Posts

Kisah tentang Yesus

Kamis, 11 Oktober 2018

Kisah tentang Yesus

Baca: 1 Yohanes 1:1-4; Yohanes 21:24-25

1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup—itulah yang kami tuliskan kepada kamu.

1:2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.

1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.

1:4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.

21:24 Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

21:25 Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus. —Yohanes 21:25a

Kisah tentang Yesus

Saat masih kecil, saya senang mengunjungi perpustakaan kecil di wilayah saya. Suatu hari, sambil melihat-lihat rak-rak yang memuat buku-buku untuk dewasa-muda, saya sempat berpikir bahwa saya pasti bisa membaca setiap buku di sana. Antusiasme itu membuat saya lupa tentang satu fakta penting—buku-buku baru akan selalu rutin ditambahkan ke rak-rak itu. Sekuat apa pun usaha saya, tetap saja saya tidak akan dapat membaca buku-buku yang terlalu banyak itu.

Buku-buku baru akan terus terbit dan bertambah. Bisa jadi Rasul Yohanes akan dibuat takjub oleh tersedianya begitu banyak buku di masa kini karena lima kitab yang ditulisnya dalam Perjanjian Baru—Injil Yohanes; Kitab 1, 2, dan 3 Yohanes; dan Wahyu—ditulis tangan di atas gulungan-gulungan perkamen.

Yohanes menulis kitab-kitab itu karena didorong oleh Roh Kudus untuk memberikan catatan kepada umat Kristen sebagai saksi mata dari kehidupan dan pelayanan Yesus (1Yoh. 1:1-4). Namun, tulisan Yohanes itu hanyalah sebagian kecil dari apa yang Yesus lakukan dan ajarkan dalam pelayanan-Nya. Yohanes bahkan berkata bahwa apabila semua hal yang Yesus lakukan itu ditulis “maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (Yoh. 21:25).

Pernyataan Yohanes terbukti benar sampai hari ini. Terlepas dari semua buku tentang Yesus yang pernah ditulis manusia, perpustakaan-perpustakaan di dunia ini tidak akan cukup besar untuk dapat menyimpan setiap kisah tentang kasih dan anugerah-Nya. Kita juga dapat bersyukur karena setiap dari kita mempunyai kisah kita sendiri tentang kasih Tuhan yang dapat kita bagikan dengan penuh sukacita untuk selama-lamanya (Mzm. 89:2)! —Lisa Samra

Dengan langit s’bagai kertas, batang pohon s’bagai pena, air laut s’bagai dawat, tiap orang penulisnya. Tak mungkin akan menuliskan kasih Allah yang besar, langit dari timur ke barat, tak akan memuatnya. —F. M. Lehman (kidung puji-pujian kristen, No. 27)

Kiranya hidupmu menceritakan tentang kasih dan anugerah Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 37-38; Kolose 3

Puntung Kayu Allah

Selasa, 2 Oktober 2018

Puntung Kayu Allah

Baca: Zakharia 3:1-7

3:1 Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.

3:2 Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?”

3:3 Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu,

3:4 yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: “Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.” Dan kepada Yosua ia berkata: “Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.”

3:5 Kemudian ia berkata: “Taruhlah serban tahir pada kepalanya!” Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ.

3:6 Lalu Malaikat TUHAN itu memberi jaminan kepada Yosua, katanya:

3:7 “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku, dan Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini.

Dosamu telah kubuang, engkau akan kuberi pakaian yang baru. —Zakharia 3:4 BIS

Puntung Kayu Allah

Setelah meraih anak yang terkecil, pelayan wanita yang panik itu bergegas keluar dari rumah yang sedang dilalap api. Ia masih berteriak keras memanggil Jacky, anak yang berumur lima tahun.

