Posts

Indahnya Cinta

Sabtu, 19 Januari 2019

Indahnya Cinta

Baca: Amsal 5

5:1 Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,

5:2 supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan.

5:3 Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak,

5:4 tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua.

5:5 Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati.

5:6 Ia tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya.

5:7 Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku.

5:8 Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya,

5:9 supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam;

5:10 supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah orang yang tidak dikenal

5:11 dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa,

5:12 lalu engkau akan berkata: “Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran;

5:13 mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?

5:14 Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan.”

5:15 Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual.

5:16 Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?

5:17 Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain.

5:18 Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu:

5:19 rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.

5:20 Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing?

5:21 Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.

5:22 Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.

5:23 Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.

Hendaklah engkau berbahagia dengan istrimu sendiri. —Amsal 5:18 BIS

Indahnya Cinta

“Jarabe Tapatio” adalah tarian asal Meksiko yang merayakan cinta. Dalam tarian berirama cepat ini, sang pria menaruh topi sombrero miliknya di atas lantai. Lalu, di akhir tarian, sang wanita akan mengambil topi itu dan keduanya pun bersembunyi dan berciuman di balik topi sebagai penegasan atas cinta mereka berdua.

Tarian itu mengingatkan saya akan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan. Dalam Amsal 5, setelah muncul peringatan tentang bahaya percabulan, kita membaca bahwa pernikahan itu bersifat eksklusif. “Sebab itu, setialah kepada istrimu sendiri dan berikanlah cintamu kepada dia saja” (ay.15 BIS). Meski ada sepuluh pasangan yang menari Jarabe di atas panggung, setiap orang berfokus hanya pada pasangannya sendiri. Demikian juga haruslah kita bersukacita dalam komitmen yang teguh dan bulat kepada pasangan kita (ay.18 BIS).

Kisah cinta kita juga tak luput dari perhatian. Para penari yang menikmati tarian bersama pasangannya sadar bahwa ada orang yang menyaksikan mereka. Begitu pula dengan kehidupan kita, “Tuhan melihat segala-galanya yang dilakukan oleh manusia. Ke mana pun manusia pergi Tuhan mengawasinya” (ay.21 BIS). Allah ingin melindungi pernikahan kita, karena itulah Dia senantiasa memperhatikan kita. Kiranya kita menyenangkan hati Allah dengan saling setia kepada pasangan.

Seperti tarian Jarabe, hidup juga memiliki ritme yang harus diikuti. Jika kita mengikuti irama Sang Pencipta dengan berlaku setia kepada-Nya—baik sudah menikah maupun belum—kita akan menerima berkat dan sukacita. —Keila Ochoa

Tuhan, Engkau mengenal segala jalanku. Tolong aku untuk menghormati-Mu dalam hubunganku dengan sesama.

Kesetiaan menghasilkan sukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 46-48; Matius 13:1-30

Artikel Terkait:

Keluarga Ya Kayak Gini …

Dimensi Tak Terbatas

Jumat, 11 Januari 2019

Dimensi Tak Terbatas

Baca: Efesus 3:16-21

3:16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,

3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.

3:18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,

3:19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

3:20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,

3:21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

Aku berdoa, supaya kamu . . . dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus. —Efesus 3:18

Dimensi Tak Terbatas

Saya bergeming di atas alas tidur dan menahan napas ketika mesinnya bergerak. Saya tahu banyak orang sudah pernah menjalani pemeriksaan MRI. Namun, bagi saya yang menderita klaustrofobia (takut dalam ruangan yang sempit dan tertutup), saat menjalani proses itu, saya perlu memusatkan perhatian pada hal lain—lebih tepatnya, satu Pribadi—yang lebih besar daripada diri saya sendiri.

Seiring dengan bunyi dengung mesin, saya pun mengingat penggalan Kitab Suci, “Betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (Ef. 3:18). Dalam doanya bagi jemaat Efesus, Paulus menggambarkan empat dimensi kasih Allah untuk menekankan kasih dan kehadiran-Nya yang tak terukur.

Posisi dalam tabung MRI itu memberi gambaran baru bagi pemahaman saya. Lebar: jarak lima belas sentimeter di sisi tangan kiri dan kanan saya yang rapat dengan dinding tabung. Panjang: jarak antara kedua pintu tabung dari ujung kepala sampai kaki. Tinggi: jarak lima belas sentimeter dari hidung saya ke “langit-langit” tabung. Dalam: penopang tabung yang tertanam pada lantai di bawah saya. Empat dimensi itu melukiskan kehadiran Allah yang melingkupi dan menopang saya di dalam tabung MRI tersebut—dan di tiap situasi kehidupan saya.

