Posts

Menemukan Jalan Allah

Sabtu, 9 Agustus 2014

Menemukan Jalan Allah

Baca: Mazmur 77:11-21

77:11 Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah."

77:12 Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.

77:13 Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.

77:14 Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?

77:15 Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.

77:16 Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela

77:17 Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar.

77:18 Awan-awan mencurahkan air, awan-gemawan bergemuruh, bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan.

77:19 Deru guntur-Mu menggelinding, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang.

77:20 Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan.

77:21 Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.

Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. —Mazmur 77:20

Menemukan Jalan Allah

Terowongan Channel dibuka pada 6 Mei 1994, hampir dua abad setelah ide pembuatannya pertama kali diusulkan oleh seorang insinyur yang bekerja untuk Napoelon, Albert Mathieu, pada tahun 1802. Saat ini lintasan sepanjang 50 km di bawah Selat Inggris tersebut memungkinkan ribuan orang, mobil, dan truk menempuh perjalanan dengan kereta api dari Inggris ke Prancis dan sebaliknya setiap hari. Sebelumnya, selama berabad-abad, orang-orang harus berlayar untuk menyeberangi Selat Inggris. Hal itu dilakukan sampai jalan perlintasan di bawah selat, yang tidak terpikirkan sebelumnya, selesai dibangun.

Allah juga merencanakan suatu jalan yang tidak terduga bagi umat-Nya—jalan yang disebutkan dalam Keluaran 14:10-22. Bangsa Israel hampir dihinggapi rasa panik ketika mereka dihadapkan dengan kematian, baik oleh tangan para tentara Firaun atau oleh air yang dapat menenggelamkan mereka. Namun Allah membelah Laut Merah dan mereka pun berjalan melintasi tanah yang kering. Bertahun-tahun kemudian, Asaf sang pemazmur menggunakan peristiwa itu sebagai bukti dari kuasa Allah yang luar biasa, “Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun” (Mzm. 77:20-21).

Allah dapat membuka jalan-jalan yang baru ketika yang dapat kita lihat hanyalah halangan. Ketika jalan di hadapan kita tampak tidak menentu, ada baiknya kita mengingat apa yang sudah Allah lakukan di masa lalu. Dia sanggup membuka jalan dalam keadaan apa pun—jalan yang mengarahkan kita pada kasih dan kuasa-Nya. —DCM

Terima kasih, ya Allah, untuk perbuatan demi perbuatan ajaib
yang telah Kau lakukan di masa lalu. Tolonglah aku untuk
mengingat kuasa dan kesetiaan-Mu saat aku diliputi
oleh beragam masalah dan kesulitan.

Allah yang membuka jalan bagi keselamatan kita pasti dapat menjaga kita di tengah cobaan sehari-hari.

Gandum Di Puncak Gunung

Senin, 14 Juli 2014

Gandum Di Puncak Gunung

Baca: Mazmur 72:12-20

72:12 Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong;

72:13 ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin.

72:14 Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya.

72:15 Hiduplah ia! Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari!

72:16 Biarlah tanaman gandum berlimpah-limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan; biarlah buahnya mekar bagaikan Libanon, bulir-bulirnya berkembang bagaikan rumput di bumi.

72:17 Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia.

72:18 Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri!

72:19 Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin.

72:20 Sekianlah doa-doa Daud bin Isai.

Biarlah tanaman gandum berlimpah-limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan. —Mazmur 72:16

Gandum Di Puncak Gunung

Dalam hidup ini, saya sudah pernah mendaki sampai ke puncak sejumlah gunung di Amerika Serikat, dan saya dapat mengatakan bahwa tidak terdapat banyak tumbuhan di sana. Di puncak gunung hanya ada bebatuan dan lumut. Puncak gunung bukanlah tempat yang wajar untuk bertumbuhnya gandum dengan limpah-ruah.

Namun Salomo, yang menulis Mazmur 72, meminta kepada Allah untuk bertumbuhnya “tanaman gandum berlimpah-limpah . . . di puncak pegunungan,” yang akan menjadi ciri pemerintahannya sebagai raja. Apabila kehadiran gandum di puncak gunung itu tidak lazim, apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Salomo? Bahwa kuasa Allah dapat memberi hasil bahkan pada tanah yang sangat tidak menjanjikan?

