Posts

Harta di dalam Labu

Senin, 22 Oktober 2018

Harta di dalam Labu

Baca: 2 Korintus 4:7-18

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.

4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

4:17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. —2 Korintus 4:7

Harta di dalam Labu

Sebagai seorang ibu muda, saya bertekad mendokumentasikan kehidupan putri saya di tahun pertamanya. Saya memotretnya bulan demi bulan untuk melihat perubahan dan pertumbuhannya. Dalam salah satu foto favorit saya, ia duduk dengan ceria di dalam sebuah labu yang saya beli dari petani setempat dengan isi yang telah dikeluarkan. Ke dalam sebuah labu berukuran raksasa itulah, putri kesayangan saya masuk dan duduk. Labu itu akan layu dalam beberapa minggu, tetapi putri saya terus tumbuh dan berkembang.

Cara Paulus menggambarkan pengenalan akan kebenaran tentang Yesus mengingatkan saya pada foto anak saya itu. Paulus mengibaratkan pengenalan tentang Yesus di dalam hati kita itu sebagai harta yang tersimpan di dalam bejana tanah liat. Mengingat apa yang Yesus lakukan bagi kita akan memberikan keberanian dan kekuatan kepada kita untuk bertekun melewati pergumulan demi pergumulan sekalipun “dalam segala hal [kita] ditindas” (2Kor. 4:8). Karena kuasa Allah hadir dalam hidup kita, saat kita “dihempaskan, namun tidak binasa,” kita akan menunjukkan kehidupan Yesus secara nyata di dalam diri kita (ay.9-10).

Seperti labu yang layu, kita mungkin dibuat lelah dan tak berdaya oleh pencobaan-pencobaan yang kita hadapi. Namun, sukacita Yesus dalam diri kita dapat terus bertumbuh di tengah segala tantangan tersebut. Pengenalan kita akan Dia—akan kuasa-Nya yang terus bekerja di dalam diri kita—merupakan harta yang tersimpan dalam tubuh kita yang rapuh. Kita dapat bertumbuh saat menghadapi beragam kesulitan karena kuasa-Nya bekerja nyata dalam diri kita. —Kirsten Holmberg

Bapa terkasih, terima kasih karena Engkau telah menaruh kebenaran-Mu di dalam hati dan hidupku. Tolong aku untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dengan kuasa-Mu. Kiranya orang lain melihat karya-Mu di hidupku dan mau mengenal-Mu.

Kuasa Allah terus bekerja di dalam diri kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 65-66; 1 Timotius 2

Matahari Bersayap Dua

Rabu, 11 Oktober 2017

Matahari Bersayap Dua

Baca: Yesaya 38:1-8

38:1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.”

38:2 Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.

38:3 Ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.

38:4 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya:

38:5 “Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi,

38:6 dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan memagari kota ini.

38:7 Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya:

38:8 Sesungguhnya, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak yang telah dijalaninya.” Maka pada penunjuk matahari itu mataharipun mundurlah ke belakang sepuluh tapak dari jarak yang telah dijalaninya.

Beginilah firman Tuhan . . . : Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. —Yesaya 38:5

Matahari Bersayap Dua

Selama lima tahun, sebuah stempel kuno yang terbuat dari tanah liat dibiarkan tersimpan dalam lemari di Institut Arkeologi Yerusalem. Stempel itu ditemukan dalam penggalian di bagian selatan dari tembok kota kuno Yerusalem. Namun, penelitian awal tidak berhasil menemukan arti penting dari benda yang berusia hampir 3.000 tahun tersebut. Di kemudian hari, seorang peneliti dengan cermat mengamati huruf-huruf yang tertera pada stempel itu dan menghasilkan penemuan besar. Inskripsi yang tertulis dalam bahasa Ibrani kuno itu menyatakan: “Milik Hizkia [bin] Ahas, Raja Yehuda.”

Di bagian tengah stempel itu terdapat gambar matahari bersayap dua yang dikelilingi dua gambar yang melambangkan kehidupan. Para arkeolog yang menemukan stempel itu meyakini bahwa Raja Hizkia mulai menggunakannya sebagai lambang perlindungan Allah setelah Allah menyembuhkan Hizkia dari penyakit yang nyaris merenggut nyawanya (Yes. 38:1-8). Hizkia memohon agar Tuhan menyembuhkannya dan doanya dijawab oleh Tuhan. Dia juga memberi Hizkia sebuah tanda yang menyatakan bahwa Dia pasti menepati janji-Nya. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak yang telah dijalaninya” (ay.8).

