Posts

Kasih yang Ajaib

Senin, 21 Desember 2015

Kasih yang Ajaib

Baca: Yohanes 6:32-40

6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.

6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.”

6:35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.

6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. —Yohanes 6:38

Kasih yang Ajaib

Menjelang Natal pertama sejak suaminya meninggal, teman kami Davidene menulis sepucuk surat yang luar biasa. Di dalamnya ia membayangkan seperti apa suasana di surga ketika Yesus lahir ke dunia. “Allah sudah tahu itulah yang akan terjadi,” tulisnya. “Ketiganya adalah satu, dan Dia mengizinkan terjadinya keretakan dalam kesatuan-Nya yang mulia itu demi kita. Surga ditinggalkan oleh Allah Anak.”

Ketika Yesus mengajar dan menyembuhkan orang di bumi, Dia berkata, “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. . . . Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:38,40).

Kelahiran Yesus di Betlehem merupakan awal dari misi kedatangan-Nya ke dunia untuk menunjukkan kasih Allah dan memberikan nyawa-Nya di kayu salib untuk membebaskan kita dari hukuman dan kuasa dosa.

“Aku tak bisa membayangkan harus benar-benar melepas seseorang yang aku kasihi, yang telah menjadi satu denganku, demi orang lain,” Davidene menyimpulkan. “Namun Allah melakukannya. Dia rela surga yang mulia itu menjadi lebih sepi daripada rumahku, supaya aku bisa tinggal di surga-Nya bersama Dia selamanya.”

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal” (Yoh. 3:16). —David McCasland

Bapa di surga, kami takjub akan kasih-Mu yang ajaib kepada kami. Terima kasih karena Engkau telah mengaruniakan Anak Tunggal-Mu untuk menyelamatkan kami dari dosa.

Kelahiran Kristus membawa Allah kepada manusia; salib Kristus membawa manusia kepada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 4-5; Wahyu 12

Pax Romana

Minggu, 20 Desember 2015

Pax Romana

Baca: Yesaya 8:23?9:6

8:23 Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.

9:1 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.

9:2 Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.

9:3 Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.

9:4 Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.

9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

9:6 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya. —Yesaya 9:5

Pax Romana

Alangkah mahalnya harga suatu peperangan. Satu situs internet melaporkan bahwa saat ini ada 64 negara yang sedang terlibat dalam konflik bersenjata. Kapan dan bagaimana semua perang itu akan berakhir? Kita menginginkan kedamaian, tetapi tidak dengan mengorbankan keadilan.

Yesus lahir pada masa “kedamaian”, tetapi kedamaian itu merupakan buah penindasan yang keras. Pax Romana atau kedamaian di bawah kekuasaan Romawi itu terjadi hanya karena penguasa menindas semua perbedaan pendapat.

Tujuh abad sebelum masa yang relatif damai tersebut, ada sepasukan musuh yang sudah bersiap menyerang Yerusalem. Dalam bayang-bayang peperangan, Allah membuat pernyataan yang luar biasa. “Mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar,” kata Nabi Yesaya (Yes. 9:1). “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; . . . Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan” (ay.5-6). Matius menyatakan bahwa nubuat Yesaya tersebut digenapi dalam Kristus sang Putra (Mat. 1:22-23; Baca Juga Yes. 7:14).

Kita mengagumi sang Bayi mungil di palungan itu. Namun Bayi yang tak berdaya itu juga adalah Tuhan yang Mahakuasa, “TUHAN semesta alam” (Yes. 13:13). Suatu hari kelak, Dia akan berkuasa “di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran” (9:6). Pemerintahan tersebut tidak akan menjadi seperti Pax Romana yang kejam, karena yang berkuasa adalah Sang Raja Damai. —Tim Gustafson

Bapa, tiada kata-kata yang cukup untuk mensyukuri kedatangan Anak Tunggal-Mu yang mendamaikan kami dengan-Mu melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kami bersyukur kepada-Mu bahwa Dia akan memerintah selamanya dalam damai dan kebenaran.