Mungkin kamu merasa dirimu begitu kecil, dan tidak banyak yang bisa kamu persembahkan untuk kerajaan Allah. Yakinilah dengan teguh, bahwa melalui kamu, Allah dapat menghasilkan panen yang berlimpah. Inilah salah satu ironi dari iman: Allah menggunakan sesuatu yang tidak berarti untuk menghasilkan yang luar biasa. Tidak banyak di antara kita yang berhikmat atau mulia; kebanyakan dari kita tidak terkenal dan tidak begitu luar biasa. Akan tetapi, kita semua dapat dipakai oleh Allah. Dan berlawanan dari apa yang mungkin kita pikirkan, justru karena kelemahan kitalah, kita dapat dipakai oleh Allah (1Kor. 1:27-29; 2Kor. 12:10).

Kita mungkin dapat merasa terlalu angkuh, tetapi kita tidak akan terlalu kecil untuk dipakai oleh Allah. “Dalam kelemahan,” kita “telah menjadi kuat” (Ibr. 11:34). Oleh kuasa Allah yang dahsyat, kita dapat melakukan segala yang dikehendaki-Nya untuk kita lakukan. —DHR

Tuhan, Engkau berkarya melalui hal-hal sederhana—yakni kami
semua yang penuh kekurangan dan kelemahan ini. Kami sungguh
terpesona akan kuasa-Mu dan tidak habis pikir mengapa Engkau
memilih kami. Hati kami rindu untuk setia kepada-Mu.

Untuk dapat mengalami kuasa Allah, pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita lemah.

Tetaplah Tenang Dan Lanjutkan

Kamis, 12 Juni 2014

Tetaplah Tenang Dan Lanjutkan

Baca: Ezra 5:7-17

5:7 Mereka mengirim laporan tertulis kepadanya yang bunyinya sebagai berikut: "Ke hadapan raja Darius. Salam sejahtera!

5:8 Kiranya raja maklum, bahwa kami datang ke daerah Yehuda, ke rumah Allah yang maha besar. Rumah itu sedang dibangun dengan batu yang besar-besar, sedang dindingnya dilapis dengan kayu, dan pekerjaan itu dikerjakan dengan seksama dan berjalan lancar di tangan mereka.

5:9 Kemudian kami menanyai para tua-tua itu dan beginilah kata kami kepada mereka: Siapakah yang memberi perintah kepadamu untuk membangun rumah ini dan menyelesaikan tembok ini?

5:10 Lagipula kami tanyakan kepada mereka nama-nama mereka, untuk memberitahukannya kepada tuanku, dengan mencatat nama orang-orang yang mengepalai mereka.

5:11 Inilah jawaban yang diberikan mereka kepada kami: Kami adalah hamba-hamba Allah semesta langit dan bumi, dan kami membangun kembali rumah, yang telah didirikan bertahun-tahun sebelumnya, didirikan dan diselesaikan oleh seorang raja Israel yang agung.

5:12 Tetapi sesudah nenek moyang kami membangkitkan murka Allah semesta langit, mereka diserahkan-Nya ke dalam tangan Nebukadnezar, raja negeri Babel, orang Kasdim, yang merusak rumah itu dan mengangkut bangsa itu sebagai tawanan ke negeri Babel.

5:13 Akan tetapi pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Babel, dikeluarkanlah perintah oleh raja Koresh untuk membangun rumah Allah ini.

5:14 Juga perlengkapan emas dan perak dari rumah Allah, yang telah diambil oleh Nebukadnezar dari bait suci yang di Yerusalem dan dibawa ke dalam bait suci yang di Babel, diambil pula oleh raja Koresh dari bait suci yang di Babel itu, dan diserahkan kepada seorang yang bernama Sesbazar yang telah diangkatnya menjadi bupati.

5:15 Perintahnya kepadanya: Ambillah perlengkapan ini, pergilah dan taruhlah itu di dalam bait suci yang di Yerusalem, dan biarlah rumah Allah dibangun di tempatnya yang semula.

5:16 Kemudian datanglah Sesbazar, meletakkan dasar rumah Allah yang ada di Yerusalem, dan sejak waktu itu sampai sekarang dikerjakanlah pembangunannya, hanya belum selesai.