Namun, Jacky tidak mengikutinya. Di luar rumah, seorang warga cepat-cepat mengambil tindakan. Ia memanjat bahu temannya untuk menaiki jendela loteng, lalu ia menarik Jacky keluar dan membawanya ke tempat aman—persis sebelum atap rumah itu runtuh. “Jacky kecil seperti puntung kayu yang ditarik dari api,” kata Susanna, ibunya. “Puntung kayu” itu kemudian tumbuh menjadi pemberita Injil besar bernama John Wesley (1703-1791).

Susanna Wesley mengutip tulisan Zakharia, seorang nabi yang memberi kita wawasan berharga tentang karakter Allah. Saat menulis tentang penglihatan yang diterimanya, Zakharia membawa kita memasuki ruang pengadilan tempat Iblis berdiri di sebelah Imam Besar Yosua (3:1). Iblis mendakwa Yosua, tetapi Tuhan menghardik Iblis dan berkata, “Orang ini bagaikan puntung kayu yang ditarik dari nyala api” (ay.2 BIS). Kemudian Tuhan berkata kepada Yosua, “Dosamu telah kubuang, engkau akan kuberi pakaian yang baru” (ay.4 BIS).

Lalu Tuhan memberi Yosua tantangan—dan kesempatan: “Kalau engkau mematuhi hukum-hukum-Ku dan melakukan tugas-tugas yang Kuberikan kepadamu, maka untuk seterusnya engkau boleh menjadi pemimpin di dalam Rumah-Ku dan mengurus pelatarannya” (ay.7 BIS).

Sungguh indah gambaran anugerah yang kita terima dari Allah melalui iman kita kepada Yesus! Dia menarik kita dari api neraka, membersihkan kita, dan berkarya dalam diri kita sembari kita mengikuti tuntunan Roh-Nya. Kita pun dapat disebut sebagai puntung kayu yang ditarik dari api oleh Allah. —Tim Gustafson

Bapa, terima kasih karena Engkau menyelamatkan kami dan mendamaikan kami dengan-Mu. Kami mohon tuntunan Roh-Mu saat kami melayani-Mu hari ini.

Allah menyelamatkan kita karena Dia mengasihi kita; lalu Dia memperlengkapi kita untuk membagikan kasih-Nya kepada sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 14-16; Efesus 5:1-16

Artikel Terkait:

Mengapa Aku Tetap Berharap

Cara-Cara yang Tak Terduga

Jumat, 21 September 2018

Cara-Cara yang Tak Terduga

Baca: 1 Raja-Raja 19:1-12

19:1 Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang,

19:2 maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.”

19:3 Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.

19:4 Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.”

19:5 Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: “Bangunlah, makanlah!”

19:6 Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.

19:7 Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.”

19:8 Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.

19:9 Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”

19:10 Jawabnya: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.”

19:11 Lalu firman-Nya: “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!” Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.

19:12 Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.

Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa. —Yohanes 14:9

Cara-Cara yang Tak Terduga

Pada tahun 1986, Levan Merritt yang berusia 5 tahun terjatuh dari ketinggian 6 m ke dalam kandang gorila di kebun binatang Jersey, Inggris. Saat orangtua Levan dan para pengunjung berteriak minta tolong, muncullah gorila jantan dewasa bernama Jambo. Jambo pun berdiri di antara Levan yang tak berdaya dan beberapa gorila lainnya. Lalu dengan lembut, Jambo membelai punggung Levan. Ketika Levan mulai menangis, Jambo mengarahkan gorila-gorila lain ke kandang mereka masing-masing. Pada saat itulah, para penjaga kebun binatang dan ambulans datang menyelamatkan Levan. Lebih dari 30 tahun kemudian, Levan masih ingat bagaimana Jambo, si gorila raksasa yang lembut itu, telah bertindak dengan cara yang sangat mengejutkan, dan membuat persepsi Levan tentang gorila berubah selamanya.

Elia mungkin mengharapkan Allah bertindak dengan cara-cara tertentu. Namun, Allah memakai angin kencang yang memecahkan bukit batu, gempa dahsyat, dan api untuk menunjukkan kepada nabi-Nya agar jangan berpikir seperti itu tentang diri-Nya. Allah lalu memakai bisikan lembut untuk menyatakan isi hati dan hadirat-Nya (1Raj. 19:11-12).