Anak Domba Allah itu juga adalah Singa dari Yehuda. (Wahyu 5:5)

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 1-3; Wahyu 11

Bait Ketujuh

Sabtu, 19 Desember 2015

Bait Ketujuh

Baca: Lukas 2:8-14

2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.

2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:

2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”

2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:

2:14 “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. —Lukas 2:11

Bait Ketujuh

Pada musim panas tahun 1861, Frances, istri Henry Wadsworth Longfellow, meninggal secara tragis dalam suatu kebakaran. Pada Natal pertama tanpa kehadiran istrinya, Longfellow menulis dalam buku hariannya, “Alangkah menyedihkannya masa Natal ini.” Tahun berikutnya keadaan tidak menjadi lebih baik, dan ia menulis, “Anak-anak mengucapkan ‘Selamat Natal’, tetapi itu tidak lagi berlaku bagiku.”

Tahun 1863, ketika perang saudara di Amerika masih berkecamuk, putra Longfellow masuk militer tanpa direstui ayahnya, dan kemudian terluka parah dalam perang. Pada hari Natal tahun itu, ketika lonceng gereja berdentang menandakan kedatangan Natal yang masih memedihkan hatinya, Longfellow menuliskan puisinya, “Aku Dengar Dentang Lonceng pada Hari Natal.”

Puisi itu dimulai dengan kalimat-kalimat riang dan indah, tetapi kemudian berubah menjadi kelam. Gambaran tentang kekerasan di bait keempat tidak sesuai dengan riangnya sebuah pujian Natal. Longfellow menulis, meriam “terkutuk” yang “bergemuruh” seakan menghina kabar kedamaian. Hingga bait kelima dan keenam, kesedihan Longfellow nyaris memuncak. “Bagai gempa yang mengoyak dasar lempengan benua,” tulisnya. Penyair itu nyaris putus asa: “Dalam nestapa, kutundukkan kepala; ‘Tiada lagi damai di bumi,’ keluhku.”

Namun demikian, dari pekatnya hari Natal yang suram itu, Longfellow mendengar bunyi pengharapan yang tidak dapat dibungkam. Ia pun menulis bait ketujuh berikut ini.

Lalu makin keraslah lonceng gereja berdentang: “Allah tidak mati, juga tak terlelap! Yang jahat akan kalah, yang benar akan menang. Damai sejahtera di bumi, di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!”

Perang masih terus berkecamuk, juga kenangan akan musibah di hidupnya. Namun semua itu tak dapat menghentikan Natal. Sang Juruselamat telah lahir! Dia berjanji, “Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Why. 21:5). —Tim Gustafson

Imanuel—Allah beserta kita!

Bacaan Alkitab Setahun: Yunus 1-4; Wahyu 10

Cara Menjadi Sempurna

Minggu, 13 Desember 2015

Cara Menjadi Sempurna

Baca: Roma 3:20-26

3:20 Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

3:21 Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,

3:22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.

3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. —Ibrani 10:14

Cara Menjadi Sempurna

Natal adalah suatu masa ketika tekanan untuk menjadi sempurna meningkat. Kita membayangkan adanya perayaan Natal yang sempurna dan berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkannya. Kita mencari-cari hadiah yang sempurna. Kita merencanakan jamuan yang sempurna di hari Natal. Kita memilih kartu ucapan yang sempurna atau menulis ucapan yang sempurna. Namun perjuangan keras kita itu hanya membuat kita kecil hati dan kecewa ketika kita tidak cukup mampu untuk mewujudkan semua impian itu. Hadiah yang telah kita pilih dengan cermat hanya dibalas dengan ucapan terima kasih yang setengah hati. Masakan yang kita siapkan ternyata agak gosong. Kartu ucapan Natal kita ternyata salah ketik, dan kita baru menyadarinya setelah kita mengirimkannya. Anak-anak ribut memperebutkan mainan, sementara orang dewasa meributkan lagi masalah lama.