Fakta-fakta yang terkait dengan artefak arkeologis tersebut mengingatkan sekaligus menguatkan kita bahwa umat di zaman Alkitab belajar untuk berseru kepada Tuhan yang mendengarkan ketika kita mohon pertolongan-Nya. Kita pun belajar hal yang sama. Sekalipun jawaban-Nya mungkin tidak sesuai dengan keinginan atau harapan kita, kita dapat tetap meyakini bahwa Allah sungguh penuh belas kasih dan berkuasa. Dia yang sanggup mengatur pergerakan matahari pasti juga sanggup menggerakkan hati kita. —Poh Fang Chia

Ya Allah, Engkau Mahabesar dan Mahakuasa, tetapi Engkau mau mempedulikanku. Tolonglah aku mempercayai kuasa dan kasih-Mu dan selalu mencari pertolongan-Mu.

Berserulah kepada Allah: Dia ingin mendengar seruanmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 37-38; Kolose 3

Bagaikan Air Sirami Tanah Gersang

Penulis: Melissa Marianni Manampiring
Ilustrator: Armitze Ghazali

Bagai-Air-Sirami-Tanah-Gersang

“…ada tertulis: Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9).

Mungkin kamu pernah mendengar janji firman Tuhan yang indah ini. Janji yang mengacu pada Pribadi Kristus, yang membuka jalan bagi orang berdosa untuk bisa kembali kepada Allah, menikmati berkat-berkat-Nya, bahkan mendapatkan hidup kekal yang luar biasa bersama-Nya kelak. Di dalam Kristus, ada pengharapan masa depan luar biasa yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi-Nya. Sesuatu yang sulit diselami oleh pikiran manusia. Kalau saja manusia tahu kemuliaan yang akan dinyatakan Kristus, menurut Paulus, mereka pasti tidak akan bertindak bodoh dengan menyalibkan-Nya (1 Korintus 2:8).

Dalam rutinitas hidup yang sarat masalah dan tantangan, pengharapan ini mudah sekali terlupakan, atau setidaknya terasa biasa-biasa saja. Aku bersyukur bahwa Tuhan selalu punya cara untuk menyegarkan ingatanku bahwa Dia sungguh berkuasa, memegang kendali atas segala sesuatu, dan sudah menyediakan masa depan yang indah bagiku.

Salah satu peristiwa yang menyegarkan itu terjadi belum lama ini, ketika aku menemani mama dan adik melihat-lihat kampus di Singapura. Adikku ingin mendalami jurusan Computer Science dan mempertimbangkan untuk kuliah di National University of Singapore (NUS) atau Nanyang Technological University (NTU) di Singapura.

Diawali dengan melihat-lihat lingkungan kampus NUS, kami lalu menuju ke bagian pendaftaran untuk mendapat informasi lebih lengkap. Sayangnya, kami datang pada saat yang “kurang tepat” karena saat itu adalah jam makan siang (sekitar pukul 1). Seperti yang bisa teman-teman duga, kantornya kosong. Ada seorang wanita paruh baya yang menemui kami, namun sayang ia tidak bisa membantu. Ia meminta kami untuk kembali lagi pukul 2 untuk menemui orang yang menangani urusan pendaftaran dan mahasiswa. Karena sudah siang dan perut sudah bunyi, kami pun memutuskan makan siang di kantin NUS sambil menunggu jam 2.

Selama makan hatiku agak tidak nyaman. Aku teringat pengalaman dua tahun lalu ketika aku menemui staf jurusan untuk bertanya tentang program S-2. Responnya kurang baik. Dengan sistem Singapura yang sudah maju, biasanya memang orang akan langsung browsing di situs web universitas yang bersangkutan untuk memperoleh informasi dan mengirim e-mail jika ada yang ingin ditanyakan. Mungkin sekali setelah bertemu petugas nanti, ia juga hanya akan mengarahkan kami untuk melihat semua informasi yang dibutuhkan dalam situs web mereka. Dengan semua kemungkinan buruk yang berkecamuk di dalam pikiran, aku berusaha untuk tetap bisa menikmati makan siang. Tuhan, bagaimana ini?

