Posts

Nama di Atas Segala Nama

Sabtu, 21 September 2019

Nama di Atas Segala Nama

Baca: Keluaran 6:1-8

6:1 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Akulah TUHAN.

6:2 Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.

6:3 Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing,

6:4 tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku.

6:5 Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.

6:6 Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.

6:7 Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.”

6:8 Lalu Musa mengatakan demikian kepada orang Israel, tetapi mereka tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat itu.

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. —Filipi 2:9

Nama di Atas Segala Nama

Nama Antonio Stradivari (1644-1737) telah melegenda dalam dunia musik. Biola, selo, dan biola alto yang dibuatnya bernilai sangat tinggi karena kualitas karya dan kejernihan suaranya sehingga banyak di antaranya diberikan nama masing-masing. Contohnya, salah satu biola diberi nama Messiah-Salabue Stradivarius. Setelah pemain biola, Joseph Joachim (1831-1907) memainkannya, ia menulis, “Bunyi biola Strad, si unik “Messie”, yang begitu lembut nan agung itu terus terngiang dalam ingatan saya.”

Namun demikian, nama dan bunyi Stradivarius yang terkenal itu tidaklah sebanding dengan karya dari satu Sumber yang jauh lebih agung. Dari Musa hingga Yesus, Allah di atas segala allah memperkenalkan diri-Nya dengan nama di atas segala nama. Bagi kita, Dia ingin hikmat dan karya tangan-Nya dikenal, dihargai, dan dirayakan dengan iringan musik dan puji-pujian (Kel. 5:24; 15:1-2).

Namun, penyelamatan dahsyat oleh Allah yang menjadi jawaban atas seruan orang-orang yang tertindas itu barulah permulaannya. Siapakah yang dapat memperkirakan, bahwa lewat tangan lemah yang disalibkan, Dia kemudian meninggalkan warisan yang bernilai kekal dan tak terhingga? Siapakah yang pernah membayangkan hasil karya-Nya yang ajaib dan megahnya musik yang dinyanyikan untuk mengagungkan Pribadi yang telah mati—menanggung hinaan karena dosa dan penolakan kita—demi menunjukkan kasih-Nya yang besar atas kita? —Mart DeHaan

WAWASAN
Sesuai perintah Allah, Musa meminta waktu kepada Firaun agar bangsa Israel diizinkan pergi mempersembahkan korban kepada Allah (Keluaran 5:1). Firaun menanggapinya dengan menambah beban kerja mereka (ay.2-9). Orang-orang Ibrani melampiaskan kemarahan mereka atas ketidakadilan itu kepada Musa dan Harun (ay.19-21). Sebaliknya, Musa bertanya kepada Allah, “Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus?” (ay.22). Allah menjawab, “Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun“ (5:24). Allah juga mengingatkan Musa bahwa Dia tidak menyatakan Nama-Nya kepada Abraham, Ishak, atau Yakub, tetapi telah menyatakan-Nya kepada Musa (3:13-15). —Tim Gustafson

Dalam hal apa saja kamu dapat melihat tangan Tuhan dengan sabar membentuk hidupmu agar nama-Nya terpatri pada dirimu? Apa perbuatan-Nya hari ini yang mengingatkanmu bahwa kamu adalah anak-Nya?

Bapa Surgawi, berkaryalah di dalam kami dan melalui kami hari ini agar orang lain melihat bahwa segalanya yang kami miliki berasal dari-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7-9; 2 Korintus 13

Handlettering oleh Christa Brilian

Background photo credit: Setiawan Jati

Terang bagi Jalan Kita

Rabu, 4 September 2019

Terang bagi Jalan Kita

Baca: Kejadian 1:1-5

1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

1:3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.

1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.

1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. —Kejadian 1:3

Terang bagi Jalan Kita

Restoran itu indah, tetapi gelap gulita. Hanya ada sebatang lilin kecil berkedip-kedip di setiap meja. Agar dapat membaca menu, memandang teman semeja, bahkan melihat apa yang mereka makan, para tamu menggunakan telepon genggam mereka sebagai sumber cahaya.

Akhirnya, seorang tamu dengan tenang keluar dari kursinya, menghampiri pramusaji, dan mengajukan permintaan sederhana. “Bisa tolong nyalakan lampunya?” Tak lama kemudian, lampu di langit-langit pun menyala, cahaya terang yang hangat memenuhi ruangan, dan seisi ruangan bersorak gembira dengan bertepuk tangan. Seketika itu, terdengar canda tawa di mana-mana. Juga obrolan riang dan ucapan terima kasih. Suami teman saya mematikan telepon genggamnya, meraih alat makannya, lalu berbicara mewakili kami semua. “Lalu, jadilah terang! Sekarang, mari kita makan!”