Namun daripada merasa kecil hati, kita dapat menggunakan kekecewaan kita untuk mengingat kembali makna penting dari Natal. Kita membutuhkan Natal karena tidak seorang pun di antara kita yang sepenuhnya dapat menjadi seperti yang kita inginkan-tidak untuk satu bulan, satu minggu, bahkan satu hari sekalipun. Alangkah sangat berartinya perayaan kelahiran Kristus itu apabila kita menyingkirkan konsep kita yang sesat tentang kesempurnaan, dan sebaliknya memusatkan perhatian kita pada kesempurnaan Juruselamat kita, yang oleh-Nya kita telah dibenarkan (Rm. 3:22).

Jika perayaan Natal kamu tahun ini tidak sesuai dengan harapan, relakanlah itu dan jadikanlah sebagai pengingat bahwa satu-satunya jalan untuk dijadikan sempurna selama-lamanya (Ibr. 10:14) adalah dengan hidup beriman dalam kebenaran Kristus. —Julie Ackerman link

Apa harapanmu untuk Natal ini? Idealis atau realistis? Pikirkan apa yang dapat kamu lakukan untuk berfokus kepada Kristus dan makna kelahiran-Nya.

Hanya dengan mengenakan kebenaran-Nya, kita dapat berdiri tanpa cacat cela di hadapan takhta-Nya. —Edward Mote

Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 12-14; Wahyu 4

Air dan Kehidupan

Minggu, 1 November 2015

Air dan Kehidupan

Baca: Yohanes 4:1-15

4:1 Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes

4:2 –meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, —

4:3 Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.

4:4 Ia harus melintasi daerah Samaria.

4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.

4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.

4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”

4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

4:10 Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”

4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?”

4:13 Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”

Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.” —Yohanes 4:13-14

Air dan Kehidupan

Ketika Dave Mueller mengulurkan tangannya dan memutar pegangan keran, air pun mengalir deras dari keran ke dalam sebuah ember. Orang-orang di sekitarnya bertepuk tangan. Mereka merayakan hadirnya air bersih yang segar mengalir di lingkungan mereka untuk pertama kalinya. Memiliki sumber air bersih akan mengubah hidup masyarakat di Kenya itu.

Dave dan istrinya, Joy, bekerja keras memenuhi kebutuhan masyarakat di sana melalui penyediaan air bersih. Namun pelayanan mereka tidak berhenti sampai di situ. Sembari menolong penduduk untuk menikmati air bersih, keduanya juga bersaksi tentang Yesus Kristus kepada mereka.

Dua ribu tahun lalu, Yesus duduk di pinggir sebuah sumur di Samaria dan berbicara dengan seorang wanita yang sedang menimba air minum untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Namun Yesus mengatakan kepada wanita itu bahwa air yang jauh lebih dibutuhkannya adalah air hidup untuk keselamatan jiwanya.

Meski sejarah terus bergulir dan kehidupan manusia semakin maju, tetapi dua kebenaran berikut ini masih berlaku: Tanpa air bersih, kita akan mati. Terlebih penting lagi, tanpa Yesus Kristus, sumber air hidup, kita pasti mati dalam dosa-dosa kita.

Air memang penting bagi keberadaan kita—baik air bersih untuk kehidupan jasmani maupun air hidup dari Yesus untuk kehidupan rohani kita. Sudahkah kamu menikmati air hidup yang disediakan oleh Yesus, sang Juruselamat? —Dave Branon

Terima kasih, ya Yesus, karena Engkau menjadi air hidup bagi kami. Terima kasih atas kerelaan-Mu untuk mati di kayu salib dan atas kuasa-Mu untuk bangkit dari kematian demi menyediakan air hidup itu bagi kami.

Hanya Yesus yang memiliki air hidup untuk memuaskan jiwa kita yang dahaga.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 24-26; Titus 2

Salib dan Mahkota

Minggu, 18 Oktober 2015

Salib dan Mahkota

Baca: Yohanes 19:21-30

19:21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.”

19:22 Jawab Pilatus: “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”

19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian–dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.

19:24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.” Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku.” Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.

19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”

19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia–supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci–:”Aku haus!”

