Posts

4 Fondasi Disiplin Rohani

Oleh Yosheph Yang

Jika seseorang bertanya, “Mengapa kamu melakukan disiplin rohani?” Mungkin jawaban yang diberikan kebanyakan orang Kristen bernada positif: ingin bertumbuh dalam iman, ingin berelasi erat dengan Tuhan, dan sebagainya.

Namun, melakukan disiplin rohani itu tidak selalu mudah. Salah satu tantangan yang terjadi ialah kita mudah jenuh. Melalui tulisan ini, aku mengajakmu untuk menggali empat fondasi kita berdisiplin rohani. Seperti orang yang membangun rumah di atas fondasi batu yang kuat (Lukas 6:48), memiliki fondasi disiplin rohani yang benar menolong kita untuk tetap semangat dan konsisten.

Empat fondasi ini terambil dari Kitab Yudas yang pesan utamanya ditujukan kepada kita yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus.

“Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal (Yudas 1:20-21).

1. Membangun diri di atas dasar iman yang paling suci

Nasihat Yudas pada frasa ini mengajak kita untuk tidak hanya beriman di dalam hati dan perkataan, tetapi juga mengungkapkannya melalui tindakan sehari-hari. Iman yang terpaut kuat pada Kristus menolong kita untuk selalu bisa merasakan hadirat Tuhan di setiap waktu dan tempat. Ketika kita percaya bahwa hadirat Tuhan ada dalam setiap langkah kaki kita, inilah yang akan menolong kita untuk hidup kudus, menjauhi dosa, merasakan damai sejahtera dan sukacita dalam hidup kita.

Iman juga berarti kita sungguh-sungguh mencari Kristus. Yeremia 29:13 berkata jika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka kita akan menemukan-Nya.

Mengapa iman menjadi fondasi yang penting? Jawabannya dapat kita lihat dalam Ibrani 11:6, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”

2. Berdoa dalam Roh Kudus

Salah satu wujud dari disiplin rohani adalah berdoa. Dulu, aku tidak menganggap doa sebagai bagian yang penting. Jika aku ingin rohaniku bertumbuh, kupikir aku bisa melakukannya dengan fokus menumbuhkan pengetahuan agamaku. Membaca Alkitab dan buku-buku rohani rasanya sudah cukup untuk membantuku mengerti siapa Kristus. Namun, di sini aku lupa bahwa Tuhan ingin aku tidak hanya bertumbuh dalam pengetahuanku, tetapi juga di dalam kasih karunia-Nya (2 Petrus 3:18). Dan, pertumbuhan dalam kasih karunia ini hanya bisa dialami ketika kita benar-benar berserah pada Kristus dan datang kepada-Nya dalam doa.

Paulus menuliskan suatu doa yang indah kepada jemaat di Filipi, beginilah isinya: “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah” (Filipi 1:9-11).

Isi doa Paulus di atas yang memohon “kepenuhan dengan buah kebenaran” sejatinya hanya dapat dikerjakan oleh Yesus saja untuk kemuliaan Allah. Doa-doa Paulus kepada jemaat lainnya (Efesus 3:16-19; 2 Tesalonika 2:16-17; Kolose 1:9-12) juga berisikan bagaimana pentingnya peran Roh Kudus dalam kehidupan rohani kita. Tanpa bantuan Roh Kudus, semangat kita berdisiplin rohani tidak akan bertahan lama.

Salah satu caraku membangun kehidupan doaku adalah dengan mendoabacakan Mazmur setiap hari. Melalui puji-pujian dari Mazmur, aku bisa melihat lebih jelas siapa Tuhan di dalam kehidupanku dan bagaimana ajaibnya kasih karunia Tuhan di kehidupanku. “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau” (Mazmur 63:4).

3. Memelihara diri dalam kasih Allah

“Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 Korintus 5:14-15).