Malam yang tadinya suram berubah menjadi ceria hanya dengan menyalakan lampu. Namun, alangkah jauh lebih penting mengenal sumber terang sejati yang sebenarnya. Allah sendiri memfirmankan kata-kata yang dahsyat tersebut, “Jadilah terang,” pada hari pertama ketika Dia menciptakan alam semesta, “lalu terang itu jadi” (Kej. 1:3). Kemudian “Allah melihat bahwa terang itu baik” (ay.4).

Terang menyatakan besarnya kasih Allah kepada kita. Terang-Nya menuntun kita kepada Yesus, Sang “terang dunia” (Yoh. 8:12), yang memimpin kita keluar dari kekelaman dosa. Dengan melangkah dalam terang-Nya, kita menapaki jalan menuju hidup yang memuliakan Kristus. Dialah anugerah paling cemerlang yang pernah diberikan bagi dunia. Melangkahlah dalam jalan yang diterangi-Nya. —Patricia Raybon

WAWASAN
Salah satu karakteristik Alkitab yang mengagumkan adalah bahwa setiap bagian yang berbeda tetap saling mendukung, dan keseluruhannya menceritakan tentang Yesus. Sinergi itu juga tampak dalam bacaan hari ini, Kejadian 1:1-5 dan Yohanes 1:1-5. Keduanya dimulai dengan frasa “pada mulanya”, suatu masa pada permulaan zaman ketika Allah menciptakan dunia. Pada mulanya, ada Allah (Kejadian 1:1), dan Firman (Yesus; Yohanes 1:1,14) ada bersama-sama dengan Bapa dan Roh Kudus (Kejadian 1:2). Kejadian 1 mengungkapkan pekerjaan Allah Tritunggal dalam penciptaan, sedangkan Yohanes menegaskan bahwa Kristus memegang peran utama dalam penciptaan tersebut (Yohanes 1:3). Kedua kisah itu berakhir dengan terang yang memasuki kegelapan di dalam kekosongan sebelum ada penciptaan. Mulanya, terang itu terjadi melalui firman yang diucapkan Bapa (Kejadian 1:3), yaitu suatu cahaya (terang dalam pengertian harfiah). Pada akhirnya, datanglah ‘terang’ dunia (terang dalam pengertian simbolis), yaitu Yesus (Yohanes 1:4-5; 8:12; 9:5). —Bill Crowder

Dalam keadaan apa kamu membutuhkan terang Yesus bersinar? Pernahkah terang-Nya menuntunmu di masa lalu?

Allah Mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu untuk Yesus, Sang Terang Dunia, dan kebesaran kasih-Nya yang menuntun kami.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 143-145; 1 Korintus 14:21-40

Siapa Itu?

Jumat, 19 Juli 2019

Siapa Itu?

Baca: Mazmur 24

24:1 Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.

24:2 Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

24:3 “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?”

24:4 “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.

24:5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.

24:6 Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.” Sela

24:7 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!

24:8 “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!”

24:9 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!

24:10 “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela

“Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” —Mazmur 24:10

Siapa Itu?

Dalam perjalanan pulang dari bulan madu, saya dan suami mengantre untuk memasukkan koper-koper kami ke bagasi di bandara. Saya lalu menyenggol suami saya dan menunjuk ke arah seseorang yang berdiri tak jauh dari kami.

Suami saya melirik, sambil berkata, “Siapa itu?”

Dengan penuh semangat, saya menyebut peran-peran yang pernah dilakoni pria tersebut. Kami pun mendatanginya dan memintanya berfoto bersama. Dua puluh empat tahun kemudian, saya masih senang bercerita tentang pertemuan kami dengan bintang film itu.

Bisa mengenali seorang bintang film memang menyenangkan, tetapi saya bersyukur bisa mengenal satu Pribadi yang jauh lebih penting. “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” (Mzm. 24:8). Daud sang pemazmur menyebut Tuhan Mahakuasa sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penguasa segala sesuatu. Ia bernyanyi, “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai” (ay.1-2). Dalam kekaguman, Daud menyatakan bahwa Tuhan memang di atas segalanya, tetapi tetap dapat ditemui secara pribadi (ay.3-4). Kita dapat mengenal Dia, dikuatkan oleh-Nya, dan mempercayai Dia untuk berperang bagi kita, karena kita hidup bagi Dia (ay.8).

