Posts

5 Alasan Mengapa Kita Perlu Mendoakan Orang Lain

5-alasan-mengapa-kita-perlu-mendoakan-orang-lain

Oleh M. Tiong, Malaysia
Artikel asli dalam bahasa Mandarin: 代祷,真的有用吗?(有声中文)

“Aku akan berdoa untukmu.”

Aku yakin semua orang Kristen pasti tidak asing lagi dengan kalimat ini. Mungkin ini merupakan jawaban paling umum yang akan diberikan oleh sesama orang Kristen ketika kita bercerita tentang pergumulan yang sedang kita hadapi.

Tapi, apakah mendoakan orang lain itu memang benar-benar ada gunanya? Jujur saja, dulu aku merasa ragu. Jika mendoakan orang lain memang benar-benar ada gunanya, lalu mengapa masih ada kerabatku yang tak kunjung percaya kepada Tuhan? Jika mendoakan orang lain memang benar-benar efektif, lalu mengapa orang yang sakit belum juga sembuh? Jika doa itu memang besar kuasanya, mengapa masih ada orang Kristen yang teraniaya?

Lagipula, bukankah Tuhan itu Mahatahu? Bukankah Tuhan pasti sudah tahu apa yang seseorang butuhkan, bahkan jika kita tidak mendoakannya sekalipun?

Beberapa waktu lalu, aku membuka Alkitabku. Aku ingin mencari tahu lebih banyak apakah fungsi dan pentingnya berdoa untuk orang lain. Dari waktu singkat yang aku luangkan untuk membaca Alkitab, ada 5 hal yang firman Tuhan ajarkan kepadaku. Kelima hal inilah yang mendorongku untuk mengoreksi kembali cara pandang dan keraguanku akan gunanya mendoakan orang lain. Jika kamu mengalami keraguan yang sama sepertiku, aku berdoa supaya kelima hal yang aku coba jabarkan di bawah ini dapat membantumu untuk memahami pentingnya mendoakan orang lain.

1. Kita menyenangkan hati Tuhan ketika kita mendoakan orang lain

Dalam Yesaya 59, Tuhan tertegun karena tidak ada seorangpun yang berdoa kepada-Nya mewakili Israel. Yesaya menulis, “Ia melihat bahwa tidak seorangpun yang tampil, dan Ia tertegun karena tidak ada yang membela. Maka tangan-Nya sendiri memberi Dia pertolongan, dan keadilan-Nyalah yang membantu Dia” (Yesaya 59:16).

Jika kita ingin menyenangkan hati Tuhan, maka sudah seharusnya kita mengasihi sesama kita dan mendoakan mereka. Sebagai contoh, kita bisa datang ke ibadah doa mingguan yang diadakan di gereja dan berdoa bagi apa yang gereja kita butuhkan.

Bagiku pribadi, sejujurnya aku merasa kecewa dengan sebagian kebijakan hukum dan politik yang disahkan di negaraku. Mungkin jika aku memandang kondisi negaraku saat ini, aku dapat dengan mudahnya bersikap masa bodoh dan berhenti mendoakan negaraku. Namun, Tuhan meningatkan aku kembali lewat pasal ini supaya aku tetap bertekun di dalam doa, karena doa-doaku menyenangkan hati-Nya.

2. Kita mengikuti teladan Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya ketika kita mendoakan orang lain

Yesus mengajarkan kita demikian: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Yesus sendiri menjadi teladan ketika Dia meminta Bapa mengampuni orang-orang yang menganiaya-Nya. Padahal, Yesus bisa saja dengan mudah mengutuk mereka. Namun, Yesus memilih untuk mendoakan orang-orang yang menganiaya-Nya (Lukas 23:24). Yesus menjadi teladan bagi kita, supaya kita tahu bahwa di dalam Dia, kita juga mampu melakukannya.