Elia sudah pernah melihat kuasa Allah (18:38-39). Namun, ia tidak sepenuhnya memahami Pribadi yang ingin dikenal tidak hanya sebagai yang lebih hebat dan dahsyat dibandingkan allah-allah lain (19:10,14).

Pada akhirnya, bisikan lembut itu terwujud sepenuhnya dalam kelembutan Yesus yang penuh kuasa, dan Dia berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Kemudian Yesus dengan tenang menyerahkan diri-Nya dipaku di kayu salib—suatu tindakan yang tak terduga dan penuh belas kasih dari Allah Mahakuasa yang mengasihi kita. —Mart DeHaan

Bapa di surga, tolonglah kami untuk dikuatkan oleh bisikan-Mu yang lembut, dan dalam cara-cara yang ditunjukkan Anak-Mu. Kasihanlah kami karena tak mampu melihat lebih jauh bahwa ternyata ada kasih di balik kedahsyatan kuasa-Mu.

Allah takkan berteriak jika yang kita perlukan hanyalah bisikan.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7-9; 2 Korintus 13

Artikel Terkait:

Kamu Berharga di Mata Tuhan

Terukir di Telapak Tangan-Nya

Selasa, 18 September 2018

Terukir di Telapak Tangan-Nya

Baca: Yesaya 49:14-18

49:14 Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.”

49:15 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

49:16 Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.

49:17 Orang-orang yang membangun engkau datang bersegera, tetapi orang-orang yang merombak dan merusak engkau meninggalkan engkau.

49:18 Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua berhimpun datang kepadamu. Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, sungguh, mereka semua akan kaupakai sebagai perhiasan, dan mereka akan kaulilitkan, seperti yang dilakukan pengantin perempuan.

Aku selalu ingat padamu; namamu Kuukir di telapak tangan-Ku. —Yesaya 49:16 BIS

Terukir di Telapak Tangan-Nya

Dalam pelayanannya selama bertahun-tahun di sebuah gereja di London pada era 1800-an, Charles Spurgeon sangat senang mengkhotbahkan kekayaan yang terkandung dalam Yesaya 49:16, yang menyatakan bahwa Allah mengukir nama kita di telapak tangan-Nya. Spurgeon berkata, “Ayat seperti ini harus dikhotbahkan ratusan kali!” Keindahan yang luar biasa dari ayat tersebut membuat kita dapat merenungkannya terus-menerus.

Dengan indah, Spurgeon mengaitkan janji Allah kepada umat-Nya, Israel, dengan Anak Allah, Yesus, yang mati di atas kayu salib untuk kita. Spurgeon bertanya, “Luka apakah yang ada di telapak tangan-Mu? . . . Alat ukirnya adalah paku, yang ditancapkan dengan palu. Dia harus dipakukan di kayu salib, agar umat-Nya benar-benar terukir di kedua telapak tangan-Nya.” Sebagaimana Tuhan berjanji untuk mengukir nama umat-Nya di telapak tangan-Nya, demikianlah Yesus merentangkan kedua tangan-Nya di atas kayu salib, menerima paku yang ditancapkan pada kedua tangan-Nya supaya kita dapat terbebas dari dosa-dosa kita.

Jika kelak kita sempat berpikir bahwa Allah telah melupakan kita, kita cukup melihat telapak tangan kita dan mengingat janji Allah. Dia telah membuat ukiran yang tak terhapuskan di tangan-Nya demi kita; demikian besarnya kasih Allah kepada kita. —Amy Boucher Pye

Tuhan Allah, betapa besarnya kasih-Mu bagiku! Engkau selalu mengingatku. Aku tahu Engkau takkan pernah meninggalkanku, karena itu aku sangat bersyukur.

