Posts

Keajaiban Natal

Minggu, 22 Desember 2013

Keajaiban Natal

Baca: 1 Tawarikh 16:7-13

Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya. —1 Tawarikh 16:12

Setelah melalui semester pertama saya di seminari, keluarga kami diberi tiket pesawat untuk pulang merayakan Natal. Pada malam sebelum penerbangan kami, kami menyadari bahwa uang yang kami miliki masih kurang $20 (±Rp. 200.000) untuk biaya parkir, transportasi, dan hal-hal tak terduga lainnya di sepanjang perjalanan. Dengan hati sedih, kami memutuskan untuk mendoakan hal ini. Meskipun anak-anak masih kecil (usia 6 dan 2 tahun), kami mengajak mereka untuk berdoa bersama.

Saat sedang berdoa, kami mendengar bunyi langkah kaki di lorong apartemen, lalu kami melihat ada sehelai amplop yang diselipkan di bawah pintu apartemen kami. Di dalam amplop tersebut, ada pemberian uang sebesar $50 dari seseorang yang tidak kami ketahui namanya.

Wajah putri kami yang berusia 6 tahun memancarkan kekaguman yang sama seperti kekaguman yang ada dalam hati kami. Pada saat itulah Allah yang Mahakuasa menorehkan nama-Nya pada hati seorang gadis kecil dengan cara mendengar dan menjawab langsung doa kami. Seperti pemazmur Daud, kami dapat menyaksikan “segala perbuatan-Nya yang ajaib” (1Taw. 16:9).

Itulah juga yang terjadi pada malam Natal yang pertama, ketika Allah yang agung, Mahakuasa, dan Mahatahu menorehkan nama-Nya pada hati umat manusia. Dia membuat kita takjub dengan kemurahan hati-Nya dalam mengampuni kita dan sukacita atas kasih-Nya yang tanpa syarat kepada kita. Kelahiran Kristus merupakan jawaban atas doa-doa kita yang sungguh-sungguh rindu menerima kasih dan pengampunan. Dapatkah Anda merasakan keajaiban itu? —RKK

Tuhan, perkenankan aku merasakan lagi keajaiban Natal,
yang kurasakan saat pertama kalinya aku bertemu Yesus;
karena aku rindu untuk menceritakan kisah ini dan
segala sukacita yang kurasakan pada saat itu.

Hidup penuh keajaiban akan menjadi milik kita ketika kita mengenal Kristus yang lahir di hari Natal.

Allah Di Dalam Badai

Minggu, 27 Oktober 2013

Allah Di Dalam Badai

Baca: Ayub 37:14-24

Yang Mahakuasa, . . . besar kekuasaan dan keadilan-Nya. —Ayub 37:23

Di suatu subuh, angin mulai bertiup dan tetes hujan sebesar kerikil menerpa rumah saya. Saya mengintip ke luar untuk melihat langit kelabu kekuningan dan mengamati batang-batang pohon yang meliuk-liuk diterpa angin kencang. Sulur-sulur petir menerangi langit disertai derak guntur yang menggelegar. Listrik pun sempat mati, lalu menyala lagi, dan saya bertanya-tanya sampai berapa lama cuaca buruk ini akan berlangsung.

Setelah badai berlalu, saya membuka Alkitab untuk memulai hari saya dengan membaca Kitab Suci. Saya membaca sebuah bagian dalam kitab Ayub yang membandingkan kuasa Tuhan dengan kekuatan badai yang kuat di alam semesta. Teman Ayub, Elihu, berkata, “Allah mengguntur dengan suara-Nya yang mengagumkan” (37:5). Dan, “Kedua tangan-Nya diselubungi-Nya dengan kilat petir dan menyuruhnya menyambar sasaran” (36:32). Memang, Allah itu “besar kekuasaan dan keadilan-Nya” (37:23).

Dibandingkan dengan Allah, kita adalah manusia yang tak berdaya. Kita tidak sanggup membangun jiwa kita sendiri, memulihkan hati kita sendiri, atau mengatasi ketidakadilan yang sering kita alami. Namun bersyukurlah, Allah yang menguasai badai itu mempedulikan makhluk-makhluk yang tidak berdaya seperti kita; “Dia ingat, bahwa kita ini debu” (Mzm. 103:14). Lebih dari itu, Allah “memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (Yes. 40:29). Karena Allah itu kuat, Dia dapat menolong kita yang lemah. —JBS

Kunyanyikan keagungan kuasa Allah
Yang membuat gunung-gunung menjulang,
Yang menebarkan air laut mengalir luas
Dan yang membuat langit begitu tinggi. —Watts

Allah adalah sumber kekuatan kita.