5:17 Oleh sebab itu, jikalau dianggap baik oleh raja, maka hendaklah diadakan penyelidikan di dalam gedung perbendaharaan raja, di sana, di Babel, apakah pernah dikeluarkan perintah oleh raja Koresh untuk membangun kembali rumah Allah yang di Yerusalem itu. Kemudian keputusan raja tentang hal itu kiranya dikirimkan kepada kami."

Kami adalah hamba-hamba Allah semesta langit dan bumi. —Ezra 5:11

Tetaplah Tenang Dan Lanjutkan

“Tetaplah tenang dan hubungi Ibu.” “Tetaplah tenang dan nikmati makanannya.” “Tetaplah tenang dan masaklah airnya.” Perkataan-perkataan itu terilhami dari frasa: “Tetaplah Tenang dan Lanjutkan.” Pesan itu pertama kali muncul di Inggris Raya saat Perang Dunia II mulai berkecamuk tahun 1939. Para pejabat Inggris mencetaknya pada poster-poster yang dirancang untuk mengurangi kepanikan dan keputusasaan selama perang berlangsung.

Ketika kembali ke tanah Israel sesudah sekian lama menjadi tawanan, bangsa Israel harus mengatasi ketakutan mereka sendiri dan juga ancaman musuh ketika mereka mulai membangun kembali Bait Allah (Ezr. 3:3). Ketika mereka telah selesai meletakkan dasar bangunannya, para musuh “menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu dan menggagalkan rancangan mereka” (4:5). Musuh-musuh bangsa Israel juga menulis surat tuduhan kepada pejabat pemerintah dan berhasil membuat pekerjaan pembangunan tersebut ditunda (ay.6,24). Meskipun demikian, Raja Darius akhirnya mengeluarkan perintah yang mengizinkan mereka untuk menyelesaikan pembangunan Bait Allah (6:12-14).

Ketika kita sedang melakukan pekerjaan Allah dan menemui kesulitan yang menghadang, kita dapat melanjutkannya dengan tenang karena, seperti bangsa Israel, “[Kita] adalah hamba-hamba Allah semesta langit dan bumi” (5:11). Rintangan dan penundaan mungkin dapat menggentarkan kita, tetapi kita dapat berpegang pada janji Yesus: “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). Kuasa Tuhan, dan bukan kekuatan kita, yang memampukan kita melakukan pekerjaan-Nya. —JBS

Engkaulah hidup kami, sumber satu-satunya hidup kami,
Dari Engkaulah semua hakikat dan kekuatan kami terima.
Topanglah kami dengan iman dari-Mu dan oleh kuasa-Mu,
Dan berilah kami kekuatan di setiap kesulitan kami. —Psalter

Roh Allah memberikan kuasa pada kesaksian kita.

“Allah Itu Hebat Ya!”

Jumat, 11 April 2014

“Allah Itu Hebat Ya!”

Baca: Mazmur 29

29:1 Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!

29:2 Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!

29:3 Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar.

29:4 Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak.

29:5 Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.

29:6 Ia membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti anak banteng.

29:7 Suara TUHAN menyemburkan nyala api.

29:8 Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.

29:9 Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: “Hormat!”

29:10 TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.

29:11 TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!

Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya. —Mazmur 29:2

“Allah Itu Hebat Ya!”

Suatu hari, Katie, cucu perempuan saya yang berumur 3 tahun, mengucapkan sesuatu yang mengejutkan ayah dan ibunya. Mereka kaget karena pernyataannya yang sarat dengan makna teologis. Ia berkata kepada mereka, “Papa dan Mama punya saudara yang sudah meninggal. Lalu Tuhan membawa mereka ke surga untuk tinggal bersama-Nya. Allah itu hebat ya!”

Kuasa Allah yang amat dahsyat memang begitu ajaib, akan tetapi hal itu cukup sederhana sehingga dapat dimengerti oleh seorang anak. Dalam pemikiran Katie yang masih muda, ia tahu bahwa jika Allah dapat melakukan sesuatu yang sedemikian ajaib, itu berarti bahwa Allah memang hebat. Dengan pemahamannya yang sederhana, Katie pun tahu bahwa Allah telah melakukan suatu hal yang mengagumkan ketika Dia membawa kedua bibinya ke surga.