Allah mengukir nama kita di telapak tangan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30-31; 2 Korintus 11:1-15

Kepuasan Tertinggi

Jumat, 14 September 2018

Kepuasan Tertinggi

Baca: Yesaya 55:1-7

55:1 Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!

55:2 Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.

55:3 Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.

55:4 Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;

55:5 sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.

55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

55:7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! —Yesaya 55:1

Kepuasan Tertinggi

Saat membagikan makanan ringan kepada anak-anak dalam suatu kegiatan Sekolah Alkitab, kami melihat seorang anak kecil yang makan dengan lahap. Kemudian ia juga memakan remah-remah makanan milik anak-anak lain di mejanya. Bahkan setelah saya memberinya sekantong popcorn, ia belum kenyang juga. Sebagai pembimbing, kami sangat prihatin dan bingung mengapa anak kecil itu begitu lapar.

Lalu saya terpikir, bukankah kita juga bisa menjadi seperti anak kecil itu dalam hal emosi? Kita mencari-cari cara untuk memuaskan kerinduan kita yang terdalam, tetapi kita tidak pernah menemukan sesuatu yang dapat memuaskan kita sepenuhnya.

Nabi Yesaya mengundang mereka yang haus, “Marilah dan minumlah” dan kepada yang lapar, “Makanlah” (Yes. 55:1). Namun kemudian, ia bertanya, “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?” (ay.2). Yang dimaksud Yesaya bukan hanya lapar secara fisik. Allah sanggup memuaskan kelaparan rohani dan emosi kita dengan menjanjikan kehadiran-Nya. “Perjanjian abadi” di ayat 3 mengingatkan kita pada janji yang dibuat Allah kepada Daud dalam 2 Samuel 7:8-16. Melalui keturunan Daud, seorang Juruselamat akan datang untuk menghubungkan kembali manusia dengan Allah. Di kemudian waktu, dalam Yohanes 6:35 dan 7:37, Yesus memberikan undangan yang sama dengan undangan yang diberikan oleh Yesaya. Dengan cara itu, Yesus menunjukkan bahwa diri-Nya adalah Juruselamat yang pernah dinubuatkan oleh Yesaya dan nabi-nabi lainnya.

Apakah kamu lapar? Allah mengundang kamu untuk datang kepada-Nya dan dipenuhi hadirat-Nya. —Linda Washington

Bapa, aku ingin mengenal-Mu lebih dalam. Hanya Engkau yang dapat memuaskan kerinduanku yang terdalam.

Hanya Allah yang bisa memuaskan kelaparan rohani kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 19-21; 2 Korintus 7

Artikel Terkait:

Penjara Bukan Penghalang

Apakah Arti Sebuah Nama?

Kamis, 13 September 2018

Apakah Arti Sebuah Nama?

Baca: Matius 1:18-25

1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.

1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:

1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” —yang berarti: Allah menyertai kita.

1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,

1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus. —Matius 1:21

Apakah Arti Sebuah Nama?

“Gip” Hardin, seorang pengkhotbah gereja Methodis, menamai putranya John Wesley, mengikuti nama sang pengkhotbah terkenal. Nama itu mencerminkan harapan Gip atas anak laki-lakinya. Namun tragis, John Wesley Hardin kemudian memilih jalan yang menyimpang jauh dari tokoh iman yang agung itu. Hardin mengaku pernah membunuh 42 orang sehingga ia menjadi salah satu penjahat bersenjata dan buronan paling terkenal di wilayah barat Amerika pada akhir abad ke-19.

Di Alkitab, sama seperti berbagai budaya di zaman sekarang, nama memiliki makna yang istimewa. Ketika membawa berita kelahiran Anak Allah, seorang malaikat memerintahkan Yusuf untuk memberi nama anak Maria itu “Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1:21). Arti nama Yesus—“Allah yang menyelamatkan”—menegaskan misi-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

Tidak seperti Hardin, Yesus sepenuhnya hidup sesuai dengan arti nama-Nya. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Dia menggenapi misi penyelamatan-Nya. Yohanes menegaskan kuasa nama Yesus yang memberikan hidup: “Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:31). Kitab Kisah Para Rasul mengundang setiap orang untuk percaya kepada-Nya, sebab, “Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12).