Ketahui jugalah bahwa Yesus peduli akan mereka yang mendoakan orang lain. Dalam pelayanan-Nya yang berlangsung sekitar tiga tahun, Yesus menjawab banyak permohonan dari orang-orang yang datang kepada-Nya. Sebagai contoh, coba tengok kisah seorang perwira yang berdoa bagi hambanya (Matius 8:5-13), atau kisah kepala rumah ibadat yang berdoa bagi anak perempuannya yang sakit parah (Matius 9:18-26), atau kisah seorang ayah yang berdoa bagi anaknya yang kerasukan (Markus 9:14-29), dan banyak lagi. Maukah kita sekalian belajar dari teladan mereka dan mendoakan seseorang yang kita kenal?

Aku memiliki daftar nama orang-orang yang selalu kudoakan secara rutin. Di dalam daftar ini juga terdapat kerabat-kerabatku yang belum mengenal Yesus, teman-temanku yang pertumbuhan imannya stagnan, dan juga anak-anak yang kulayani melalui organisasi World Vision International. Satu hal yang membuatku tidak jemu-jemu mendoakan mereka adalah karena aku tahu Tuhan menjawab doa-doaku. Salah satu doa yang Tuhan jawab adalah doa bagi temanku yang sempat mengalami depresi. Sekarang, dia sudah mulai dapat kembali berinteraksi dengan orang-orang serta lebih banyak tersenyum. Aku sangat bersyukur karenanya.

3. Kita mendekatkan diri kita kepada hati Tuhan ketika kita mendoakan orang lain

Tuhan memiliki rencana dalam setiap keputusan yang diambil-Nya. Dosa yang begitu besar yang dilakukan oleh Sodom dan Gomora membuat Allah murka sehingga Dia ingin memusnahkan seluruh kota itu (Kejadian 18).

Namun, kala itu Abraham berdoa dan bahkan bernegosiasi dengan Allah supaya Sodom dan Gomora jangan dimusnahkan apabila sedikitnya ada 10 orang benar di dalamnya. Alih-alih marah atas permohonan Abraham, Allah malah menjawabnya dengan penuh kesabaran.

Mungkin saja Allah sebenarnya senang mendengar permintaan Abraham, karena Allah melihat betapa Abraham mengasihi dan menyayangi nyawa sesamanya manusia. Aku yakin peristiwa ini membuka mata Abraham akan betapa dalamnya kasih Allah terhadap manusia. Jika setidaknya masih ada satu saja orang benar di Sodom dan Gomora, Allah bisa saja membatalkan rencana-Nya.

Pada akhirnya, Allah mengirim dua malaikat-Nya untuk menyelamatkan keponakan Abraham, yaitu Lot berserta anak dan istrinya sebelum kota Sodom dimusnahkan. Melalui peristiwa ini, Allah kembali menunjukkan kasih setia-Nya. Oleh sebab itu, ketika kita tetap berdoa, perlahan-lahan kita akan dimampukan untuk mengerti hati Allah.

4. Kita meningkatkan kemampuan berempati ketika kita mendoakan orang lain

Ketika kita merasa tidak mampu dan tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menolong sesama kita, jangan lupa bahwa sebagai orang Kristen, kita memiliki kuasa doa. Mungkin kita tidak mengerti sepenuhnya persoalan apa yang sedang dihadapi oleh mereka, namun ketekunan doa kita bagi mereka akan membuat kita belajar bagaimana rasanya berada di posisi mereka yang sedang bergumul. Dengan demikian, empati kita terhadap sesama akan terus bertumbuh.

Ketika aku berdoa bagi para misionaris, aku dapat membayangkan bagaimana sulitnya berada di luar negeri sendirian serta jauh dari rumah. Ketika aku berdoa bagi saudara-saudari seiman yang teraniaya, aku dapat merasakan bagaimana beratnya penderitaan mereka.

Terlebih lagi, mereka yang sedang bergumul akan merasa dikuatkan ketika mereka tahu bahwa ada orang-orang yang tekun berdoa untuk mereka. Ketika kita menunjukkan rasa empati kita terhadap orang lain, maka kita sedang mempraktikkan kasih Allah, dan menghibur mereka yang sedang berada dalam kesulitan.