Seberapa sering kita terdiam di tengah dunia kita yang semakin canggih ini sambil terkagum dalam hati: “Allah itu hebat.” Mungkin terlalu jarang kita melakukannya. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana Allah menciptakan alam semesta oleh firman-Nya (Ayb. 38-39; Mzm. 33:9; Ibr. 11:3), dan kita tidak dapat mengetahui cara Allah dalam memelihara seluruh ciptaan-Nya (Neh. 9:6). Kita tidak bisa memahami bagaimana Allah merencanakan dan menggenapi inkarnasi Yesus, dan kita tidak pernah bisa mengerti bagaimana Dia memandang pengorbanan Kristus itu cukup bagi keselamatan kita. Namun kita tahu semua hal tersebut benar adanya.

Kuasa Allah itu ajaib tak tertandingi, tetapi amat nyata bagi kita untuk menyadarinya. Kuasa-Nya memberi kita alasan untuk memuji nama-Nya. —JDB

Allah kita Allah yang luar biasa!
Dia memerintah dari surga mulia
Dengan hikmat, kuasa, dan kasih—
Allah kita Allah yang luar biasa! —Mullins

Segala yang Allah lakukan ditandai oleh kesederhanaan dan kuasa. —Tertullian

Dari Suatu Kekacauan

Rabu, 26 Maret 2014

Berantakan

Cerita & Ilustrasi oleh Heri Kurniawan

Baca: Keluaran 8:1-15

8:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah menghadap Firaun dan katakan kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku;

8:2 jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan menulahi seluruh daerahmu dengan katak.

8:3 Katak-katak akan mengeriap dalam sungai Nil, lalu naik dan masuk ke dalam istanamu dan kamar tidurmu, ya sampai ke dalam tempat tidurmu, ke dalam rumah pegawai-pegawaimu, dan rakyatmu, bahkan ke dalam pembakaran rotimu serta ke dalam tempat adonanmu.

8:4 Katak-katak itu akan naik memanjati engkau, memanjati rakyatmu dan segala pegawaimu.”

8:5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas sungai, ke atas selokan dan ke atas kolam, dan buatlah katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.”

8:6 Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir, maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir.

8:7 Tetapi para ahli itupun membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga mereka membuat katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.

8:8 Kemudian Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata: “Berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya katak-katak itu dari padaku dan dari pada rakyatku; maka aku akan membiarkan bangsa itu pergi, supaya mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN.”

8:9 Kata Musa kepada Firaun: “Silakanlah tuanku katakan kepadaku, bila aku akan berdoa untukmu, untuk pegawaimu dan rakyatmu, supaya katak-katak itu dilenyapkan dari padamu dan dari rumah-rumahmu, dan hanya tinggal di sungai Nil saja.”

8:10 Katanya: “Besok.” Lalu kata Musa: “Jadilah seperti katamu itu, supaya tuanku mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti TUHAN, Allah kami.

8:11 Maka katak-katak itu akan dijauhkan dari padamu, dari rumah-rumahmu, dari pegawai-pegawaimu dan dari rakyatmu; dan hanya akan tinggal di sungai Nil saja.”

8:12 Lalu Musa dan Harun keluar meninggalkan Firaun, dan Musa berseru kepada TUHAN karena katak-katak, yang didatangkan-Nya kepada Firaun.

8:13 Dan TUHAN melakukan seperti yang dikatakan Musa, sehingga katak-katak itu mati lenyap dari rumah, dari halaman dan dari ladang.

8:14 Dikumpulkan oranglah bangkai-bangkainya bertumpuk-tumpuk, sehingga tanah itu berbau busuk.

8:15 Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati, dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya–seperti yang telah difirmankan TUHAN.

