Posts

Untuk Inilah Aku Punya Yesus

Jumat, 23 Oktober 2015

Untuk Inilah Aku Punya Yesus

Baca: Yesaya 49:13-20

49:13 Bersorak-sorailah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung! Sebab TUHAN menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas.

49:14 Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.”

49:15 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

49:16 Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.

49:17 Orang-orang yang membangun engkau datang bersegera, tetapi orang-orang yang merombak dan merusak engkau meninggalkan engkau.

49:18 Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua berhimpun datang kepadamu. Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, sungguh, mereka semua akan kaupakai sebagai perhiasan, dan mereka akan kaulilitkan, seperti yang dilakukan pengantin perempuan.

49:19 Sebab tempat-tempatmu yang tandus dan sunyi sepi dan negerimu yang dirombak, sungguh, sekarang terlalu sempit untuk sekian banyak pendudukmu dan orang-orang yang mau menelan engkau akan menjauh.

49:20 Malahan, anak-anakmu yang kausangka hilang akan berkata kepadamu: “Tempat itu terlalu sempit bagiku, menyisihlah, supaya aku dapat diam di situ!”

Sebab TUHAN menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas. —Yesaya 49:13

Untuk Inilah Aku Punya Yesus

Dalam hidup kita, jarang sekali ada masa-masa yang bebas dari masalah, tetapi adakalanya masalah yang menerjang terasa begitu menakutkan.

Rose melihat seluruh keluarganya, kecuali dua putri kecilnya, dibantai dalam peristiwa genosida di Rwanda pada tahun 1994. Ia menjadi seorang janda di antara banyak janda yang jatuh miskin. Namun ia tak mau menyerah. Ia lalu mengadopsi dua anak yatim piatu dan semata-mata mempercayai Allah untuk menyediakan makan dan uang sekolah untuk keluarganya yang kini terdiri dari lima orang. Rose bekerja dengan menerjemahkan literatur Kristen ke dalam bahasa setempat dan mengatur penyelenggaraan pertemuan tahunan bagi sesama kaum janda. Ia menangis sambil menceritakan kisahnya kepada saya. Akan tetapi, untuk setiap masalah yang dialaminya, ia memiliki satu solusi sederhana. “Untuk semua inilah,” katanya, “aku punya Yesus.”

Allah tahu persis apa yang kamu hadapi saat ini. Yesaya mengingatkan kita bahwa Allah mengenal kita dengan begitu lekat, sehingga seolah-olah nama kita terlukis di telapak tangan-Nya (Yes. 49:16). Adakalanya kita mungkin lalai dalam menolong orang lain yang membutuhkan kita, bahkan kepada mereka yang dekat dengan kita, tetapi Allah memahami setiap seluk-beluk kehidupan kita. Dan Dia telah memberi kita Roh-Nya untuk membimbing, menghibur, dan menguatkan kita.

Tuliskanlah tantangan apa saja yang sedang kamu hadapi saat ini, kemudian tambahkanlah kata-kata berikut di sebelah tulisan tadi sebagai pengingat akan kesetiaan dan kepedulian-Nya: “Untuk semua inilah, aku punya Yesus.” —Marion Stroud

Terima kasih, ya Yesus, karena Engkau menyertaiku saat ini.
Aku bersyukur untuk kesetiaan-Mu.

Hidup itu mengambil perspektif dalam terang Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 1-2; 1 Timotius 3

Photo credit: Foter / CC BY-SA

Salib dan Mahkota

Minggu, 18 Oktober 2015

Salib dan Mahkota

Baca: Yohanes 19:21-30

19:21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.”

19:22 Jawab Pilatus: “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”

19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian–dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.

19:24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.” Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku.” Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.

19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”

19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia–supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci–:”Aku haus!”