Semua yang dengan iman berseru kepada nama Yesus yang ajaib itu akan memperoleh pengampunan dan pengharapan yang disediakan-Nya. Sudahkah kamu berseru memanggil nama-Nya? —Bill Crowder

Terima kasih, Bapa, Engkau menyelamatkanku melalui Anak-Mu, Yesus. Aku mengasihi-Mu.

Nama Yesus sama dengan misi-Nya— mencari dan menyelamatkan yang terhilang.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 16-18; 2 Korintus 6

Hati Sang Petugas Polisi

Sabtu, 1 September 2018

Hati Sang Petugas Polisi

Baca: Matius 18:1-10

18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”

18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka

18:3 lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

18:6 “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

18:7 Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

18:8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.

18:9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.

18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.

Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. —Matius 18:10

Hati Sang Petugas Polisi

Saat petugas polisi Vic Miglio kembali ke kantornya, ia langsung duduk dan menyandarkan diri ke dinding karena keletihan. Sebuah kasus kekerasan dalam rumah tangga telah menghabiskan sebagian waktunya hari itu. Peristiwa tersebut membuat seorang pria ditahan, seorang anak perempuan dilarikan ke rumah sakit, dan seorang ibu terguncang. Rasanya, kasus tersebut akan menggayuti pikiran si polisi muda itu untuk waktu yang lama.

“Kamu sudah berbuat yang terbaik, Vic,” atasannya mencoba bersimpati. Namun, kata-kata itu tidak menolong. Ada polisi yang bisa meninggalkan pekerjaan mereka di kantor, tetapi tidak bagi Vic Miglio. Hatinya begitu terbebani oleh kasus-kasus sulit seperti ini.

Hati Miglio mencerminkan belas kasihan Yesus. Murid-murid Yesus pernah datang kepada-Nya dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” (Mat. 18:1). Yesus memanggil seorang anak kecil, lalu berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (ay.3). Kemudian Dia memberikan peringatan keras kepada siapa saja yang mencoba untuk menyesatkan anak-anak (ay.6). Anak-anak begitu istimewa bagi Yesus hingga Dia mengatakan, “Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (ay.10).

Alangkah bahagianya mengetahui bahwa kasih Yesus bagi anak-anak juga berkaitan dengan kasih-Nya bagi kita semua! Karena itulah, Dia mengundang kita, melalui iman seperti anak-anak, untuk menjadi anak-anak-Nya. —Tim Gustafson

Tuhan, ingatkan kami untuk mengasihi anak-anak seperti Engkau mengasihi mereka, bahkan datang kepada-Mu dengan iman yang percaya seperti anak-anak.

Keluarga di bumi bisa mengecewakan kita, tetapi tidak dengan Bapa kita di surga.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 135-136; 1 Korintus 12

Hati yang Lapar

Kamis, 16 Agustus 2018

Hati yang Lapar

Baca: Yohanes 6:32-40

6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.

6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.”

6:35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.

6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. —Yohanes 6:35

Hati yang Lapar

Saat berkendara bersama suami, saya melihat-lihat e-mail di ponsel saya dan dikejutkan oleh munculnya iklan sebuah toko donat di kota saya. Toko itu baru saja kami lewati! Tiba-tiba saja perut saya keroncongan karena lapar. Alangkah hebatnya cara teknologi memungkinkan para penjual merayu kita untuk mencoba produk atau jasa mereka.

Sembari menutup e-mail tersebut, saya teringat kepada Allah yang terus-menerus rindu menarik saya mendekat kepada-Nya. Dia selalu mengetahui di mana saya berada dan rindu untuk mempengaruhi pilihan-pilihan yang saya buat setiap hari. Saya bertanya-tanya, Apakah hati saya juga begitu mendambakan-Nya seperti perut saya yang lapar karena menginginkan donat?