Tantangan Yang Berbahaya

Minggu, 6 Oktober 2013

Tantangan Yang Berbahaya

Baca: 2 Tawarikh 20:1,15-22

Sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah. —2 Tawarikh 20:15

Di hadapan jutaan orang yang menonton lewat televisi, Nik Wallenda berjalan menyeberangi Air Terjun Niagara di atas seutas kabel sepanjang kira-kira 550 m yang berdiameter hanya 12,7 cm. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mencegah kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun selain menghadapi tantangan dari ketinggian yang mencekam dan derasnya air di bawah yang berbahaya, ada kabut tebal yang menghalangi pandangan Nik, tiupan angin yang mengancam keseimbangannya, dan cipratan air terjun yang mengganggu pijakannya. Di tengah-tengah—dan mungkin karena—ancaman bahaya tersebut, ia berkata bahwa ia “banyak berdoa” dan memuji Allah.

Bangsa Israel juga memuji Allah di tengah tantangan yang berbahaya berupa suatu laskar besar yang berkumpul untuk memerangi mereka (2Taw. 20:2). Setelah merendahkan diri untuk meminta pertolongan Allah, Raja Yosafat memerintahkan para pemuji untuk berbaris maju ke medan pertempuran di depan pasukan Israel. Mereka bernyanyi: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (ay.21). Ketika mereka mulai memuji, Tuhan membuat pasukan musuh saling menyerang dan menghancurkan satu sama lain.

Memuji Allah di tengah suatu keadaan yang menantang mungkin mengharuskan kita untuk menolak mengikuti desakan dari naluri kita. Kita cenderung membela diri sendiri, menyusun strategi, dan merasa khawatir. Namun, menyembah Allah dapat melindungi hati kita dari pemikiran yang membuat gelisah dan sikap mengandalkan diri sendiri. Kita diingatkan pada pelajaran yang telah dipetik oleh bangsa Israel: “Bukan [kita] yang akan berperang melainkan Allah” (ay.15). —JBS

Tuhan, aku memuji-Mu, karena belas kasih-Mu kekal.
Tolonglah aku untuk mengingat bahwa dalam setiap peperangan
hidup ini, Engkaulah yang berperang. Hasil akhirnya
tergantung pada-Mu karena Engkaulah yang berdaulat.

Apa pun yang ada di depan kita, Allah selalu mendukung kita dari belakang.

Jauh Lebih Banyak

Jumat, 4 Oktober 2013

Jauh Lebih Banyak

Baca: Efesus 3:14-21

Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. —1 Yohanes 4:4

Semua itu takkan terjadi, Tante Julie. Sudahlah, hapus saja pikiran itu dari pikiran Tante.”

“Aku tahu kemungkinan besar itu tidak akan terjadi,” saya berkata. “Namun hal itu bukan tidak mungkin.”

Bertahun-tahun lamanya, saya dan keponakan perempuan saya telah terlibat dalam beragam percakapan semacam itu mengenai suatu keadaan yang berlangsung di tengah keluarga kami. Kalimat berikutnya, yang jarang saya ucapkan, adalah, “Aku tahu hal itu bisa terjadi karena aku selalu mendengar cerita tentang bagaimana Allah membuat sesuatu yang mustahil itu menjadi kenyataan.” Namun bagian dari kalimat itu yang hanya saya ucapkan kepada diri saya sendiri, yaitu: “Tetapi hal itu pastilah hanya terjadi pada keluarga lain.”

Baru-baru ini pendeta saya berkhotbah dari kitab Efesus. Di akhir setiap kebaktian kami mengucapkan doa: “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin” (Ef. 3:20-21).

Inilah tahun dimana Allah berkehendak untuk melakukan “jauh lebih banyak” di dalam keluarga kami. Dia menggantikan sikap acuh tak acuh kami dengan kasih. Bagaimana Dia melakukannya? Saya tidak tahu. Namun saya sungguh melihatnya terjadi. Lalu mengapa saya harus merasa heran? Jika Iblis saja bisa mengubah kasih menjadi sikap acuh tak acuh, tentulah Allah mampu mengubah kembali sikap acuh tak acuh itu menjadi kasih. —JAL

Tuhan, terima kasih karena Engkau telah melakukan jauh lebih
banyak di dalam kehidupan kami melebihi apa yang dapat kami
bayangkan. Aku sangat bersyukur karena Engkau mampu dan
sering mengubah suatu keadaan yang mustahil menjadi kenyataan.

Kuasa Allah untuk memulihkan itu lebih kuat daripada kuasa Iblis untuk menghancurkan.