Kasih Allah melingkupi kita SELURUHNYA. Lebar: Dia mengulurkan tangan-Nya untuk menjangkau semua orang di mana saja. Panjang: kasih-Nya tidak pernah berakhir. Tinggi: Dia mengangkat kita. Dalam: Dia masuk ke dalam hidup kita, menopang kita dalam segala situasi. Tiada satu hal pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah! (Rm. 8:38-39). —Elisa Morgan

Ya Tuhan, tolong kami berdiam sejenak untuk merenungkan betapa panjang, lebar, tinggi, dan dalamnya kasih-Mu bagi kami!

Situasi apa saja yang membuat kamu meragukan kasih Allah? Bagaimana kamu dapat memilih untuk mempercayai-Nya?

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 27-28; Matius 8:18-34

Keagungan Terbesar

Minggu, 6 Januari 2019

Keagungan Terbesar

Baca: Yohanes 17:1-5, 20-24

17:1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.

17:2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.

17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

17:4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

17:24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. —Lukas 2:1

Keagungan Terbesar

Kaisar Agustus dikenang sebagai kaisar Romawi yang pertama dan terbesar. Dengan kelihaian politik dan kekuatan militernya, ia mengalahkan musuh, memperluas wilayah kekaisaran, dan mengubah kota Roma dari lingkungan kumuh menjadi penuh kemewahan dengan patung-patung dan kuil-kuil dari marmer. Warga Romawi memuja Agustus sebagai dewa agung dan penyelamat umat manusia. Menjelang akhir pemerintahannya pada tahun ke-40, kata-kata terakhirnya yang dikenal secara resmi adalah, “Aku membangun Roma dari kota bertanah liat menjadi kota penuh marmer.” Namun, menurut sang istri, kata-kata terakhir Agustus yang sebenarnya adalah, “Sudahkah aku menjadi kaisar yang baik? Jika ya, rayakanlah saat aku mangkat.”

Agustus tidak sadar bahwa ia telah menjadi pemeran pendukung dalam cerita yang lebih besar. Pada masa pemerintahannya, lahirlah seorang anak tukang kayu yang menyingkapkan sesuatu yang jauh lebih agung daripada kemenangan militer, bangunan kuil, arena, maupun istana Romawi (Luk. 2:1).

Namun, siapa yang dapat memahami kemuliaan yang Yesus doakan pada malam ketika orang sebangsa-Nya menuntut Dia disalibkan oleh para algojo Romawi? (Yoh. 17:4-5). Adakah yang dapat memperkirakan keajaiban tersembunyi di balik pengorbanan yang akan selamanya dipuja di dalam surga dan di atas bumi?

Itulah kisah yang benar-benar menakjubkan. Mulanya, kita adalah manusia malang yang saling mencelakakan demi mengejar mimpi-mimpi bodoh, tetapi Dia telah mengubahkan dan menyatukan kita untuk mengenal serta memuja keagungan salib-Nya. —Mart DeHaan

Bapa di surga, kemegahan segala sesuatu akan berlalu, tetapi tolonglah kami untuk melihat kasih-Mu yang bertahan selamanya.

Keagungan salib adalah keagungan yang dibutuhkan oleh semua orang.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 16-17; Matius 5:27-48

Berjalan dalam Terang

Jumat, 4 Januari 2019

Berjalan dalam Terang

Baca: Ibrani 12:18-24

12:18 Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai,

12:19 kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka,

12:20 sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatangpun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu.”

12:21 Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.”

12:22 Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,

12:23 dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,

12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.

Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. —Yohanes 1:4

Berjalan dalam Terang

Kegelapan meliputi desa kami di tengah hutan setelah bulan menghilang ditutupi awan. Kilat membelah langit, diikuti hujan badai dan guntur menggelegar. Saat masih anak-anak, saya sering terbangun ketakutan sambil membayangkan semua jenis monster mengerikan yang siap menerkam saya! Namun, saat fajar menyingsing, bunyi-bunyi itu lenyap, matahari terbit, dan ketenangan muncul kembali seiring kicauan burung-burung menyambut sinar mentari. Begitu tajam kontras antara kegelapan malam yang mencekam dan terang pagi yang penuh keceriaan.

