baik, sungguh amat baik, untuk selama-lamanya Tuhan Yesus baik.” Setelah itu doa demi doa pun dinaikkan. Pemimpin doa mengajak jemaat untuk membuka suara dan menaikkan doa. Aku sungguh tidak bisa berdoa. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. 

Kesukaran untuk bernyanyi dan berdoa pada malam hari itu menyadarkanku kalau ternyata relasi aku dengan Tuhan sedang tidak baik-baik saja. Aku merasakan ada penolakan dari diriku untuk memuji dan mengagungkan Dia. Namun, aku pun menemukan kalau Roh Kudus tidak berhenti untuk melembutkan hatiku dan mengubahkanku. Ketika Roh Kudus mulai bekerja, aku pun merasa kalau diriku masih enggan untuk menyambut kasih Tuhan. Namun, pelan-pelan aku mulai bisa merasakan damai sejahtera dari Tuhan dan aku pun bisa dengan lebih leluasa menyanyikan kebaikan Tuhan serta mengucapkan syukur dan permohonan kepada-Nya. 

Sepulang dari gereja, aku mencoba untuk mengingat kembali apa yang menjadi penyebab dari relasiku dengan Tuhan yang rusak itu. Jawabannya adalah AKU.

Aku adalah Sumber Masalah

Ternyata, ‘aku’ adalah sumber masalah yang menghalangi diri kita untuk terus terkoneksi dengan Tuhan. Ke-aku-an yang masih melekat dalam diri Edwin adalah penyebab dari masalah sepele yang sedang kualami. Memang benar, aku sempat menemukan permasalahan dalam bidang pelayanan yang menjadi tanggung jawabku. Namun, masalah itu bukan persoalan yang sangat rumit seperti pikiranku yang sudah terlalu berlebihan (overthinking). Akibatnya, tanpa disadari pikiran itu membuat aku untuk menjauhi Tuhan. 

Kawan, ke-aku-an ini ternyata bisa muncul dalam berbagai bentuk: gengsi untuk menunjukkan kelemahan diri, ekspekstasi bahwa segala sesuatu harus terjadi sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan, kesombongan yang mau mengontrol segala sesuatu, pujian atas prestasi, atau pun penerimaan dan penghargaan atas segala usaha keras. 

Ketika Tuhan mengizinkan sedikit gejolak dan perubahan, si ‘aku’ menjadi terganggu. Jadinya, ‘aku’ marah dengan Tuhan dan mungkin juga berimbas pada kemarahan terhadap orang lain. Jadi, sebelum kita mempersalahkan pihak lain, terkadang kita perlu mengecek diri sendiri, apakah justru ‘aku’ yang berdosa ini menjadi sumber masalahnya, sehingga ‘aku’ tidak bisa melihat dan merasakan kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Aku adalah Berhala

Si ‘aku’ ternyata bisa jadi berhala yang menghalangi relasi kita dengan Tuhan. Berhala zaman now bukan lagi hanya sekadar patung yang disembah. Ketika posisi Tuhan yang seharusnya menempati urutan nomor satu dalam hidup kita, tergantikan oleh pribadi atau benda lainnya, maka hal itu adalah berhala. 

Aku selalu berdoa dan berharap kalau pelayanan di gereja bisa berjalan dengan baik dan mulus. Sisi perfeksionisku seakan tidak bisa menerima kalau ada sesuatu yang kurang baik di dalam pelayanan di gereja. Tanpa disadari, aku sudah menjadi penguasa dalam pelayanan gerejawi yang dipercayakan kepadaku. Padahal, gereja adalah tubuh Kristus dan Kristuslah yang seharusnya berkuasa dan aku hanya seorang pelayan yang dipercayakan untuk mengurusinya. Ketika ada ketidakberesan yang terjadi, aku menjadi kesal dan inilah awal mula relasiku dengan Tuhan menjadi terganggu pada minggu itu. 

Aku seharusnya bersyukur jika Tuhan yang datang terlebih dahulu untuk melawat aku yang sudah menjauhi-Nya. Namun, ketidakmauanku untuk melepaskan ego akhirnya menjadi penghalang bagiku untuk kembali berelasi dengan Dia. Aku bersyukur kalau Roh Kudus melembutkan hatiku untuk tidak lagi memberhalakan diriku dengan menganggap bahwa aku sudah bertindak benar. Tidak mungkin relasiku dengan Tuhan akan baik jika aku sujud menyembah kepada berhala (Keluaran 20:3-6).

Aku adalah Sel Kanker

Ke-aku-an yang masih hidup dalam diri kita juga adalah sel-sel kanker yang sangat berbahaya. Seperti para penderita kanker yang harus menjalani kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker, anak-anak Tuhan pun perlu mematikan ‘aku’ yang masih hidup dalam diri kita. Oleh kasih anugerah Tuhan yang dinyatakan melalui pengorbanan Kristus, kita telah ditebus dari hutang dosa kita (1Korintus 6:20). Seperti yang dituliskan Paulus kepada jemaat di Efesus, sebagai manusia baru di dalam Kristus, kita perlu menanggalkan manusia lama kita (Efesus 4:22) yaitu si ‘aku’ yang ada di dalam diri kita. 

Langkah hidup kita yang mengikuti Yesus adalah perjalanan seumur hidup untuk terus menanggalkan si ‘aku’ yang masih bersarang di dalam segala aspek hidup kita. Tentunya, ‘aku’-‘aku’ ini perlu terus diberantas agar relasi kita dengan Tuhan dapat semakin intim.

Aku menyadari bahwa perjuangan kita untuk melawan si ‘aku’ tidak mudah. Aku pun pernah mengalami jatuh bangun untuk melawan si ‘aku’ ini. Jadi, kita perlu selalu bergantung pada kekuatan dari Roh Kudus untuk dapat memenangkan peperangan ini. Sampai pada akhirnya, kita dapat berkata: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20)

Kawan, selamat berjuang untuk melawan dan melepaskan si ‘aku’ dengan diam di dalam Kristus dan mengandalkan-Nya setiap hari!

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