Keyakinan Di Masa Sulit

Senin, 23 September 2013

Keyakinan Di Masa Sulit

Baca: Mazmur 91

Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa. —Mazmur 91:1

Ada anak-anak yang suka membual tentang ayah mereka. Jika Anda kebetulan mendengarkan percakapan di antara mereka, Anda akan mendengar anak kecil berkata, “Ayahku lebih jago dari ayahmu!” atau “Ayahku lebih pintar dari ayahmu!” Akan tetapi bualan terbesar yang bisa diucapkan adalah, “Ayahku lebih kuat dari ayahmu!” Bualan ini biasanya diucapkan dengan niat untuk memperingatkan anak-anak lain; andai kata mereka mengancam anak ini, mereka harus siap-siap menghadapi ayahnya yang lebih kuat dan yang bisa mengalahkan mereka semua, termasuk ayah mereka!

Mempercayai bahwa ayah Anda adalah yang terkuat di antara ayah-ayah lainnya dapat mengilhami rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi suatu bahaya. Inilah mengapa saya menyukai kenyataan bahwa Allah Bapa kita itu Mahakuasa. Ini berarti tidak seorang pun dapat menandingi kekuatan dan kuasa-Nya. Lebih hebatnya lagi, itu berarti Anda dan saya “bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa” (Mzm. 91:1). Jadi, tidaklah mengherankan jika sang pemazmur dapat dengan yakin mengatakan bahwa ia “tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang” (ay.5).

Terlepas dari apa yang akan terjadi hari ini atau masalah yang sedang Anda hadapi saat ini, janganlah lupa bahwa Allah lebih kuat daripada apa pun yang terjadi di dalam hidup Anda. Jadi, yakinlah! Naungan kehadiran-Nya yang senantiasa menyertai Anda telah menjamin bahwa kuasa-Nya dapat mengubah situasi seburuk apa pun menjadi sesuatu yang baik. —JMS

Bapa surgawi, di tengah masalah yang kuhadapi,
ajarku untuk bersandar pada kenyataan bahwa Engkau
Mahabesar. Terima kasih atas keyakinan yang kumiliki bahwa
Engkau jauh lebih kuat dari apa pun yang mengancam hidupku.

Allah lebih besar daripada masalah kita yang terbesar.

Kuasa Yang Bermanfaat

Kamis, 12 September 2013

Kuasa Yang Bermanfaat

Baca: 2 Tawarikh 16:6-13

Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. —2 Tawarikh 16:9

Olahraga tinju dan kompetisi adu kekuatan sejenisnya memiliki suatu aspek unik yang terkandung di dalamnya. Dalam suatu pertandingan, para atlit bertarung secara individu dengan tujuan untuk menunjukkan keunggulan kekuatan mereka. Hal tersebut sama seperti ketika Anda ikut adu panco—Anda melakukannya untuk membuktikan bahwa Andalah orang yang terkuat di antara lawan-lawan Anda.

Salah satu aspek dari kemuliaan Allah adalah kuasa-Nya yang Mahabesar. Namun bagaimana cara Allah menunjukkan kekuatan-Nya? Dia tidak menunjukkannya dengan cara menyusun ulang galaksi-galaksi tata surya di depan mata kita, mengubah warna matahari secara tiba-tiba, atau membekukan kilat yang menyambar sebagai bukti dari kekuatan-Nya. Sebaliknya, di dalam kasih dan belas kasihan-Nya bagi orang-orang yang tidak berdaya seperti kita, Allah telah memilih untuk “melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia” (2Taw. 16:9).

Pola ini konsisten terjadi di sepanjang Kitab Suci. Mulai dari perbuatan-Nya membelah Laut Merah, pemberian manna di padang gurun, keajaiban lahirnya Yesus dari seorang perawan, dan puncaknya pada kuasa kebangkitan Kristus, Allah kita yang Mahakuasa telah memilih untuk menunjukkan kekuatan-Nya dengan maksud memberkati, memelihara, dan melindungi umat-Nya.

Yakinlah bahwa Allah senang untuk menunjukkan kekuatan-Nya di tengah semua tantangan hidup yang kita hadapi. Dan ketika Allah melimpahkan kekuatan-Nya kepada kita, ingatlah untuk memberikan kemuliaan kepada nama-Nya! —JMS

Tuhan, terima kasih Engkau telah memilih untuk mencurahkan
kuasa-Mu di saat aku membutuhkannya. Saat kekuatanku melemah,
ajarku untuk percaya bahwa tangan-Mu yang kuat itu
sanggup menjaga, melindungi, dan melepaskan aku!

Semua janji Allah dijamin oleh hikmat, kasih, dan kuasa-Nya.