Janganlah mereka memfitnah, . . . hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. —Titus 3:2

Dari Suatu Kekacauan

Semua yang saya amati membuat saya meyakini kebenaran ini: Keteraturan sesungguhnya tidak alami. Kalau saya mengingat ruang kerja saya sendiri, saya terheran-heran betapa cepatnya ruangan itu berubah menjadi berantakan dan betapa lamanya waktu yang saya butuhkan untuk merapikan semuanya kembali. Keteraturan perlu diusahakan dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Seharusnya saya tidak perlu heran. Peran Allah dalam menciptakan keteraturan dari suatu kekacauan adalah tema yang sangat menonjol dalam Alkitab. Dia melakukannya ketika membentuk bangsa Israel (Kel. 7-14). Pada saat Allah berfirman bahwa telah tiba saatnya orang Ibrani untuk keluar dari Mesir, Firaun tidak menyetujuinya. Gerak perekonomian negaranya bergantung pada para budak Ibrani itu sehingga Firaun tidak mau kehilangan mereka. Untuk mengubah keputusan Firaun, Allah mengirim 10 tulah untuk meyakinkannya. Para ahli sihir Firaun sanggup meniru dua tulah pertama, tetapi mereka tidak sanggup menghentikan satu pun dari tulah-tulah tersebut. Mereka bisa menyebabkan kekacauan, tetapi mereka tidak bisa memulihkan keteraturan. Hanya Allah yang sanggup melakukannya.

Kita bisa berusaha membawa keteraturan di tempat tinggal atau ruang kerja kita, tetapi tidak seorang pun bisa menciptakan keteraturan dari kekacauan emosi dan rohani dalam hidup ini. Hanya Allah yang dapat melakukannya. Dia akan memulihkan keteraturan dari keadaan-keadaan kacau yang telah terjadi ketika kita hidup menurut kehendak Allah—menjauhi fitnah dan pertengkaran, selalu ramah, dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang (Tit. 3:2). —JAL

Bapa, dalam dunia dan hidup kami, ada banyak kekacauan dan
kebingungan. Kami membutuhkan-Mu untuk memulihkan jiwa kami.
Tolong kami untuk hidup seperti yang Kau kehendaki—
yaitu dengan mengasihi sesama.

Ketika kita menaruh perkara kita dalam tangan Allah, Dia menaruh damai sejahtera-Nya dalam hati kita.

Hilang Daya

Kamis, 13 Maret 2014

Hilang Daya

Baca: Yesaya 40:27-31;41:10

40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

41:10 janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. —Yesaya 40:29

Hilang Daya

Pada akhir Oktober 2012, sebuah badai dahsyat yang diakibatkan oleh angin topan menerjang kawasan padat penduduk di wilayah timur laut Amerika Serikat. Badai tersebut mengakibatkan banjir besar dan kerusakan hebat di jalur yang dilaluinya. Selama badai berlangsung, lebih dari 8 juta pelanggan mengalami pemadaman listrik. Padamnya listrik menyebabkan kekurangan persediaan makanan, bahan bakar, dan air, serta terjadinya kekacauan karena berhentinya arus lalu lintas. Angin yang menderu dan air yang menggelora menyebabkan banyak daerah pemukiman hancur, kebanjiran dan tertimbun pasir yang bergunung-gunung. Media memberi tajuk terhadap bencana itu: “Jutaan Orang Kehilangan Daya”.

Seperti badai tadi, tragedi yang kita alami sendiri sering membuat kita merasa tidak berdaya dan berada dalam kekelaman. Dalam masa-masa itulah, firman Allah menjamin pertolongan-Nya bagi kita: “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (Yes. 40:29).

Pada titik terendah kita, saat kekuatan jiwa kita begitu terkuras, kita dapat menaruh pengharapan kita dalam Tuhan dan memperoleh kekuatan baru di dalam Dia. Dia berjanji kepada kita bahwa dari hari ke hari, “orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (ay.31).

Allah adalah sumber kekuatan rohani kita di tengah setiap badai kehidupan. —DCM

Kau, Allah, benteng yang baka,
Suaka yang teguh,
Dahulu dan selamanya
Harapan umat-Mu. —Watts
(Kidung Jemaat, No. 330)

Melalui badai, terbuktilah kekuatan yang sesungguhnya dari tempat perlindungan kita.

Strategi Benteng Kosong

Senin, 24 Februari 2014

Strategi Benteng Kosong

Baca: Hakim-Hakim 7:2-8

7:2 Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku.

7:3 Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang.

7:4 Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: “Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi.”

7:5 Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.”

7:6 Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air.

7:7 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.”