Ayat di atas ialah isi hati Paulus terhadap apa yang telah Kristus lakukan dalam kehidupannya. Paulus benar-benar paham betapa besarnya kasih Kristus. Walaupun Paulus dalam pelayanannya telah melakukan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus, dia tetap menanggap dirinya adalah orang yang paling berdosa di antara orang berdosa (1 Timotius 1:15). Paulus tahu dengan benar betapa berdosanya hidupnya sebelum mengenal Kristus dan bagaimana besarnya kasih Kristus untuk memakai dia buat kemuliaan Kritus. Paulus diselamatkan dan juga hidup oleh kasih karunia Tuhan.

Ketika kita melihat dan memahami betapa berdosanya kita dan betapa lebar, panjang, tinggi, dan dalamnya kasih Kristus di kayu salib bagi kita (Efesus 3:18), kita akan merasakan bahwa tidak ada hal yang sia-sia bila dilakukan untuk Kristus. Kegiatan disiplin rohani yang kita lakukan tidak akan kita lihat sebagai kewajiban yang menyusahkan hidup kita, melainkan sebagai ucapan syukur kita kepada kasih Kristus yang begitu besar bagi kita yang berdosa ini. Memelihara diri di bawah kasih karunia Allah akan membebaskan kita dari motivasi disiplin rohani yang keliru. Kita akan lebih terfokus hanya untuk mengasihi Tuhan melalui disiplin rohani kita. Kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tetapi bagi Kristus yang telah mati dan dibangkitkan untuk kita.

4. Menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal

“Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia” (2 Petrus 3:13-14).

Kita tahu bahwa kemuliaan Tuhan dan hidup yang kekal bersama Kristus nantinya adalah sesuatu yang tidak pernah kita lihat oleh mata kita (1 Korintus 2:9). Tetapi, kita juga tahu bahwa semua ini disediakan kepada kita yang mengasihi Tuhan dan percaya kepada Kristus sebagai pemilik sejati hidup kita.

Kita tidak akan bisa menikmati hidup kekal bersama Kristus apabila kita selama di dunia ini tidak menikmati hidup bersama Kristus. Persekutuan bersama Kristus melalui disiplin rohani selama kita hidup di dunia ini adalah persiapan untuk tujuan hidup kita. Tanpa ada persekutuan yang dalam bersama Kristus, kita tidak akan bisa memahami betapa indah dan berharganya hidup kekal bersama Kristus.

Seiring kita bertumbuh dalam pengertian tentang hidup kekal bersama Kristus, harapan akan hidup kekal ini juga akan membantu kita untuk menjadi mempelai Kristus yang tak bercacat dan bercela di hadapan-Nya. Kasih karunia Tuhan yang memberikan kita hidup kekal kepada kita yang tidak layak ini harus menjadi fondasi yang kuat di dalam kehidupan disiplin rohani kita.

Sebagai penutup, upaya kita bertumbuh menyerupai Kristus melalui disiplin rohani adalah proses yang tidak akan pernah selesai selama kita hidup di dunia ini. Jerry Bridges di dalam bukunya “The Discipline of Grace” berkata Hari-hari terburuk kita tidak pernah seburuk itu sehingga kita berada di luar jangkauan kasih karunia Tuhan. Dan hari-hari terbaik kita tidak pernah begitu baik sehingga kita berada di luar kebutuhan kasih karunia Tuhan. Bagaimanapun baik atau buruknya kondisi ketaatan atau disiplin rohani kita saat ini, kita memerlukan kasih karunia Tuhan untuk hidup hari lepas hari. Aku berharap dan berdoa agar aku dan teman-teman selalu hidup di bawah kasih karunia Tuhan dan terus bertumbuh untuk menyerupai Kristus melalui disiplin rohani.


Kamu diberkati oleh artikel ini?

Yuk, jadi berkat dengan mendukung pelayanan WarungSateKaMu!


Baca Juga:

Salah Kaprah Tentang Kasih

Aku pernah berelasi hangat dengan seseorang, tapi relasi itu kandas karena kekecewaan yang berujung pada munculnya trust-issue dalam diriku.