Allah memberi kesempatan kepada kita untuk menyatakan Dia sebagai Pribadi Agung, satu-satunya yang layak diperkenalkan kepada orang lain. Saat kita mencerminkan karakter-Nya, orang-orang yang belum mengenal Dia akan tergerak untuk bertanya, “Siapa Dia?” Seperti Daud, kita dapat mengarahkan mereka kepada Tuhan dengan penuh kekaguman dan menceritakan tentang diri-Nya! —Xochitl Dixon

WAWASAN
Mazmur 24 kerap dipasangkan dengan Mazmur 15 sebagai satu liturgi yang dinyanyikan ketika umat memasuki rumah ibadat untuk beribadah. Dalam Mazmur 24:7-10, Daud menggambarkan betapa Allah layak menerima puji-pujian kita. Dia adalah “Raja Kemuliaan” dan yang “Mahakuasa.” Kata Ibrani untuk “mulia” adalah kãbôd yang berarti “berat, substansi, makna”. Kata ini memberi penekanan pada status Allah dan kemegahan-Nya. Kata yang diterjemahkan sebagai “Mahakuasa” memiliki makna penaklukan dan pemerintahan Allah dalam peperangan atau suatu pasukan. Dua mazmur tersebut juga menggambarkan siapa saja yang boleh datang ke “gunung” Tuhan, yaitu orang “yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil” (15:2), “orang yang bersih tangannya dan murni hatinya” (24:4). Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai frasa “tidak bercela” memiliki arti “tanpa noda.” Pada kitab lain, kata yang sama dipakai untuk menjelaskan korban yang benar (2 Samuel 22:24) dan dapat diterima (Imamat 14:10; 22:19). Akan tetapi, kita tidak mungkin menjadi “benar” atau “tidak bercela” dengan kekuatan kita sendiri. Hanya melalui pengorbanan Kristus kita dapat disebut orang benar (Filipi 3:8-9). —Julie Schwab

Apa yang telah Tuhan tunjukkan kepada kamu tentang diri-Nya? Bagaimana kamu dapat membagikan pengalaman tersebut kepada orang lain?

Tuhan, terima kasih atas berkat sukacita dan hak istimewa untuk mengenal-Mu. Engkau juga memberi kami kesempatan untuk memperkenalkan-Mu kepada sesama kami setiap hari.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23-25; Kisah Para Rasul 21:18-40

Handlettering oleh Kent Nath

Pawai Kemenangan

Rabu, 17 Juli 2019

Pawai Kemenangan

Baca: 2 Korintus 2:14-17

2:14 Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.

2:15 Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.

2:16 Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?

2:17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.

Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. —2 Korintus 2:14

Pawai Kemenangan

Pada tahun 2016, ketika tim bisbol Chicago Cubs memenangi Kejuaraan Dunia untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad, kurang lebih lima juta orang berjajar di sepanjang rute pawai dan berkumpul di pusat kota untuk merayakannya.

Pawai kemenangan seperti itu tidak bermula pada zaman modern. Pawai kuno yang terkenal adalah Pawai Kejayaan Romawi, di mana para jendral pemenang perang memimpin arak-arakan yang terdiri dari pasukan dan tawanan melalui jalan-jalan yang dipadati rakyat.

Pawai semacam itulah yang mungkin ada dalam pikiran Rasul Paulus ketika ia menulis surat kepada jemaat di Korintus untuk bersyukur kepada Allah yang telah membawa orang-orang percaya “di jalan kemenangan-Nya” (2Kor. 2:14). Bagi saya, gambaran tentang para pengikut Kristus yang mengikuti perarakan itu sangat memukau. Sebagai orang percaya kita tidak dipaksa untuk berpartisipasi, melainkan dengan sukarela menjadi bagian dari arak-arakan yang dipimpin oleh Kristus, Sang Pemenang yang telah bangkit. Sebagai umat Kristen, kita merayakan kenyataan bahwa melalui kemenangan-Nya, Kristus mendirikan jemaat-Nya dan alam maut tidak akan dapat menguasainya (Mat. 16:18).