Hidup Melampaui Kemungkinan

Rabu, 21 Agustus 2013

Hidup Melampaui Kemungkinan

Baca: Kisah Para Rasul 12:1-11

Jemaat dengan tekun mendoakan [Petrus] kepada Allah. —Kisah Para Rasul 12:5

Banyak di antara kita mengambil keputusan berdasarkan kemungkinan. Jika kemungkinan hujan itu hanya 20 persen, kita cenderung akan mengabaikannya. Jika kemungkinan hujan itu mencapai 90 persen, kita akan membawa payung. Semakin besar kemungkinannya, semakin besar pengaruhnya terhadap sikap kita karena kita ingin mengambil keputusan dengan bijaksana dan menjadi berhasil.

Kisah Para Rasul 12:1-6 menggambarkan suatu keadaan di mana kemungkinan Petrus untuk tetap hidup sangatlah kecil. Ia ada dipenjara, “tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai,” sementara prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu (ay.6). Herodes telah membunuh Yakobus, salah seorang murid yang dekat dengan Yesus, dan ia merencanakan hal yang serupa terhadap Petrus (ay.1-3). Tidak ada seorang pun yang berani bertaruh bahwa Petrus akan dapat keluar dengan selamat.

Namun Allah telah merencanakan suatu pembebasan yang ajaib bagi Petrus, sehingga bahkan orang-orang yang berdoa untuknya pun sulit mempercayainya (ay.13-16). Mereka sangat tercengang ketika Petrus muncul dalam pertemuan doa mereka.

Allah dapat bekerja melampaui kemungkinan yang ada karena Dia itu Mahakuasa. Tak ada hal yang terlalu sulit bagi Allah. Pribadi yang mengasihi kita dan yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita itu juga memegang kendali atas hidup kita. Dalam keadaan yang biasa maupun dalam situasi yang mustahil, Allah dapat menyatakan kuasa-Nya. Baik pada saat kita berlimpah dengan kesuksesan atau pun ketika kita terpuruk dalam kesedihan, Dia selalu beserta kita. —DCM

Ya Allah, kami sangat bersyukur bahwa tak ada hal yang terlalu sulit
bagi-Mu. Engkau sanggup melakukan perkara yang luar biasa!
Tolong kami untuk percaya bahwa Engkau selalu menyertai kami
dan selalu memegang kendali. Kami mengasihimu, Tuhan.

Allah selalu memegang kendali di balik layar.

Perseteruan

Selasa, 6 Agustus 2013

Perseteruan

Baca: 1 Yohanes 4:1-6

Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. —1 Yohanes 4:4

Ketika sebuah toko buku di tempat kami menata ulang penyusunan bukunya, saya melihat adanya penambahan jumlah judul yang membahas tentang ilmu sihir dan ilmu gaib. Bahkan area yang memuat buku-buku tentang agama seakan menjadi tempat “perseteruan” antara kuasa terang dan kuasa gelap. Buku-buku rohani Kristen ditempatkan di satu rak berhadap-hadapan dengan rak berisi buku-buku tentang ilmu sihir dengan jumlah yang kurang lebih sama banyaknya.

Mungkin kita terkadang berpikir bahwa Allah berhadapan dengan Iblis seperti buku-buku yang saling berhadapan di toko buku tersebut. Kita melihat Allah dan Iblis sebagai dua kuasa yang saling bertentangan, tetapi sama-sama memiliki kuasa yang tak terbatas. Namun Allah adalah Allah, sementara Iblis bukanlah Allah. Allah lebih kuat daripada kuasa gelap apa pun. Dia melakukan yang dikehendaki-Nya (Mzm. 135:6), sementara kuasa Iblis terbatas pada hal-hal yang diperkenankan Allah saja. Ketika Iblis memperkirakan bahwa nasib buruk akan membuat Ayub mengutuk Allah, Allah berkata kepada Iblis, “Nah, segala yang dipunyai [Ayub] ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya” (Ayb. 1:12). Iblis harus mengikuti aturan main Allah.

Karena Allah berkuasa atas segala sesuatu, sebagai pengikut Kristus kita tidak perlu dilumpuhkan oleh ketakutan pada kuasa Iblis terhadap hidup kita maupun hidup orang percaya yang ada di sekitar kita. Sekalipun Iblis mencobai dan berusaha mempengaruhi kita, Alkitab memberi kepastian ini, “Roh yang ada di dalam [kita], lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia” (1Yoh. 4:4). —JBS

Terpujilah nama Yesus,
Malaikat bersujud,
Sembahkan mahkota mulia,
B’ri hormat pada-Nya. —Perronet
(Kidung Puji-Pujian Kristen, No.68)

Kuasa jahat di sekitar Anda tidak dapat menandingi kuasa Yesus di dalam diri Anda.

Wallpaper: With God, Nothing Is Impossible

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. —Lukas 1:37