Posts

Panik Atau Berdoa?

Kamis, 11 Oktober 2012

Panik Atau Berdoa?

Baca: 2 Tawarikh 14:1-11

Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepada-Mulah kami bersandar dan dengan nama-Mu kami maju melawan pasukan yang besar jumlahnya ini. —2 Tawarikh 14:11

Seorang wanita berusia 85 tahun yang tinggal seorang diri di suatu biara terjebak dalam sebuah lift selama 3 hari dan 4 malam. Untungnya, ia memiliki sekendi air, beberapa batang seledri, dan beberapa butir permen obat batuk. Setelah gagal dalam usahanya untuk membuka pintu lift dan mendapatkan sinyal telepon, ia memutuskan untuk datang kepada Allah dan berdoa. “Pilihannya: bersikap panik atau berdoa,” katanya kemudian kepada CNN. Dalam kesulitannya, wanita tersebut mengandalkan Allah dan menunggu sampai ia diselamatkan.

Asa juga menghadapi pilihan untuk bersikap panik atau berdoa (2 Taw. 14). Ia diserang oleh pasukan Etiopia sebanyak satu juta orang. Namun dalam menghadapi musuh yang berkuatan besar tersebut, Asa tidak mengandalkan strategi militer atau bersembunyi ketakutan, melainkan ia datang kepada Tuhan dalam doa yang mendesak. Dengan doanya yang penuh kesungguhan dan penyerahan diri, Asa mengakui ketergantungan totalnya kepada Tuhan, meminta pertolongan, dan memohon supaya Tuhan membela nama-Nya sendiri: “Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepada-Mulah kami bersandar dan dengan nama-Mu kami maju melawan pasukan yang besar jumlahnya ini” (ay.11). Tuhan menjawab doa Asa, dan ia pun memenangi pertempuran melawan tentara Etiopia itu.

Ketika kita diperhadapkan pada situasi yang sulit, sumber daya yang terbatas, segunung masalah, atau jalan buntu, janganlah panik. Sebaliknya, datanglah kepada Allah yang berjuang dan memberikan kemenangan untuk umat-Nya. —MLW

Tuhan, dalam kesulitan, kecemasan, dan ketakutanku,
ajarku untuk bersandar dan mendekat kepada-Mu. Pada saat itulah
aku tahu aku akan mampu berdiri teguh oleh kuasa-Mu dan
aku takkan mengandalkan kekuatanku sendiri.

Doa menjembatani antara sikap panik dan damai sejahtera.

Wallpaper: Aku Tidak Takut Bahaya Sebab Engkau Besertaku

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” —Mazmur 23:4

Jangan Takut

Selasa, 22 Mei 2012

Jangan Takut

Baca: Yesaya 43:1-4

Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. —Yesaya 43:1

Istri saya mengalami sakit parah ketika ia mengandung anak kami yang kedua. Sementara para dokter berjuang mencari penyebab penyakitnya, kondisi istri saya semakin lemah dan mengkhawatirkan.

Melihatnya menderita merupakan suatu pengalaman yang menakutkan dan membuat saya tidak berdaya. Bahkan ada kalanya saya merasa seakan-akan Allah tidak mendengar doa kami. Pada suatu hari Minggu, ketika sedang mencari penghiburan dari Kitab Suci, mata saya terpaku pada ayat pertama dari Yesaya 43.

Ayat ini diawali dengan kata-kata “Janganlah takut” dan diakhiri dengan “engkau ini kepunyaan-Ku.” Saat itu juga, Roh Kudus membuat ayat itu berbicara pada saya. Cara Allah berfirman kepada bangsa Israel secara pribadi mengingatkan saya pada perhatian- Nya yang selalu nyata kepada kita juga: “Apabila engkau menyeberang melalui air . . . melalui sungai-sungai . . . melalui api” (ay.2). Setiap susunan kata mengalami penekanan yang meningkat, beranjak dari lembaran Alkitab untuk meresap ke dalam hati saya.

Penghiburan kami pada saat itu tidak datang dari janji tentang kesembuhan atau mukjizat, tetapi dari mengetahui bahwa kami tidak pernah berjalan sendiri. Kami mengalami banyak hal menakutkan lainnya, termasuk tidak lama setelah Ethan lahir, rasanya kami akan kehilangan baik Ethan maupun istri saya. Namun Allah memakai firman-Nya untuk menghibur kami dan menyiapkan kami untuk momen-momen yang lebih berat itu!

Kiranya kata-kata ini menjadi pengingat bagi Anda bahwa Anda tidak pernah berjalan sendiri. —RKK

Terkadang rasa takut kita begitu menghantui,
Kita merindukan bukti bahwa Allah itu dekat,
Itulah saatnya Bapa kita berkata,
“Berimanlah, anakku, dan jangan takut.” —D. De Haan

Di dalam kesulitan, jangan pernah lupakan kebenaran yang telah Anda yakini sebelumnya.