Tuhan menjawab kegalauan hatiku dengan cara yang tidak terduga. Tiba-tiba saja adikku bersuara. Ia menyadari kehadiran seorang dosen Computer Science di kantin itu. Beliau tidak sekadar lewat, tetapi duduk untuk makan siang. Hebatnya lagi, dosen itu ternyata adalah orang Indonesia! Setelah berdiskusi panjang, kami memutuskan untuk mencoba mendekati meja beliau. Tanggapannya? Sangat menyenangkan untuk ukuran orang yang baru kenal! Beliau menerima kami dengan ramah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami, bahkan memberi informasi-informasi tambahan yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh kami. Karena ia juga adalah orang Indonesia, kami bisa berkomunikasi dengan sangat baik. Kami mendapatkan semua keterangan yang dibutuhkan tanpa harus menunggu jam dua.

Sebuah kebetulan? Aku menyebutnya sebagai sebuah keajaiban! Aku tak habis mengerti bagaimana dosen asal Indonesia itu bisa datang ke kantin tepat pada saat kami membutuhkannya. Ini pertolongan Tuhan yang luar biasa. Janji Tuhan yang diingatkan Roh Kudus dalam 1 Korintus 2:9 terasa seperti air segar yang menyirami hati nan gersang. Seolah Tuhan berkata, “See? Itu belum apa-apa. Masa depan yang Kusediakan bagi anak-anak-Ku jauh lebih luar biasa! Aku berkuasa melakukan segala sesuatu, termasuk yang tidak pernah terpikirkan olehmu!”

Harus kuakui, berjalan bersama Tuhan seringkali terasa tidak mudah. Apa yang terlihat di depan mata, terdengar di telinga, dan muncul dalam hati, lebih sering menyurutkan semangat. Akan tetapi, kita tidak berjalan sendirian. Ada Roh Kudus, Sang Penolong yang memampukan kita untuk terus mengingat bahwa Allah memegang kendali atas segala sesuatu, dan bahwa janji-janji-Nya di dalam Alkitab akan indah digenapi pada waktu-Nya. Seperti lirik sebuah lagu, “Bagaikan air sirami tanah gersang,” demikianlah firman Tuhan menghibur hati kita dan memberi kita pengharapan untuk terus melangkah bersama-Nya. Situasi di sekitar kita bisa berubah, tetapi Pribadi dan janji Tuhan tidak pernah berubah. Berpegang pada janji-janji Tuhan adalah cara terbaik untuk menjalani hidup.

Ketika Aku Mencari Tahu Bobot Segumpal Awan

Oleh: Renny Acheampong, Denmark
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: The Day I Googled The Weight of A Cloud

The-Day-I-Googled-The-Weight-Of-a-Cloud

Pernahkah kamu bertanya, berapa sebenarnya bobot segumpal awan?

Aku sadar, pertanyaan ini agak aneh, tetapi itulah yang melintas di pikiranku pada suatu hari Minggu, ketika aku sedang menikmati pemandangan favoritku dari balik jendela di samping tempat tidurku—langit biru yang dihiasi awan-awan putih yang bergumpal seperti kapas. Cahaya matahari yang menembus celah-celah awan membuat pemandangan itu menjadi sangat indah, begitu tenang dan damai. Sembari menikmatinya, aku mendengar Tuhan bertanya dalam hatiku, “Tahukah kamu berapa bobot segumpal awan itu?”

“Tuhan, aku tidak tahu jawabannya,” kataku. “Tuhan sendiri yang tahu.”

Aku lalu mengambil ponselku dan mencari informasi tentang berat segumpal awan. Fakta yang kutemukan sangat mencengangkan. Menurut seorang Peggy LeMone – National Center for Atmospheric Research National Center for Atmospheric Research di Amerika, bobot segumpal awan umumnya adalah sekitar 500 ton—atau setara dengan bobot 100 ekor gajah!

“Wow,” aku terkagum-kagum. Penemuan itu segera mengingatkanku pada apa yang tertulis dalam Kolose 1:16-17, “…di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.”

Sungguh sebuah fenomena yang luar biasa: jutaan “gajah” melayang di angkasa, diciptakan dan ditopang oleh Allah sendiri! Merenungkan hal ini, sebuah suara berbisik lembut di hatiku, “Jika Aku sanggup mengendalikan ‘gajah’ sebanyak itu di langit, bukankah Aku juga sanggup memegang kendali atas hidupmu?”

Aku tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi dalam hidupmu, atau sebanyak apa derita yang mungkin sedang kamu rasakan, namun semoga kebenaran ini dapat menghibur dan menguatkanmu: Tuhan Yesus mengetahui semua kebutuhanmu, dan Dia mau kamu percaya bahwa Dia sanggup mengendalikan semua ‘gajah’ dalam hidupmu”.