Ketika kita berbicara tentang kemenangan Yesus di atas kayu salib dan kemerdekaan yang dianugerahkan-Nya kepada orang percaya, kita ikut berperan “menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana” (2Kor. 2:14). Baik keharuman tersebut meyakinkan orang percaya akan keselamatan mereka atau menjadi bau kebinasaan bagi yang tidak percaya, aroma yang kuat dan tak terlihat itu selalu hadir ke mana pun kita melangkah.

Dengan mengikut Kristus, kita menyatakan kejayaan kebangkitan-Nya yang membuka jalan keselamatan bagi dunia. —Lisa Samra

WAWASAN
Dalam suratnya ini, Paulus menceritakan penderitaan yang ia tanggung, antara lain bahaya yang mengancam nyawanya (2 Korintus 1:8-10) dan perpecahan serius dalam gereja (lihat 1 Korintus 1:10-17). Perpecahan ini mungkin disebabkan oleh mereka yang disebut Paulus “banyak orang lain”, katanya: “Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah” (2 Korintus 2:17). Di samping itu, ada juga jemaat gereja yang melakukan inses—percabulan dengan anggota keluarga sendiri (1 Korintus 5:1-5). Allah memelihara Paulus dan rekan-rekannya sepelayanan (2 Korintus 1:10-11), kesatuan gereja dipulihkan (7:8-13), dan dosa seksual dapat ditangani (2:5-11). Itulah sebabnya surat Paulus berakhir dengan kemenangan: “Tetapi syukur bagi Allah. . .” (ay. 14). Ia menutup suratnya dengan menyampaikan penegasan atas kuasa kerasulannya: “Dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya” (ay. 17). —Tim Gustafson

Apa arti kemenangan Yesus Kristus di atas kayu salib bagimu? Bagaimana cara kamu mengandalkan kuasa kebangkitan-Nya dalam hidup ini?

Yesus adalah Raja kita yang berjaya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 18-19; Kisah Para Rasul 20:17-38

Handlettering oleh Robby Kurniawan

Setiap Kisah

Kamis, 4 Juli 2019

Setiap Kisah

Baca: Lukas 24:17-27

24:17 Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram.

24:18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”

24:19 Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.

24:20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.

24:21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.

24:22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,

24:23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.

24:24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.”

24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!

24:26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”

24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. —Lukas 24:27

Setiap Kisah

Saya membuka Alkitab untuk anak yang memuat ilustrasi yang sangat menarik dan mulai membacakan isinya kepada cucu saya. Kami langsung dibuat terpesona oleh kisah-kisah tentang kasih Allah yang diuraikan di dalamnya. Saya membaca judulnya sekali lagi: The Jesus Storybook Bible: Every Story Whispers His Name (Yesus dalam Alkitab Bergambar: Setiap Kisah Membisikkan Nama-Nya).

Setiap kisah membisikkan nama-Nya.

Jujur saja, adakalanya Alkitab, terutama Perjanjian Lama, sulit untuk dimengerti. Mengapa bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah menindas umat-Nya? Bagaimana mungkin Allah membiarkan kekejaman seperti itu padahal kita tahu Dia baik dan kehendak-Nya selalu dimaksudkan untuk kebaikan kita?

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus bertemu dengan dua murid yang tidak mengenali-Nya di jalan menuju Emaus. Mereka sedang kecewa karena Mesias yang mereka harap-harapkan telah mati (luk. 24:19-24), padahal mereka berharap “Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” (ay.21). Kemudian Lukas mencatat bagaimana Yesus meyakinkan mereka: “Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi” (ay.27).

Setiap kisah membisikkan nama-Nya, bahkan dalam kisah-kisah yang sulit dimengerti, karena semua itu menyingkapkan kebobrokan total dari dunia ini dan kebutuhan kita akan Sang Juruselamat. Setiap tindakan, setiap peristiwa, setiap campur tangan Allah merujuk kepada rancangan penebusan-Nya atas kita, anak-anak-Nya yang berdosa, dengan maksud agar kita kembali kepada-Nya. —Elisa Morgan

WAWASAN
Pengajaran Kristus dalam Lukas 24 memberi kita suatu wawasan tentang cara membaca Perjanjian Lama, yakni dengan melihat Yesus sebagai intinya. Pada ayat 27, Yesus menyebut Perjanjian Lama dengan istilah “kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” Dalam ayat 44, Yesus mengelompokkan kitab-kitab suci menjadi tiga bagian, yaitu “kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur” dan mengatakan bahwa tulisan-tulisan itu berbicara tentang Diri-Nya. Yohanes 5:39 menyampaikan hal serupa, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku.” —Arthur Jackson

Bagaimana karya keselamatan Allah terjadi dalam kehidupan kamu? Apa yang sedang mengusikmu hari-hari ini? Bagaimana kamu melihat tangan Allah bekerja dalam kisah-kisah kehidupanmu yang sulit dimengerti?