7:8 Dari rakyat itu mereka mengambil bekal dan sangkakala; demikianlah seluruh orang Israel disuruhnya pergi, masing-masing ke kemahnya, tetapi ketiga ratus orang itu ditahannya. Adapun perkemahan orang Midian ada di bawahnya, di lembah.

Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku? —Yeremia 32:27

Strategi Benteng Kosong

Dalam roman sejarah negeri China berjudul Romance of the Three Kingdoms (Kisah Tiga Kerajaan), penulis Luo Guanzhong menggambarkan tentang “Strategi Benteng Kosong”, sebuah penerapan psikologi terbalik untuk memperdaya musuh. Ketika 150.000 anggota pasukan Kerajaan Wei tiba di kota Xicheng yang hanya diperkuat pasukan kurang dari 2.500 tentara, pasukan Wei mendapati pintu gerbang kota itu terbuka lebar dan Zhuge Liang, ahli strategi militer yang terkenal, sedang memainkan kecapi dengan tenang dan didampingi dua anak kecil. Jenderal pasukan Wei merasa bingung melihat keadaan itu dan curiga akan ada penyergapan mendadak sehingga segera memerintahkan pasukannya untuk mundur total.

Alkitab memberikan contoh lain tentang suatu strategi pertempuran yang tidak lazim. Di Hakim-Hakim 7, Allah memerintahkan Gideon untuk memimpin 300 orang dengan sangkakala, buyung, dan obor menyala untuk melawan musuh yang “seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung” (ay.12).

Mampukah Israel mengalahkan musuh yang setangguh itu? Di mata manusia hal itu mustahil! Mereka tidak memiliki kekuatan pasukan maupun perangkat perang yang cukup. Namun mereka memegang satu hal yang menjamin keberhasilan mereka dan hanya itulah yang mereka butuhkan. Mereka memegang janji Allah: “Dengan ketiga ratus orang yang menjilat air itu, Aku akan membebaskan kamu dan memberikan kemenangan kepadamu” (ay.7 BIS). Hasilnya? Kemenangan!

Apakah Anda sedang menghadapi tantangan berat? Tuhan telah berfirman, “Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?” (Yer. 32:27). —PFC

Kuatlah di dalam Tuhan dan teguhkan hatimu;
Pembelamu nan agung tetap sama tak berubah.
Terbanglah tinggi, seperti rajawali yang naik;
Saat berseru kepada-Nya, kemenangan sudah di tangan. —Johnson

Bersama Allah, segala sesuatu adalah mungkin.

Siapakah Pahlawannya?

Jumat, 7 Februari 2014

Baca: Hakim-Hakim 3:7-11

3:7 Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera.

3:8 Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, sehingga Ia menjual mereka kepada Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia dan orang Israel menjadi takluk kepada Kusyan-Risyataim delapan tahun lamanya.

3:9 Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb.

3:10 Roh TUHAN menghinggapi dia dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berperang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim.

3:11 Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas.

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. —Matius 5:16

Siapakah Pahlawannya?

Ketika membaca kitab Hakim-Hakim dengan segala pertempuran dan tokohnya yang perkasa, bisa jadi kita merasa seperti sedang membaca komik tentang pahlawan super. Kita membaca tentang Debora, Barak, Gideon, dan Simson. Meskipun demikian, pada jajaran hakim-hakim (atau penyelamat) itu, kita juga menemukan nama Otniel.

Catatan tentang kehidupan Otniel amat singkat dan begitu terus terang (Hak. 3:7-11). Tidak ada drama. Tidak ada pula unjuk kekuatan. Namun yang kita lihat adalah perbuatan yang Allah lakukan melalui Otniel: “TUHAN membangkitkan seorang penyelamat” (ay.9), “Roh TUHAN menghinggapi dia” (ay.10), dan “TUHAN menyerahkan Kusyan- Risyataim, raja Aram, ke dalam tangan [Otniel]” (ay.10).

Catatan tentang Otniel membantu kita berfokus pada hal yang terpenting, yakni pekerjaan Allah. Kisah-kisah yang menarik dan para tokoh yang mengagumkan dapat mengaburkan nilai penting tersebut. Jika kita terlalu memusatkan perhatian pada hal-hal tersebut, bisa saja kita gagal untuk melihat apa yang sedang dilakukan Tuhan.