Jika kamu belum percaya kepada Yesus, izinkan aku mendorongmu untuk meletakkan pengharapanmu kepada-Nya. Jika kamu sudah menjadi pengikut-Nya, ingatlah kembali bagaimana Dia berulang kali telah menyatakan pertolongan-Nya bagimu. Bersyukurlah, dan bersemangatlah kembali menjalani hidup.

Maha Penyembuh

Selasa, 19 Mei 2015

Maha Penyembuh

Baca: Kejadian 2:7-15

2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

2:8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.

2:9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

2:10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.

2:11 Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.

2:12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras.

2:13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush.

2:14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.

2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau. —Keluaran 15:26

Maha Penyembuh

Para dokter yang saya kenal adalah orang-orang yang cerdas, bekerja keras, dan penuh belas kasih. Mereka telah sering menolong saya terlepas dari penderitaan saya, dan saya bersyukur untuk keahlian mereka dalam mendiagnosis penyakit, meresepkan obat, membantu pemulihan tulang yang patah, dan menjahit luka. Akan tetapi itu semua tidak berarti bahwa saya lebih memilih untuk mempercayakan iman saya pada para dokter dibandingkan pada Allah.

Dalam kedaulatan-Nya, Allah menetapkan manusia menjadi mitra dalam memelihara karya ciptaan-Nya (Kej. 2:15), dan para dokter termasuk di dalamnya. Dokter mempelajari ilmu pengobatan dan seluk-beluk tubuh manusia yang diciptakan Allah. Mereka menggunakan pengetahuan itu untuk membantu pemulihan kesehatan kita. Namun satu-satunya hal yang membuat dokter dapat melakukan pekerjaannya untuk menolong kita sembuh adalah karena Allah menciptakan kita dengan kemampuan untuk sembuh. Ahli bedah tidak akan ada gunanya jika sayatan operasi tidak bisa sembuh.

Para ilmuwan dapat belajar tentang cara kerja tubuh kita dan merancang terapi untuk mendukung pemulihan atau penyembuhan kita. Namun bukan mereka penyembuhnya; melainkan Allah (Kel. 15:26). Dokter hanya menyelaraskan diri dengan maksud dan rancangan Allah.

Jadi saya berterima kasih untuk para ilmuwan dan dokter, tetapi pujian dan ucapan syukur saya ditujukan bagi Allah. Dialah yang merancang suatu alam semesta yang teratur dan memberi kita akal budi yang dapat memahami cara kerja alam tersebut. Oleh karena itu, saya percaya bahwa segala penyembuhan itu bersifat ilahi, karena tidak ada penyembuhan yang terjadi tanpa peran Allah. —Julie Ackerman Link

Allah Bapa, Engkaulah Tabib Agung, dan aku meminta kesembuhan, baik atas pikiranku, tubuhku, rohku, atau seluruhnya. Aku percaya Engkau akan memberikan yang terbaik. Terima kasih untuk kebaikan dan kasih-Mu dalam segala hal.

Ketika kamu terpikir akan segala yang baik, bersyukurlah kepada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 7-9; Yohanes 6:22-44

Kekuatan untuk Bertahan Hidup

Sabtu, 7 Maret 2015

Kekuatan untuk Bertahan Hidup

Baca: 2 Korintus 4:7-12

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit. —2 Korintus 4:8

Kekuatan untuk Bertahan Hidup

Ketika saya masih anak-anak, saya mempunyai sebuah balon tinju yang terbuat dari plastik. Balon bersosok boneka setinggi saya itu menampilkan wajah yang tersenyum. Saya tertantang untuk meninju boneka itu sekeras mungkin sampai boneka itu roboh. Namun sekeras apa pun pukulan saya, boneka itu akan selalu berdiri tegak kembali. Rahasianya? Ada pemberat berbahan timah di bagian dasar yang membuat boneka itu selalu tegak. Kapal layar beroperasi dengan prinsip yang sama. Pemberatpemberat timah pada lambung kapal menjaga kapal tersebut agar tetap seimbang dan tegak ketika angin kencang melanda.