Ya Allah, tolonglah aku menyimak saat Engkau membisikkan nama-Mu melalui setiap kisah yang kami temukan di dalam Alkitab.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 28-29; Kisah Para Rasul 13:1-25

Handlettering oleh Novia Jonatan

Dicuci Bersih

Minggu, 21 April 2019

Dicuci Bersih

Baca: Yeremia 2:13,20-22

2:13 Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.

2:20 Sebab dari dahulu kala engkau telah mematahkan kukmu, telah memutuskan tali pengikatmu, dan berkata: Aku tidak mau lagi diperbudak. Bahkan di atas setiap bukit yang menjulang dan di bawah setiap pohon yang rimbun engkau berbaring dan bersundal.

2:21 Namun Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni. Betapa engkau berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar!

2:22 Bahkan, sekalipun engkau mencuci dirimu dengan air abu, dan dengan banyak sabun, namun noda kesalahanmu tetap ada di depan mata-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH.

Darah Yesus, Anak [Allah] itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. —1 Yohanes 1:7

Dicuci Bersih

Semua jadi benar-benar kacau. Sebuah pulpen gel berwarna biru entah bagaimana bisa terselip di antara lipatan handuk-handuk putih saya dan aman dari gilingan mesin cuci, tetapi kemudian pecah saat berada di dalam mesin pengering. Alhasil, bercak biru pun menyebar ke mana-mana. Rusak sudah handuk-handuk putih saya. Diberi pemutih sebanyak apa pun tetap tidak akan bisa menghilangkan noda-noda gelap tersebut.

Meski sebenarnya enggan, akhirnya saya menjadikan handuk-handuk itu sebagai lap. Saya jadi teringat pada ratapan Nabi Yeremia dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan tentang dampak merusak dari dosa. Dengan menolak Allah dan berpaling kepada para dewa (Yer. 2:13), Yeremia menyatakan bahwa bangsa Israel telah meninggalkan noda yang tidak akan dapat hilang dalam hubungan mereka dengan Allah. “Bahkan, sekalipun engkau mencuci dirimu dengan air abu, dan dengan banyak sabun, namun noda kesalahanmu tetap ada di depan mata-Ku, demikianlah firman Tuhan Allah” (ay.22). Mereka tidak kuasa meniadakan kerusakan yang telah mereka buat.

Dengan kekuatan kita sendiri, kita tidak akan sanggup menghapus noda dosa-dosa kita. Namun, Tuhan Yesus telah melakukan apa yang tidak sanggup kita lakukan. Melalui kuasa kematian dan kebangkitan-Nya, Dia “menyucikan [orang percaya] dari pada segala dosa” (1Yoh. 1:7).

Bahkan jika ini sulit dipercaya, tetaplah bersandar pada kebenaran ini: tidak ada kerusakan akibat dosa yang tidak dapat dihapus oleh Yesus Kristus. Allah rela dan siap menghapus akibat dosa siapa saja yang bersedia kembali kepada-Nya (ay.9). Melalui Kristus, kita dapat hidup setiap hari dengan merdeka dan penuh pengharapan. —Lisa Samra

WAWASAN

Dalam bahasa asli Alkitab, ada beberapa kata yang diterjemahkan sebagai dosa, masing-masing memiliki pengertian berbeda. Dalam bacaan hari ini, Yeremia menggunakan kata yang berarti “buruk” atau “jahat” dan kerap digunakan untuk menyebut sesuatu yang memiliki dampak negatif. Namun, walaupun berbagai definisi dapat memberikan pengertian teknis tentang apa itu dosa, sering kali definisi tersebut gagal untuk menjelaskan gambaran tentang realitas dosa.
Dalam bacaan hari ini, Yeremia menggunakan empat metafora untuk menggambarkan hakikat kejijikan dosa Israel terhadap Allah—menggali kolam (ay.13), mematahkan kuk dan memutuskan tali pengikat (ay.20), persundalan (ay.20), dan pohon anggur liar (ay.21). Ketika dosa diartikan sekadar “meleset dari sasaran” (suatu tembakan yang baik tetapi tak sempurna), dosa menjadi sesuatu yang lebih mudah dimaklumi. Namun, persundalan sebagai metafora dari dosa kita adalah gambaran yang keras, tidak mudah diberi lapisan pemanis. Yeremia mengatakan bahwa tindakan Israel sangat menjijikkan sehingga usaha apapun untuk membersihkan diri mereka sendiri tidak akan mampu menghapuskan kesalahan mereka. —J.R. Hudberg