5. Kita saling meringankan beban satu sama lain ketika berdoa untuk orang lain

Persoalan yang kita hadapi mungkin tidak akan selesai secara instan setelah didoakan. Namun, Roh Kudus mampu menguatkan dan menghibur mereka yang kita doakan.

Ketika aku sedang mengejar gelar S-2, aku pernah merasa kewalahan karena begitu banyak tugas yang harus aku kerjakan. Tapi, aku tidak mau menceritakan hal ini kepada keluargaku karena aku takut mereka akan mengkhawatirkanku. Di negeri yang asing, saat itu aku tidak memiliki teman untuk diajak berdiskusi. Akibatnya, aku tiba di titik di mana aku merasa ingin menyerah dan pulang ke negara asalku.

Sembari memikul semua beban itu sendiri, aku pergi ke ibadah doa di suatu gereja. Di sana, ada beberapa saudari seiman yang bersedia mendengarkan permasalahanku dan mendoakanku. Air mataku bercucuran ketika mereka berdoa untukku, dan barulah setelah itu aku merasa bebanku menjadi lebih ringan.

Sekarang aku sedang mengejar gelar S-3. Walaupun tugas-tugas yang harus kukerjakan tetap banyak hingga aku serasa ingin menyerah, tetapi aku tahu bahwa di luar sana ada orang-orang yang selalu mendoakanku supaya aku beroleh kekuatan dari Tuhan.

Ketika kita berdoa untuk orang lain, kita sedang mengubah diri kita dari seorang yang egois menjadi seorang yang mengasihi Allah dan sesama manusia.

Ketika teman kita menceritakan pergumulannya kepada kita, pernahkah kita menjawab: “Aku akan mendoakanmu”, tapi pada akhirnya kita tidak melakukannya? Atau mungkin kita malah menganggap jawaban itu sebagai cara ampuh supaya tidak diusik lagi? Ingatlah, bahwa doa bukanlah sesuatu yang bisa kita permainkan. Mulai sekarang, ketika teman kita menceritakan pergumulan mereka, cobalah ganti jawaban kita menjadi: “Aku mau mendoakanmu sekarang”. Lalu ajaklah dia berdoa bersama denganmu saat itu juga.

Mungkin kamu juga memiliki pokok doa yang sudah lama belum dijawab, namun janganlah kamu menjadi tawar hati karena setiap doa yang kamu naikkan takkan pernah sia-sia. Marilah kita belajar dari doa Yesus di Lukas 22:42. Mintalah supaya kehendak Allah yang jadi dalam hidup kita, dan bukan kehendak kita sendiri.

Baca Juga:

Untuk Indonesia, Aku Tetap Optimis!

Melihat negeriku dipenuhi dengan banyak masalah, seringkali aku jadi suka membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain dan bertanya-tanya: Mengapa aku seorang Indonesia? Namun, tatkala aku mulai pesimis akan kondisi bangsaku, di sinilah Tuhan mengingatkanku kembali bahwa negeri ini memiliki masa depan.

Yuk Belajar dari 5 Pasangan di dalam Alkitab yang Takut akan Allah

Oleh M. Tiong, Malaysia
Artikel asli dalam bahasa Mandarin: 从圣经中的5对夫妇看上帝的感情观(有声中文)

Dulu, aku pikir oke-oke saja untuk berpacaran selama aku merasa cinta. Aku tidak sadar bahwa sebelum aku berpacaran, seharusnya aku mendoakannya terlebih dahulu kepada Allah.

Dulu, aku pikir ketika perasaan cinta itu pudar, maka itulah saatnya untuk putus. Aku tidak sadar bahwa sebuah hubungan itu perlu dipelihara.

Mulai dari cinta monyet semasa sekolah, berpacaran semasa kuliah, hingga kembali jomblo setelah lulus, aku telah merasakan perjalanan emosional yang berliku-liku. Aku sampai pada sebuah titik di mana aku merasa sepertinya Allah sudah tidak lagi mengasihiku. Mengapa orang lain bisa berhasil dalam membangun hubungan mereka, sedangkan aku terus gagal? Dan mengapa akhirnya bukan hanya aku yang sakit hati, tapi aku juga membuat mantan-mantan pasanganku sakit hati? Padahal, aku sudah serius dalam menjalin hubungan.