Penulis surat Ibrani mengingat masa-masa ketika bangsa Israel begitu takut dan gemetar sewaktu gelap disertai guruh meliputi Gunung Sinai (Kel. 20:18-19). Bagi mereka, kehadiran Allah terasa gelap dan menakutkan, bahkan ketika Dia mengaruniakan Hukum Taurat dengan penuh kasih. Hal itu terjadi, karena sebagai umat yang berdosa, orang Israel tak sanggup memenuhi standar Allah. Dosa menyebabkan mereka berjalan dalam kegelapan dan ketakutan (Ibr. 12:18-21).

Namun, “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (1Yoh. 1:5). Dalam Ibrani 12, Gunung Sinai menjadi lambang kekudusan Allah dan hidup lama kita yang penuh pemberontakan, sedangkan keelokan Bukit Sion melambangkan kasih karunia Allah dan hidup baru dari orang percaya dalam Yesus, “Pengantara perjanjian baru” (ay.22-24).

Siapa saja yang mengikut Yesus “tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Di dalam Dia, kita dapat meninggalkan kelamnya hidup lama dan merayakan sukacita berjalan dalam terang dan Kerajaan-Nya. —Lawrence Darmani

Terima kasih, Tuhan Yesus, karena Engkau telah membawaku keluar dari kegelapan kepada terang-Mu yang ajaib. Tolong aku untuk menghindari kegelapan dan terus berjalan dalam terang hingga tiba di kekekalan.

Bagaimana hidupmu diubahkan sejak percaya pada Yesus? Dalam hal apa saja kamu ingin lebih bertumbuh dalam iman?

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 10-12; Matius 4

Pembawa Pesan

Senin, 31 Desember 2018

Pembawa Pesan

Baca: Maleakhi 3:1-5

3:1 Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.

3:2 Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.

3:3 Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.

3:4 Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.

3:5 Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam.

 

Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku. —Maleakhi 3:1

Pembawa Pesan

“Ada pesan untukmu!” seru seorang wanita yang bekerja di konferensi yang saya hadiri, seraya menyerahkan secarik kertas untuk saya baca. Saya tak tahu apakah harus gugup atau gembira. Namun, ketika membaca, “Keponakanmu sudah lahir!” saya pun langsung bersukacita.

Suatu pesan bisa berisi kabar baik, berita buruk, atau kata-kata yang mendorong kita. Dalam Perjanjian Lama, Allah memakai para nabi untuk menyampaikan pesan pengharapan atau penghukuman. Namun, bila diperhatikan dengan cermat, pesan penghukuman-Nya pun dimaksudkan untuk menuntun kepada pertobatan, penyembuhan, dan pemulihan.

Dua jenis pesan tersebut muncul dalam Maleakhi 3 ketika Tuhan menjanjikan seorang utusan yang akan menyiapkan jalan bagi-Nya. Yohanes Pembaptis mengumumkan kedatangan Sang Pembawa Pesan sejati, yaitu Yesus (lihat Mat. 3:11)—“Malaikat Perjanjian” (Mal. 3:1) yang akan menggenapi janji-janji Allah. Dia akan bertindak “seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu” (ay.2), karena Dia akan menyucikan orang-orang yang mempercayai firman-Nya. Tuhan mengirim pesan untuk menyucikan umat-Nya sebab Dia peduli pada kesejahteraan mereka.

Pesan Allah berisi kasih, pengharapan, dan kebebasan. Dia mengutus Anak-Nya untuk berbicara dengan bahasa yang kita mengerti—pesan-Nya terkadang berisi teguran, tetapi selalu mengandung pengharapan. Percayalah pada pesan-Nya. —Amy Boucher Pye

Tuhan Yesus Kristus, tolonglah supaya aku tak hanya memahami pesan-Mu, tetapi juga menerapkannya dalam hidupku.

Mintalah kepada Tuhan agar Dia menolongmu membagikan kabar baik-Nya kepada orang lain di tahun yang baru.

Bacaan Alkitab Setahun: Maleakhi 1-4; Wahyu 22

Artikel Terkait:

Nenekku dan perempuan Nepal

Tempat Tertinggi

Kamis, 27 Desember 2018

Tempat Tertinggi

Baca: Kolose 1:15-23

1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,

1:16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

1:17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

1:18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.

1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,

1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

1:21 Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

1:22 sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

1:23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

 

Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. —Kolose 1:17

Tempat Tertinggi

Suatu hari, suami saya mengajak seorang teman ke gereja. Setelah kebaktian, temannya bertanya, “Aku suka lagu-lagu yang dinyanyikan dan juga suasananya. Hanya, aku tidak mengerti, mengapa orang Kristen begitu menghormati Yesus?” Suami saya lalu menjelaskan kepadanya bahwa kekristenan sesungguhnya adalah hubungan dengan Kristus. Tanpa Kristus, kekristenan tak ada artinya. Kita berkumpul dan memuji Tuhan Yesus karena perbuatan-Nya dalam kehidupan kita.