Apa yang bisa Anda lakukan dengan rasa bersalah Anda? Bagaimana Anda dapat hidup secara berbeda hari ini setelah mengetahui bahwa kematian Yesus berkuasa menghapuskan rasa bersalah dan “noda” akibat dosa Anda?

Darah Yesus menghilangkan noda akibat dosa.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 12–13; Lukas 16

Handlettering oleh Tora Tobing

Tabir yang Terkoyak

Jumat, 19 April 2019

Tabir yang Terkoyak

Baca: Ibrani 10:10-23

10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.

10:12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,

10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.

10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

10:15 Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,

10:16 sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,

10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”

10:18 Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,

10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

Oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri. —Ibrani 10:19-20

Tabir yang Terkoyak

Hari itu hari yang gelap dan suram di luar kota Yerusalem. Di atas bukit di luar tembok kota, seorang Manusia yang telah menarik perhatian banyak pengikut setia selama tiga tahun terakhir tergantung dengan penuh aib dan rasa sakit pada sebuah salib kayu yang kasar. Mereka yang mengiringi-Nya menangis dan meratap dalam kesedihan. Cahaya matahari tidak lagi menerangi langit pada siang itu. Kemudian, penderitaan tidak terkira dari Manusia yang tergantung pada kayu salib tersebut berakhir ketika Dia berseru dengan nyaring, “Sudah selesai”(Mat. 27:50; Yoh. 19:30).

Pada saat yang sama, terdengar suara lain dari Bait Suci di dalam kota—suara kain yang terkoyak. Secara ajaib, tanpa campur tangan manusia, tabir tebal yang memisahkan bagian luar dari Bait Suci dengan ruang maha kudus terkoyak menjadi dua dari atas ke bawah (Mat. 27:51).

Tabir yang terkoyak itu melambangkan realitas salib: jalan yang baru menuju Tuhan sekarang telah terbuka! Yesus, sang Manusia yang tergantung pada salib tersebut, telah mencurahkan darah-Nya sebagai pengorbanan terakhir—persembahan satu kali untuk selama-lamanya (Ibr. 10:10)—yang memungkinkan semua orang yang percaya kepada-Nya menikmati pengampunan dan masuk ke dalam hubungan dengan Allah (rm. 5:6-11).

Di tengah kegelapan yang melingkupi Jumat Agung itu, kita menerima kabar yang paling indah—Tuhan Yesus telah membuka jalan bagi kita untuk selamat dari dosa dan memungkinkan kita mengalami persekutuan dengan Allah selamanya (Ibr. 10:19-22). Terima kasih, Tuhan, untuk pesan agung dari tabir yang terkoyak. —Dave Branon

WAWASAN

Dalam surat Ibrani, pelayanan Yesus sebagai Imam Besar menempati posisi yang penting. Pertama kali dikatakan dalam Ibrani 1:3: “Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.” Pasal 13 juga berbicara tentang hal tersebut: “Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa. . . Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita. . . untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri” (ay.11-12). —Arthur Jackson

Bagaimana realitas yang terjadi pada Jumat Agung membawa Anda keluar dari kegelapan menuju terang? Apa artinya bagi Anda mengalami persekutuan dengan Tuhan?

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 6–8; Lukas 15:1-10

Handlettering oleh Priska Sitepu

Pencipta dan Penopang

Sabtu, 30 Maret 2019

Pencipta dan Penopang

Baca: Ibrani 1:1-4

1:1 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,

1:2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,

1:4 jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.