Setelah sekian lama, aku baru sadar bahwa selama ini aku hanya memandang hubungan itu dari kacamataku sendiri. Ketika aku merasa cinta dengan seseorang, tanpa pikir panjang aku langsung berpacaran dengannya, karena aku menyangka perasaan itu berasal dari “Roh Kudus”. Namun, tanpa pikir panjang pula aku akhiri hubunganku ketika berbagai masalah membuatku lelah secara jasmani dan rohani. Dengan seenaknya sendiri aku menganggap bahwa berbagai masalah itu adalah tanda bahwa kami harus putus. Begitulah aku akhirnya putus dengan mantan-mantan pacarku.

Berbagai film dan tayangan televisi mengajak kita untuk mengandalkan perasaan kita sendiri. Kita diajak untuk mengejar hubungan-hubungan yang romantis, menyenangkan, dan luar biasa. Lalu, ketika segala perasaan cinta ini sirna, mereka mengatakan bahwa itulah saatnya untuk mengakhiri hubungan. Tapi, benarkah itu? Apa kata Alkitab tentang hal ini?

Suatu hari, sebuah pikiran terlintas di kepalaku: Mengapa kita tidak belajar dari pernikahan-pernikahan kudus di dalam Alkitab untuk mencari tahu pemikiran Allah?

Izinkanlah aku membagikan apa yang aku pelajari dari lima pasangan yang ada di dalam Alkitab berikut ini.

1. Ishak dan Ribka:
· Doakanlah pernikahanmu.
· Cinta bukanlah hanya sebuah perasaan, tapi juga sebuah komitmen yang penting.

Ribka adalah seorang perempuan yang berasal dari suku yang sama dengan Abraham. Dia dipilih oleh hamba Abraham untuk menjadi istri bagi Ishak (putra Abraham) setelah sang hamba menanyakannya kepada Allah di dalam doa. Di sini aku melihat sebuah prinsip yang sangat penting untuk sebuah hubungan: pilihlah seorang pasangan di antara orang-orang percaya. Memilih pasangan itu bukan secara acak ataupun hanya berdasarkan perasaan saja, tapi haruslah berdasarkan doa yang dilakukan dengan setia. Apabila kita memilih bersama dengan orang-orang yang belum percaya, kita akan menghadapi perbedaan prinsip dan kepercayaan, atau lebih parahnya lagi, bisa saja kita jadi mengikuti tradisi kepercayaan mereka dan meninggalkan Allah dan ajaran-Nya.

Hal kedua yang aku pelajari dari hubungan Ishak dan Ribka adalah ini: cinta adalah sebuah keputusan. Meskipun Ishak dan Ribka belum pernah bertemu sebelumnya, mereka dapat saling mencintai sepanjang hidup mereka. Pada zaman itu, cukup umum bagi laki-laki untuk memiliki lebih dari seorang istri. Tapi, Ishak memilih untuk menghabiskan hidupnya hanya dengan Ribka seorang. Hubungan pernikahan mereka menunjukkan pada kita bahwa saat kamu memutuskan untuk mencintai seseorang dan mengikatnya dengan janji suci, kita dapat percaya bahwa Allah akan terus memampukan kita untuk terus mencintai satu sama lain hingga pada akhirnya, bahkan ketika berbagai kesulitan muncul di dalam pernikahan.

2. Boas dan Rut:
· Dengarlah nasihat orang-orang yang lebih dewasa.
· Bagaimanapun masa lalumu, percayalah bahwa Allah selalu menerimamu.