Siapakah Yesus dan apa yang telah dikerjakan-Nya? Rasul Paulus menjawab pertanyaan itu dalam Kolose 1. Tak seorang pun pernah melihat Allah, tetapi Yesus datang sebagai gambar Allah (ay.15). Yesus, Anak Allah, datang untuk mati bagi kita dan membebaskan kita dari dosa. Dosa telah memisahkan kita dari Allah yang kudus, maka damai sejahtera hanya dapat diperoleh melalui pribadi yang sempurna, yaitu Yesus (ay.14,20). Dengan kata lain, Yesus sudah memberikan kepada kita apa yang tak dapat diberikan oleh siapa pun—jalan kepada Allah dan hidup kekal (Yoh. 17:3).

Mengapa Dia layak dihormati setinggi itu? Yesus telah menaklukkan kematian. Dia memenangkan hati kita dengan kasih dan pengorbanan-Nya. Dia memberi kita kekuatan baru tiap hari. Dialah segalanya bagi kita!

Kita memberi-Nya kemuliaan karena Dia layak menerimanya. Kita meninggikan Dia karena Dia memang layak ditinggikan. Berikanlah kepada-Nya tempat tertinggi di hati kita. —Keila Ochoa

Yesus, Engkaulah Juruselamat dan Tuhanku. Aku mau memberi-Mu tempat tertinggi di hidupku.

Tuhan Yesus adalah pusat penyembahan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 1-4; Wahyu 18

Hari yang Biasa Saja?

Rabu, 26 Desember 2018

Hari yang Biasa Saja?

Baca: Kisah Para Rasul 3:17-26

3:17 Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu.

3:18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita.

3:19 Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan,

3:20 agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.

3:21 Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.

3:22 Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu.

3:23 Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.

3:24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini.

3:25 Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.

3:26 Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.”

 

Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus. —Kisah Para Rasul 3:13

Hari yang Biasa Saja?

Dalam cerita Christmas Every Day karangan William Dean Howells, dikisahkan seorang gadis kecil yang harapannya terkabul, yaitu Natal sepanjang tahun. Namun, pada hari ketiga, keceriaan Natal mulai menipis. Tak lama kemudian, semua orang sudah muak melihat permen. Kalkun menjadi langka dan dijual dengan harga selangit. Kado tak lagi diterima dengan gembira karena sudah bertumpuk di mana-mana. Orang saling membentak dengan jengkel. Tahun itu terasa panjang dan menjemukan.

Untungnya, cerita Howell hanya sebuah kisah satir. Namun, alangkah luar biasanya ketika sang tokoh utama Natal tak pernah membuat kita jemu meskipun Dia terus-menerus muncul di sepanjang Alkitab.

Setelah Yesus naik ke surga, Rasul Petrus memberitakan kepada orang banyak di Bait Allah Yerusalem bahwa Yesuslah yang dinubuatkan Musa ketika ia berkata, “Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku” (Kis. 3:22, Ul. 18:18). Janji Allah kepada Abraham, “Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati,” sesungguhnya mengacu kepada Yesus (Kis. 3:25; Kej. 22:18). Petrus menegaskan, “Semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini,” yaitu kedatangan Mesias (Kis. 3:24).

Setelah perayaan Natal selesai, kita bisa menjaga semangatnya terus hidup. Dengan melihat Kristus dalam seluruh cerita Alkitab, kita pun menyadari betapa Natal itu lebih dari sekadar hari yang biasa saja. —Tim Gustafson

Bapa, terima kasih karena Engkau telah mengaruniakan Anak-Mu dan mewahyukan kisah-Nya pada lembaran-lembaran Alkitab.

Meski kemeriahan Natal telah usai, jagalah agar semangatnya tidak pudar.

Bacaan Alkitab Setahun: Hagai 1-2; Wahyu 17

Salju Musim Dingin

Selasa, 25 Desember 2018

Salju Musim Dingin

Baca: Yesaya 42:1-4

42:1 Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.

42:2 Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.

42:3 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.

42:4 Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

 

Ia tak akan berteriak atau berseru dengan nyaring, suaranya tak akan terdengar di jalan. Buluh yang terkulai tak akan dipatahkannya. —Yesaya 42:2-3a BIS

Salju Musim Dingin

Saat bangun pagi di musim dingin, saya sering mendapati alam yang berselimut salju dengan suasana yang hening dan damai. Tak seperti hujan petir musim semi yang menggelegar di malam hari, salju turun dengan lemah lembut.