19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. —Yohanes 11:25

Salib dan Mahkota

Gereja Westminster Abbey di London mempunyai sejarah yang kaya dan panjang. Di sana, pada abad ke-10, para biarawan Benedictine memulai tradisi ibadah harian yang masih dilakukan sampai sekarang. Westminster Abbey juga menjadi tempat penguburan dari banyak orang terkenal, dan sejak tahun 1066 M menjadi tempat penobatan raja atau ratu Inggris. Bahkan 17 di antara raja atau ratu tersebut juga dikubur di sana. Pemerintahan mereka bermula dan berakhir di tempat yang sama.

Tak peduli seagung apa pun penguburan mereka, para penguasa di dunia bertakhta dan tumbang; mereka hidup lalu mati. Akan tetapi, Yesus adalah raja yang berbeda, yang walaupun pernah mati tetapi Dia tidak tetap di dalam kubur. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Yesus diberi mahkota duri dan disalibkan sebagai “Raja orang Yahudi” (Yoh. 19:3,19). Karena Yesus bangkit dari kematian dengan penuh kejayaan, kita yang percaya kepada Kristus mempunyai pengharapan yang melampaui liang kubur dan memegang jaminan bahwa kita akan hidup bersama Dia selamanya. Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh. 11:25-26).

Kita melayani Raja yang telah bangkit! Kiranya kita dengan rela menundukkan diri kepada kekuasaan-Nya atas hidup kita saat ini sambil menantikan suatu hari ketika “Tuhan, Allah kita, yang Mahakuasa” akan memerintah untuk selama-lamanya (Why. 19:6). —Bill Crowder

Terima kasih, Yesus, karena Engkau bangkit dari antara orang mati dan Engkau hidup untuk selamanya.

Kebangkitan Yesus mematikan kematian.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 53-55; 2 Tesalonika 1

Realitas Normal Yang Baru

Sabtu, 3 April 2010

Baca: Roma 6:1-11

Sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. —Roma 6:4

Setelah dokter menyatakan bahwa saya terkena kanker, saya berusaha mendengar apa yang dikatakannya, tetapi saya tidak dapat memahaminya. Saya pulang ke rumah, menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh dan kepala, lalu tertidur di sofa, seolah-olah tidur mampu mengubah diagnosa tersebut. Ketika akhirnya saya mempunyai kekuatan untuk memberitahu para sahabat saya, salah seorang sahabat saya, Judy Schreur, mengucapkan sesuatu yang sangat berkesan.

Setelah menyampaikan rasa simpatinya, Judy berkata, “Ini yang akan terjadi. Kau akan merasa sangat buruk selama 3 hari. Lalu, kau akan bangkit, memikirkan apa yang harus kau lakukan, dan melanjutkan hidupmu.” Kemudian ia menambahkan, “Kupikir ini ada kaitannya dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan.”

Saat itu, saya tidak mempercayainya. Saya meyakini kehidupan yang saya jalani telah berakhir. Segalanya akan menjadi berbeda. Saya tidak membayangkan akan kembali merasa normal. Namun, Judy benar. Tiga hari berikutnya saya bangun dan menyadari bahwa saya merasa tidak terlalu buruk. Kemudian sedikit demi sedikit, meskipun mengalami penderitaan fisik karena proses kemoterapi, kondisi emosi dan rohani saya semakin membaik. Saya telah “mati” untuk realitas saya yang lama dan telah “dibangkitkan” untuk menjalani realitas normal yang baru.

Puji Tuhan, Allah ada dibalik peristiwa kebangkitan. Bagi mereka yang telah mati di dalam Kristus, kematian dari satu realitas merupakan kebangkitan dari realitas yang baru dan mulia sehingga kita dapat “hidup dalam hidup yang baru” (Rm. 6:4). —JAL

Yesus menebus dan mati demi kita;
Di dalam Dia, kita mati dan bangkit dari kematian.
Kematian tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan;
Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang. D. De Haan

Berada “di dalam Kristus” berarti mengambil bagian dalam hidup-Nya,
kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.