Ia adalah cahaya kemuliaan Allah . . . dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. —Ibrani 1:3

Daily Quotes ODB

Dengan bantuan kaca pembesar dan pinset, seorang pembuat jam dari Swiss bernama Phillipe dengan cermat menjelaskan kepada saya bagaimana ia membongkar, membersihkan, dan memasang kembali bagian-bagian kecil dari arloji mekanis yang dirancang khusus. Di antara semua bagian arloji yang kecil-kecil, ada satu komponen terpenting, yaitu pegas utama. Pegas utama merupakan komponen yang menggerakkan semua roda gigi yang memungkinkan jam tangan menunjukkan waktu dengan tepat. Tanpa hal itu, jam tangan rancangan seseorang yang paling ahli sekalipun tidak akan dapat berfungsi.

Dalam Perjanjian Baru, ada bagian indah dari kitab Ibrani yang dengan terang-terangan memuji Yesus sebagai Pribadi yang melalui-Nya Allah menciptakan langit dan bumi. Seperti kerumitan arloji yang dirancang khusus, setiap detail alam semesta kita diciptakan oleh Tuhan Yesus (Ibr. 1:2). Dari luasnya tata surya sampai keunikan sidik jari kita, semua hal itu diciptakan oleh-Nya.

Namun, Yesus bukan saja Pencipta, tetapi bagaikan pegas utama arloji, kehadiran-Nya teramat penting bagi keberlangsungan dan perkembangan ciptaan-Nya. Dia senantiasa “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (ay.3), memelihara semua yang telah diciptakan-Nya agar bekerja sama dengan baik dalam segala kerumitannya yang luar biasa.

Jika kamu memiliki kesempatan untuk mengalami keindahan alam ciptaan Allah hari ini, ingatlah bahwa “segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol. 1:17). Semoga kesadaran akan peran utama Yesus dalam penciptaan dan keberlangsungan alam semesta ini mendorong kita untuk terus bersyukur dan memuji pemeliharaan-Nya atas hidup kita. —Lisa Samra

Apa saja karya ciptaan Allah yang mendorongmu untuk menyembah Dia, dan apa alasannya?

Tuhan Yesus, terima kasih atas cara-Mu memelihara dan menopang ciptaan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 9-10; Lukas 5:17-39

Semua yang Kulihat

Senin, 4 Februari 2019

Semua yang Kulihat

Baca: Yohanes 3:22-35

3:22 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis.

3:23 Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis,

3:24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.

3:25 Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.

3:26 Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.”

3:27 Jawab Yohanes: “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.

3:28 Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.

3:29 Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.

3:30 Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

3:31 Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.

3:32 Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu.

3:33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar.

3:34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.

3:35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.

Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. —Yohanes 3:30

Semua yang Kulihat

Di tengah musim dingin, pada suatu hari yang bersalju, Krista berdiri sembari memandang keindahan mercusuar yang tertutup salju di tepi danau. Saat mengeluarkan ponsel untuk memotret pemandangan itu, kacamatanya ditutupi kabut. Karena tak bisa melihat apa pun, ia memutuskan untuk mengarahkan kamera ponsel ke arah mercusuar dan mengambil tiga gambar dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Setelah melihat hasil fotonya, ia baru sadar kalau kameranya diatur di posisi selfie. Sambil tertawa, ia berkata, “Fokusku selalu aku, aku, dan aku. Semua yang kulihat hanya diriku sendiri.” Foto-foto Krista membuat saya terpikir tentang kesalahan serupa yang kita lakukan: Kita bisa terlalu berfokus pada diri sendiri hingga gagal melihat gambaran yang lebih besar dari rencana Allah.

Yohanes Pembaptis, sepupu Yesus, tahu betul bahwa yang menjadi fokus bukanlah dirinya sendiri. Sejak awal ia menyadari bahwa posisi atau panggilannya adalah untuk mengarahkan orang kepada Yesus, Anak Allah. “Lihatlah Anak domba Allah!” kata Yohanes ketika melihat Yesus berjalan ke arahnya dan para pengikutnya (Yoh. 1:29). Ia melanjutkan, “Untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel” (ay.31). Ketika belakangan murid-murid Yohanes menceritakan bahwa Yesus mendapat banyak pengikut, Yohanes berkata, “Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. . . . Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (3:28-30).

Kiranya fokus utama dalam hidup kita adalah Yesus dan mengasihi-Nya dengan segenap hati. —Anne Cetas

Bagaimana aku bisa mengasihi Yesus dengan sebaik-baiknya? Siapa yang dikehendaki-Nya untuk kukasihi sekarang ini?

Tuhan, sering aku berfokus pada diri, kebutuhan, dan keinginanku sendiri. Tolong aku tak lagi berfokus pada diriku, melainkan kepada diri-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 34-35; Matius 22:23-46