Demikian pula halnya dengan kehidupan orang yang percaya kepada Kristus. Kekuatan kita untuk bertahan di tengah terjangan badai hidup tidak terletak dalam diri kita, melainkan berasal dari Allah yang berdiam di dalam diri kita. Kita tidak terbebas dari pukulan-pukulan yang dilontarkan oleh kehidupan ini maupun dari badai yang sudah pasti mengancam stabilitas hidup kita. Namun, dengan keyakinan penuh dalam kuasa-Nya untuk menopang kita, kita dapat berkata bersama Paulus, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa” (2Kor. 4:8-9).

Bersama dengan banyak pribadi yang telah mengalami lika-liku kehidupan yang penuh kesakitan dan penderitaan, marilah dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, kita menghayati kebenaran bahwa cukuplah kasih karunia Allah, dan dalam kelemahan kitalah, kuasa-Nya sempurna (12:9). Itulah yang akan menopang jiwamu. —Joe Stowell

Tuhan, beriku kasih karunia untuk mempercayai kuasa-Mu agar akhirnya aku bertahan menghadapi tantangan hidup. Kiranya oleh iman kepada-Mu, aku sanggup mengatasinya oleh kuasa-Mu yang menguatkanku.

Kuasa Allah di dalam dirimu jauh lebih besar daripada tekanan yang datang dari masalah-masalah di sekelilingmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 3-4; Markus 10:32-52

Photo credit: olaerik / Foter / CC BY-NC-SA

Musik Dan Pengeras Suara

Kamis, 30 Oktober 2014

Musik Dan Pengeras Suara

Baca: 2 Korintus 3:17-4:7

3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.

4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. —2 Korintus 4:7

Musik Dan Pengeras Suara

Christopher Locke membeli sejumlah trompet, trombon, dan trompet tanduk kuno, lalu mengubah semua itu menjadi pengeras suara akustik untuk perangkat iPhone dan iPad. Kreasinya itu didasarkan pada pengeras suara berbentuk trompet yang digunakan pada alat pemutar piringan hitam di akhir abad ke-19. Musik yang dimainkan melalui karya Christopher yang dinamai AnalogTelePhonographers itu memiliki “suara yang lebih keras, jernih, kaya, dan dalam” jika dibandingkan suara yang dihasilkan oleh pengeras-pengeras suara mungil di dalam perangkat digital. Selain menjadi karya seni yang menarik, alat-alat musik bekas berbahan perunggu itu tidak memerlukan daya listrik untuk memperkeras suara musik agar dapat didengar orang.

Perkataan Paulus kepada jemaat di Korintus mengingatkan kita bahwa dalam penyerahan hidup kita bagi Kristus dan upaya kita memberitakan nama-Nya kepada sesama, kita tidaklah menjadi musiknya dan hanya menjadi pengeras suara. “Bukan diri kami yang kami beritakan,” tulis Paulus, “tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2Kor. 4:5). Kita tidak bermaksud menjadi inti pesannya, melainkan untuk menyampaikan pesan itu lewat hidup dan perkataan kita. “Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (ay.7).

Jika sebuah trompet tua saja dapat memperkeras suara musik, maka hidup kita yang jauh dari sempurna ini pun dapat juga menjadi alat untuk menyebarluaskan kebaikan Allah. Kita hanyalah alat pengeras suara; musik dan dayanya berasal dari Allah! —DCM

Terima kasih, ya Tuhan, karena Engkau dapat menggunakan
hidup kami dengan cara-cara yang tak pernah terpikirkan
oleh kami sebelumnya. Tolong kami, agar hidup ini menjadi alat
di tangan-Mu untuk mengumandangkan kebaikan kasih-Mu.

Tidak ada yang tak berguna di tangan Allah.

Masalah Kepercayaan

Jumat, 26 September 2014

KomikStrip-WarungSateKamu-20140926-Masalah-Kepercayaan

Baca: Mazmur 5

5:1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan suling. Mazmur Daud.

5:2 Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku.

5:3 Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa.

5:4 TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.

5:5 Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu.

5:6 Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan.

5:7 Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu.

5:8 Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.

5:9 TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku; ratakanlah jalan-Mu di depanku.

5:10 Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu-rayu.

5:11 Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancangannya sendiri; buanglah mereka karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau.

5:12 Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu.

5:13 Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.

Semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka. —Mazmur 5:12

Masalah Kepercayaan

Sebuah berita dari Australia menceritakan kisah hidup dari Pascale Honore, seorang wanita penderita paraplegia (kelumpuhan tubuh bagian bawah). Setelah 18 tahun selalu duduk di atas kursi roda, Pascale memutuskan untuk belajar berselancar. Bagaimana caranya?