Rut adalah seorang asing di antara bangsa Yahudi, dan juga seorang janda. Meskipun demikian, dia mengasihi ibu mertuanya, Naomi. Rut menaati nasihat Naomi untuk mendekati Boas. Lalu, seperti yang kita tahu, pada akhirnya kisah Rut, Boas, dan Naomi berakhir dengan bahagia. Dari kisah ini, aku belajar bahwa Allah tidak memandang rendah seseorang, apapun latar belakangnya. Yang Allah pedulikan adalah hati kita. Rut memilih untuk percaya kepada Allah—Allah yang sama yang kepada-Nya ibu mertuanya percaya. Dia juga taat kepada ibu mertuanya yang lebih dewasa ini, sehingga pada akhirnya Rut menjadi seorang yang diberkati Allah, dan bahkan namanya pun tercantum dalam silsilah Yesus.

Dulu, aku berpikir bahwa Allah hanya memberkati hubungan mereka yang menikah dengan pacar pertama mereka. Namun ternyata tidak demikian. Allah menerima kita, tidak peduli seperti apa masa lalu kita. Menariknya lagi, dari kisah Rut dan Boas aku belajar bahwa tidak selalu perempuan harus menunggu laki-laki untuk memulai suatu hubungan. Kadang, perempuan juga dapat memberikan tanda-tanda (yang pantas dan di waktu yang tepat) kepada laki-laki yang “lebih pasif”. Tentunya dengan catatan bahwa segala tindakan itu sesuai dengan kehendak Allah. Bagi laki-laki, mereka harus memikirkan matang-matang dan juga meminta nasihat saudara seiman yang lebih dewasa sebelum mendekati seorang perempuan.

3. Yusuf dan Maria:
· Cinta harus dibuktikan dengan tindakan.
· Kita dapat menyelesaikan pekerjaan Allah bersama-sama dengan cara menaati-Nya dan takut akan Dia.

Ketika Maria mengandung Yesus dari Roh Kudus, Yusuf menghindari untuk menceraikan Maria secara terang-terangan demi menjaga nama baik dan keselamatan Maria. Pada masa itu, apabila seorang perempuan melakukan zina dengan laki-laki lain yang bukan pasangannya, pasangannya itu berhak untuk menceraikan dia secara terang-terangan dan sang perempuan akan dirajam sampai mati. Namun, Yusuf tidak melakukan hal itu karena dia mencintai Maria dan takut akan Allah. Maria juga adalah seorang perempuan yang takut akan Allah, dan bersedia menanggung risiko dari mengandung Yesus.

Mencintai seseorang harus dibuktikan dengan tindakan. Yusuf membuktikan cintanya kepada Maria dengan cara menghormati, melindungi, dan menikahinya. Ketika orang-orang jahat mencari-cari mereka untuk membunuh bayi Yesus, mereka saling menopang melewati segala tantangan. Yusuf dan Maria adalah contoh pasangan yang takut akan Allah, yang bersama melewati masa-masa suka dan duka. Semuanya itu mereka lakukan bagi Allah. Betapa indahnya memiliki pasangan yang seiman dan yang dapat menjaga komitmennya terhadap Kristus dan terhadap pasangannya.

4. Akwila dan Priskila:
· Jadilah pasangan yang berkomitmen kepada Kristus.
· Bangunlah keluarga dengan Kristus sebagai kepalanya, dan berikan segala yang kamu miliki bagi Kerajaan Allah.

Meskipun pasangan ini tidak seterkenal pasangan-pasangan lain yang telah kita bahas sebelumnya, aku sungguh mengagumi komitmen mereka kepada Allah. Meskipun mereka sibuk bekerja, mereka selalu dengan hangat menyambut pelayan-pelayan Allah seperti Paulus dan Apolos (Kisah Para Rasul 18). Mereka membuka pintu rumah mereka untuk dipakai menjadi tempat pertemuan (1 Korintus 16) dan secara aktif mengejar segala kesempatan untuk memperluas Kerajaan Allah.

Allah tidak hanya ingin keluarga-keluarga diselamatkan, tapi juga melayani-Nya. Memberikan rumah kita untuk dijadikan tempat pertemuan tidak hanya membutuhkan uang, tapi juga waktu dan tenaga. Di sini kita melihat sebuah contoh pelayanan yang dilakukan oleh keluarga awam, yang merupakan wujud nyata dari ayat Alkitab berikut ini: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37), dan “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15).