Dalam Yohanes 6, setelah mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang, para murid sangat berharap Yesus akan selalu memberi mereka “roti yang . . . memberi hidup kepada dunia” (ay.33-34). Yesus menanggapi di ayat 35, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Sungguh luar biasa bagaimana hubungan pribadi dengan Yesus dapat selalu memberikan asupan rohani yang kita butuhkan sehari-hari!

Iklan toko donat tadi menyasar kelaparan jasmani saya, tetapi pengetahuan Allah yang sempurna akan kondisi hati saya telah mendorong saya untuk mengenali kebutuhan saya yang tiada habisnya akan Dia dan untuk menerima kepuasan sejati yang hanya dapat ditemukan di dalam Dia. —Elisa Morgan

Ya Allah, ingatkan aku bahwa aku membutuhkan kehadiran-Mu setiap hari.

Hanya Yesus yang menyediakan roti yang benar-benar memuaskan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 94-96; Roma 15:14-33

Apa Kegemaran Kamu?

Rabu, 18 Juli 2018

Apa Kegemaran Kamu?

Baca: Mazmur 20:7-10

20:7 Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya.

20:8 Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.

20:9) Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak.

20:10 Ya TUHAN, berikanlah kemenangan kepada raja! Jawablah kiranya kami pada waktu kami berseru!

Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita. —Mazmur 20:8

Apa Kegemaran Kamu?

Salah seorang pegawai di bank tempat saya menabung memasang foto mobil Shelby Cobra tipe roadster (2 kursi tanpa atap permanen) pada jendela kerjanya. (Cobra adalah mobil dengan performa tinggi yang diproduksi oleh Ford Motor Company.)

Suatu hari, ketika bertransaksi di bank tersebut, saya bertanya kepadanya apakah itu mobilnya. “Bukan,” jawabnya, “itu hanya kegemaran yang saya kejar. Itulah alasan saya bangun dan bekerja setiap hari. Suatu hari nanti, saya akan memiliki mobil itu.”

Saya memahami kegemaran anak muda itu. Salah satu teman saya memiliki mobil Cobra, dan saya pernah sekali mengendarai mobil itu! Mobil yang sangat tangguh! Namun, mobil Cobra, seperti apa pun hal lainnya di dunia ini, tidak sepatutnya menjadi tujuan hidup kita. Menurut pemazmur, orang yang percaya pada hal-hal selain Allah akan “rebah dan jatuh” (Mzm. 20:9).

Itu karena kita diciptakan untuk Allah, dan tak ada satu pun hal yang dapat menggantikannya. Itulah kebenaran yang kita alami sendiri dalam hidup sehari-hari: Kita membeli ini atau itu karena berpikir bahwa semua itu akan membuat kita bahagia. Namun, seperti anak yang menerima selusin lebih hadiah Natal, kita pun bertanya kepada diri sendiri, “Cuma segini?” Selalu saja ada yang kurang.

Tak ada satu pun hal yang ditawarkan dunia ini—hal-hal yang sangat baik sekalipun—yang dapat sepenuhnya memuaskan kita. Hal-hal itu mungkin memberi sedikit kepuasan, tetapi itu pun segera lenyap (1Yoh. 2:17). Memang benar, “Allah tidak bisa memberi kita kebahagiaan dan damai yang terlepas dari diri-Nya,” C. S. Lewis menyimpulkan. “Karena memang tidak ada hal semacam itu.” —David H. Roper

Aku telah temukan Dia yang lama didambakan jiwaku! Yesus puaskan kerinduanku—melalui darah-Nya, telah diselamatkan-Nya daku. Clara Williams

Ada kerinduan dalam setiap hati yang hanya dapat dipuaskan oleh Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 20-22; Kisah Para Rasul 21:1-17