Ketika masih muda, saya pernah membayangkan andai saja saya lebih berbakat dalam banyak hal, saya akan dapat menuntun lebih banyak orang mengenal Kristus. Namun saya telah berfokus pada hal yang salah. Allah sering menggunakan orang-orang biasa untuk mengerjakan karya-karya-Nya yang luar biasa. Terang Allah yang bersinar melalui hidup kitalah yang memuliakan nama-Nya dan yang membuat orang-orang mau datang kepada-Nya (Mat. 5:16).

Ketika orang lain melihat hidup kita, adalah lebih penting mereka melihat Tuhan—bukan kita. —PFC

Kiranya firman Allah berdiam melimpah
Di dalam hatiku dari waktu ke waktu,
Sehingga semua bisa melihat kemenanganku
Yang didapat hanya oleh kuasa-Nya. —Wilkinson

Kemampuan kita yang terbatas menegaskan kuasa Allah yang tak terbatas.

Bata Tanpa Jerami

Rabu, 22 Januari 2014

Bata Tanpa Jerami

Baca: Keluaran 5:24-6:12

5:24 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: “Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan mengusir mereka dari negerinya.”

6:1 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Akulah TUHAN.

6:2 Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.

6:3 Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing,

6:4 tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku.

6:5 Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.

6:6 Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.

6:7 Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.”

6:8 Lalu Musa mengatakan demikian kepada orang Israel, tetapi mereka tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat itu.

6:9 Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa:

6:10 “Pergilah menghadap, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel pergi dari negerinya.”

6:11 Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: “Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!”

6:12 Demikianlah TUHAN telah berfirman kepada Musa dan Harun, serta mengutus mereka kepada orang Israel dan kepada Firaun, raja Mesir, dengan membawa perintah supaya orang Israel dibawa keluar dari Mesir.

Aku akan membebaskan kamu . . . , dan menebus kamu dengan tangan yang teracung. —Keluaran 6:5

Bata Tanpa Jerami

Banyak di antara kita menghadapi tantangan untuk bekerja dengan sumber daya yang terbatas. Kita menghadapi dana yang lebih sedikit, waktu yang lebih singkat, tenaga yang semakin terkuras, dan rekan kerja yang semakin dikurangi, tetapi dengan beban pekerjaan yang mungkin tetap sama. Ada kalanya beban pekerjaan kita justru semakin bertambah. Ada sebuah ungkapan yang merangkum situasi ini: “Membuat lebih banyak bata dengan lebih sedikit jerami.”

Ungkapan ini mengacu pada penderitaan bangsa Israel ketika menjadi budak di Mesir. Firaun memutuskan untuk menghentikan penyediaan jerami bagi bangsa Israel, tetapi ia tetap menuntut mereka menghasilkan batu bata dalam jumlah yang sama setiap harinya. Mereka harus menjelajahi seluruh tanah Mesir untuk mengumpulkan jerami, sementara para pengawas dari Firaun memukuli dan memaksa mereka untuk bekerja lebih keras lagi (Kel. 5:13). Bangsa Israel menjadi begitu kecil hati sampai mereka tidak menghiraukan firman Allah lewat Musa, “Aku akan membebaskan kamu . . . , dan menebus kamu dengan tangan yang teracung” (6:5).

Meskipun bangsa Israel menolak untuk mendengarkan pesan Allah, Allah tetap memimpin dan mengarahkan Musa, dan menyiapkannya untuk berbicara kepada Firaun. Allah tetap teguh membela bangsa Israel dengan berkarya di balik layar. Sama seperti bangsa Israel, kita pun dapat menjadi putus asa sampai-sampai kita mengabaikan penguatan yang kita terima. Dalam masa-masa yang sulit, mengingat Allah sebagai penyelamat kita akan menghibur hati kita (Mzm. 40:18). Allah selalu berkarya demi kebaikan kita, bahkan di saat-saat kita tidak dapat melihat apa yang sedang dikerjakan-Nya. —JBS

Tuhan, tolonglah aku untuk percaya kepada-Mu di tengah
keputusasaanku. Penuhilah aku dengan pengharapan
melalui kuasa Roh Kudus-Mu. Kiranya hidupku
dapat menjadi saksi akan kesetiaan-Mu.

Masa-masa yang sulit merupakan masa-masa untuk percaya.