Ty Swan, seorang peselancar muda, mengikat tubuh Pascale ke atas punggungnya dengan menggunakan lakban. Setelah mendapatkan keseimbangan yang sempurna, Ty mendayung ke laut agar kemudian mereka bisa mengarungi ombak dan Pascale dapat merasakan kegembiraan berselancar dalam air. Aktivitas itu membutuhkan rasa percaya yang sangat besar karena besar pula kemungkinan untuk terjadinya kesalahan. Namun demikian, kuatnya keyakinan Pascale kepada Ty telah memampukannya untuk mewujudkan mimpinya, kendati apa yang mereka lakukan itu sangat berbahaya.

Demikianlah juga kehidupan seorang pengikut Kristus. Kita hidup di tengah dunia yang penuh bahaya dengan beragam tantangan yang tidak terduga dan jerat yang tidak terlihat. Meskipun demikian, kita tetap mempunyai sukacita karena kita mengenal Pribadi yang oleh kekuatan-Nya sanggup membawa kita mengatasi terjangan ombak kehidupan yang mengancam untuk menenggelamkan kita. Sang pemazmur menulis, “Semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu” (Mzm. 5:12).

Di hadapan segala bahaya dan tantangan besar dalam hidup ini, kita dapat mengalami sukacita yang timbul dari kepercayaan kita kepada Allah. Kekuatan-Nya lebih dari cukup untuk menolong kita! —WEC

Aku bahagia belajar mempercayai-Mu,
Yesus yang mulia, Juruselamat, dan Sahabat;
Dan kutahu bahwa Engkau menyertaiku,
Senantiasa bersamaku sampai akhir. —Stead

Iman kita diteguhkan ketika kelemahan kita diganti dengan kekuatan Allah.

Raksasa Kecil

Jumat, 12 September 2014

Raksasa Kecil

Baca: 1 Samuel 17:32-37

17:32 Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."

17:33 Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."

17:34 Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,

17:35 maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.

17:36 Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."

17:37 Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."

TUHAN . . . akan melepaskan aku. —1 Samuel 17:37

Raksasa Kecil

Seorang musuh bertubuh tinggi menjulang melangkah masuk ke Lembah Tarbantin. Tingginya 2,7 meter dan baju zirahnya yang terbuat dari pelat-pelat perunggu berkilau-kilauan terkena pantulan sinar matahari. Batang tombaknya dibalut tali sehingga tombak itu dapat diputar-putar di udara dan dilontarkan dari jauh dengan akurat. Tampaknya Goliat tak mungkin terkalahkan.

Namun Daud mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Meski sosok dan tingkah laku Goliat bagaikan raksasa, tetapi dibandingkan dengan Allah yang hidup, ia sangat kecil. Daud memiliki pandangan yang benar tentang Allah dan karena itu juga memiliki pandangan yang benar tentang keadaan yang ada. Ia melihat Goliat sebagai orang yang mencemooh barisan tentara Allah yang hidup (lSam. 17:26). Dengan percaya diri, Daud menghadapi Goliat dengan berpakaian sebagai gembala dan dengan tongkat, lima butir batu dan sebuah ketapel sebagai senjata. Keyakinan Daud bukan pada apa yang dimilikinya, tetapi pada Allah yang menyertainya (ay.45).

“Goliat” apa yang sedang kamu hadapi saat ini? Mungkin itu berupa situasi yang sulit di tempat kerja, kesulitan keuangan, atau relasi yang kandas. Semuanya itu kecil jika dibandingkan dengan kebesaran Allah. Tiada satu hal pun yang terlalu besar bagi Allah. Kata-kata yang ditulis oleh Charles Wesley, seorang penulis himne, berikut ini mengingatkan kita: “Iman yang teguh, memandang pada janji, dan hanya pada janji-Nya itu; iman menertawakan kemustahilan, dan berseru, itu pasti akan terjadi.” Allah sanggup melepaskanmu jika Dia memang menghendakinya, dan Dia mungkin melakukannya dengan cara-cara yang tak terpikirkan olehmu. —PFC

Pertempuran itu tidak dimenangi oleh yang kuat,
Perlombaan tidak direbut oleh yang gesit,
Namun bagi mereka yang benar dan setia,
Kemenangan telah dijanjikan melalui anugerah. —Crosby

Jangan katakan pada Allah sebesar apa raksasamu. Katakan pada raksasa itu seberapa besar Allahmu.