Dalam lagu Winter Snow Song, Audrey Assad bernyanyi tentang Yesus yang bisa saja datang ke dunia dengan kedahsyatan bak puting beliung, tetapi Dia justru datang dengan tenang dan perlahan seperti salju musim dingin yang turun dengan lembut pada malam hari di luar sana.

Kedatangan Yesus diam-diam mengejutkan banyak orang. Alih-alih dilahirkan di istana, Dia lahir di tempat yang tak terduga dan sederhana di luar Betlehem. Dia pun tidur di satu-satunya tempat yang tersedia, sebuah palungan (luk. 2:7). Bukannya dilayani oleh para bangsawan dan pejabat pemerintah, Yesus disambut oleh para gembala sederhana (ay.15-16). Orangtua Yesus pun hanya mampu mempersembahkan korban sederhana berupa dua ekor burung ketika mereka menyerahkan-Nya di Bait Allah (ay.24).

Kedatangan Yesus yang sederhana telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya dengan mengatakan bahwa Sang Juruselamat “tak akan berteriak atau berseru dengan nyaring” (yes. 42:2 bis). Dia juga takkan hadir dengan kekuatan yang akan mematahkan buluh yang terkulai atau memadamkan sumbu yang pudar nyalanya (ay.3). Sebaliknya, Dia datang dengan lembut untuk merangkul kita dan menawarkan perdamaian dengan Allah—damai yang masih tersedia bagi siapa pun yang mempercayai kisah agung tentang Sang Juruselamat yang lahir di palungan. —Lisa Samra

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela meninggalkan kemuliaan-Mu dan datang ke dunia untuk menawarkan damai bagi kami.

Tenang di malam sunyi, t’rang surga berseri; demikianlah karunia bagimu diberi. —Hai Kota Mungil Betlehem (Kidung jemaat 094)

Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1-3; Wahyu 16

Artikel Terkait:

Kisah Orang Majus Keempat

Renungkanlah

Senin, 24 Desember 2018

Renungkanlah

Baca: Lukas 2:8-20

2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.

2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:

2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”

2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:

2:14 “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.”

2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.

2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.

2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.

2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

 

Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. —Lukas 2:19

Renungkanlah

Selama mengajar di Bible Training College di London (1911-15), Oswald Chambers sering mengejutkan mahasiswa dengan ucapan-ucapannya di depan kelas. Seorang mahasiswi bercerita bahwa karena diskusi baru diizinkan di acara makan bersama berikutnya, Chambers pun diberondong dengan beragam pertanyaan dan keberatan. Mendapat tanggapan yang begitu banyak, Oswald sering kali hanya tersenyum dan berkata, “Jangan dipikirkan sekarang, nanti juga kamu akan mengerti dengan sendirinya.” Ia mendorong mereka untuk merenungkan hal-hal tersebut dan menunggu Allah menyingkapkan kebenaran-Nya pada waktu-Nya.

Merenung berarti berkonsentrasi dan memikirkan sesuatu secara mendalam. Setelah mengalami berbagai peristiwa menjelang kelahiran Yesus di Betlehem, lalu diikuti dengan penampakan malaikat dan gembala yang datang untuk melihat Sang Mesias, “Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (luk. 2:19). Seorang pakar Perjanjian Baru, W. E. Vine, berkata bahwa “merenungkan” di ayat itu berarti “mengumpulkan [berbagai pertimbangan], berhitung, membandingkan satu hal dengan yang lain dalam menilai keadaan yang ada” (Expository Dictionary of New Testament Words).

Tatkala kita berusaha memahami makna di balik peristiwa yang menimpa kita, ikutilah teladan Maria yang mencari Allah serta hikmat-Nya.

Seperti Maria, bila kita menerima pimpinan Allah dalam hidup ini, kita akan menemukan banyak hal baru tentang penyertaan kasih-Nya untuk disimpan dan direnungkan dalam hati. —David C. McCasland

Bapa, bimbinglah kami oleh Roh Kudus-Mu sembari kami merenungkan kebesaran kasih-Mu dan mengikuti rencana-Mu dalam kehidupan kami.

Ambillah waktu teduh di tengah kesibukan untuk merenung dan menyimak apa yang mungkin sedang Allah sampaikan kepadamu.

Bacaan Alkitab Setahun: Habakuk 1-3; Wahyu 15