Selain itu, dua lebih baik daripada satu. Selain dapat saling berbagi suka-duka kehidupan, sebuah pasangan dapat saling mendoakan, melayani Allah, dan melayani sesama bersama-sama. Ini adalah sebuah gambaran yang sangat indah. Ketika aku menyaksikan sendiri bagaimana tidak enaknya melihat pasangan yang tidak sepadan—yang seorang antusias melayani Allah, namun yang seorang lagi tidak—aku jadi semakin sadar akan betapa pentingnya doa dalam proses mencari seorang pasangan yang sepadan dengan kita. Hanya pasangan yang sepadan saja yang dapat membangun sebuah keluarga dengan Kristus sebagai kepalanya.

5. Zakharia dan Elisabet:
· Setialah berdoa dan sabarlah menunggu waktu Allah.
· Berserahlah penuh kepada kehendak Allah dengan penuh kerendahan hati.

Menurut Lukas 1, Zakharia dan Elisabet adalah pasangan yang tetap setia melayani Allah meskipun usia mereka telah lanjut. Secara khusus, aku mengingat kisah ketika Zakharia menjabat sebagai imam dan malaikat Allah datang kepadanya dan memberitahunya bahwa doanya sudah dijawab: Allah akan mengaruniakannya seorang anak. Kisah ini mengingatkanku bahwa Allah selalu mendengar doa-doa kita. Namun, bagaimana Allah menjawabnya adalah tergantung kepada kehendak-Nya.

Dalam kisah ini, kita juga melihat kelemahan Zakharia dan Elisabet. Zakharia menjadi bisu untuk sementara waktu karena kurang percaya, dan Elisabet juga takut untuk menceritakan kepada orang lain tentang kehamilannya. Namun, meskipun mereka memiliki kelemahan, itu tidak menjadi hambatan bagi Allah untuk memakai mereka untuk menggenapi rencana-Nya. Ketika bayi mereka lahir, mereka menaati Allah dan menamai bayi itu Yohanes. Setelah berdoa bertahun-tahun untuk memiliki anak, Zakharia dan Elisabet rela memberikan anak mereka bagi pekerjaan Allah, dan taat kepada Allah dalam memberikan nama bagi anak mereka. Penyerahan diri seperti itulah yang perlu aku pelajari.

* * *

Kelima pasangan ini memiliki kelemahan mereka masing-masing, namun ada satu persamaan yang mereka miliki: masing-masing dari mereka takut akan Allah dan taat kepada Allah. Teladan Akwila dan Priskila secara khusus mengingatkanku untuk terus melayani Allah kapan saja dan di mana saja.

Alkitab memiliki banyak contoh lain yang dapat mengajari kita tentang sebuah hubungan. Lima pasangan yang aku sebutkan di atas hanyalah beberapa saja dari sekian banyak itu, tapi kelima pasangan inilah yang begitu menyentuhku secara pribadi. Lewat mempelajari kisah-kisah kehidupan mereka, aku dapat menjadi lebih baik dalam menghadapi perasaan tidak aman yang diakibatkan hubungan-hubunganku di masa lalu. Kelima pasangan ini juga yang menginspirasiku untuk membangun hubungan yang berkenan kepada Allah dan membantuku untuk memfokuskan kembali pandanganku kepada Allah. Aku harap apa yang aku pelajari tentang hubungan dari kelima pasangan ini juga dapat bermanfaat bagimu dalam menjalin hubunganmu.

Baca Juga:

Ketika Malam Tirakatan Mengajariku Cara untuk Mencintai Indonesia

Satu hari menjelang peringatan hari kemerdekaan, lingkungan tempat tinggalku selalu mengadakan acara tirakatan—sebuah acara untuk merenungkan dan merefleksikan kembali makna kemerdekaan Indonesia. Di acara malam tirakatan, seluruh warga, tak peduli apapun latar belakangnya bersatu padu mensyukuri dan merayakan kemerdekaan Indonesia.