19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. —Yohanes 11:25

Salib dan Mahkota

Gereja Westminster Abbey di London mempunyai sejarah yang kaya dan panjang. Di sana, pada abad ke-10, para biarawan Benedictine memulai tradisi ibadah harian yang masih dilakukan sampai sekarang. Westminster Abbey juga menjadi tempat penguburan dari banyak orang terkenal, dan sejak tahun 1066 M menjadi tempat penobatan raja atau ratu Inggris. Bahkan 17 di antara raja atau ratu tersebut juga dikubur di sana. Pemerintahan mereka bermula dan berakhir di tempat yang sama.

Tak peduli seagung apa pun penguburan mereka, para penguasa di dunia bertakhta dan tumbang; mereka hidup lalu mati. Akan tetapi, Yesus adalah raja yang berbeda, yang walaupun pernah mati tetapi Dia tidak tetap di dalam kubur. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Yesus diberi mahkota duri dan disalibkan sebagai “Raja orang Yahudi” (Yoh. 19:3,19). Karena Yesus bangkit dari kematian dengan penuh kejayaan, kita yang percaya kepada Kristus mempunyai pengharapan yang melampaui liang kubur dan memegang jaminan bahwa kita akan hidup bersama Dia selamanya. Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh. 11:25-26).

Kita melayani Raja yang telah bangkit! Kiranya kita dengan rela menundukkan diri kepada kekuasaan-Nya atas hidup kita saat ini sambil menantikan suatu hari ketika “Tuhan, Allah kita, yang Mahakuasa” akan memerintah untuk selama-lamanya (Why. 19:6). —Bill Crowder

Terima kasih, Yesus, karena Engkau bangkit dari antara orang mati dan Engkau hidup untuk selamanya.

Kebangkitan Yesus mematikan kematian.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 53-55; 2 Tesalonika 1

Pohon Jejak

Sabtu, 28 Maret 2015

Pohon Jejak

Baca: Yesaya 53:4-12

53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

53:8 Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.

53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

53:10 Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.

53:11 Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

53:12 Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Mereka menusuk tangan dan kakiku. . . . Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. —Mazmur 22:17-19

Pohon Jejak

Beberapa tahun terakhir ini, putri saya begitu terpikat dengan sejarah penduduk asli dari Michigan Utara, tempat tinggalnya saat ini. Pada suatu sore di musim panas ketika saya ada di sana, ia menunjukkan sebuah jalan bertanda “Trail Trees” (Pohon Jejak). Ia menjelaskan kepada saya bahwa konon para penduduk asli Amerika pada zaman lampau melengkungkan pohon-pohon yang masih muda untuk menunjukkan arah ke tempat tujuan tertentu. Pohonpohon tersebut kemudian akan terus bertumbuh dalam bentuk yang tidak lazim.

Alkitab Perjanjian Lama memiliki fungsi yang serupa. Ada banyak perintah dan ajaran dalam Alkitab yang mengarahkan hati kita pada jalan hidup yang dikehendaki Tuhan. Sepuluh Perintah Allah adalah contoh yang baik. Namun selain itu, nabi-nabi di Perjanjian Lama juga merujuk kepada Mesias yang akan datang. Ribuan tahun sebelum Yesus datang, mereka telah berbicara tentang Betlehem, tempat kelahiran Yesus (lihat Mik. 5:1 dan Mat. 2:1-6). Mereka melukiskan kematian Yesus di atas kayu salib dengan sangat rinci (lihat Mzm. 22:15-19 dan Yoh. 19:23-24). Dan Yesaya 53:1-12 merujuk pada pengorbanan yang akan Yesus lakukan ketika Allah “menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (ay.6; lihat Luk. 23:33).

Ribuan tahun lalu, para hamba Allah di Perjanjian Lama menunjukkan jalan yang terarah kepada Yesus, Anak Allah. Dialah yang telah menanggung penyakit kita dan memikul kesengsaraan kita (Yes. 53:4). Dialah jalan menuju kehidupan. —Cindy Hess Kasper

Terima kasih Tuhan atas pesan keselamatan yang sederhana. Yesus, Engkaulah jalan, kebenaran, dan hidup. Aku bersyukur karena hidup-Mu telah Engkau serahkan demi hidupku. Aku mengasihi-Mu.

Yesus menyerahkan hidup-Nya demi hidup kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 4-6; Lukas 4:31-44

Photo credit: moranalefay / Foter / CC BY-NC-SA