Posts

Kemuliaan setelah Penderitaan

Hari ke-9 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 2:9-11

2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pernahkah kamu bekerja sangat keras dan berharap hasil kerjamu tersebut akan setimpal dengan upayamu?

Beberapa tahun lalu, otot ligamen di lututku sobek saat bermain sepak bola. Pada pemeriksaan pertama setelah dioperasi, aku hanya punya satu pertanyaan—apa yang perlu kulakukan agar aku bisa bermain sepak bola lagi sama seperti sebelum aku mengalami cedera?

Dokter memberitahuku bahwa aku perlu mengikuti program rehabilitasi yang intensif, menghabiskan waktu di gym dan di fisioterapi untuk memperkuat otot di sekitar lututku yang cedera. Jadi, itulah komitmenku untuk setahun ke depan—menghabiskan banyak waktu untuk memulihkan cedera lututku. Prosesnya sangat panjang dan sulit, tapi aku tahu aku harus berusaha keras agar bisa kembali ke lapangan bersama teman setimku.

Kita melihat prinsip yang sama di Filipi 2:9-11. Dalam ayat-ayat sebelumnya (ayat 5-8), kita melihat Paulus mendorong gereja Filipi untuk rendah hati seperti Kristus—kerendahan hati yang tetap ada bahkan di saat-saat sebelum Ia mati.

Dan, dalam bacaan ini (ayat 9-11), kita melihat kerendahan hati dan ketaatan akan memimpin kita kepada kemuliaan. Kata “itulah sebabnya” di awal ayat ke-9 adalah kunci; itu menunjukkan hubungan antara ayat kemarin dengan ayat hari ini. Kerendahan hati dan ketaatan Yesus membawa-Nya kepada hadiah yang Paulus telah tuliskan untuk kita di Filipi 2:9-11. Apakah sebenarnya hadiah ini? Hadiahnya adalah kemuliaan yang jauh melampaui akal manusia—Yesus dimuliakan di atas segalanya dan disembah oleh seluruh dunia.

Di sini, Paulus sedang menunjukkan kepada gereja Filipi tentang apa yang akan mereka dapatkan dari pengorbanan mereka. Sebelumnya, Paulus mendorong para jemaat Filipi untuk terus “bersama berjuang sebagai kesatuan dalam kepercayaan kepada Injil” (Filipi 1:27), dan kita lihat bahwa perjuangan mereka dapat membuat mereka menderita demi iman mereka (1:29).

Filipi 2:3-4 menunjukkan apa yang jemaat seharusnya lakukan, dan mengorbankan kenyamanan merupakan salah satunya. Tidak akan mudah bagi para jemaat Filipi untuk menghargai orang lain di atas diri mereka sendiri (2:3), dan untuk memperhatikan kepentingan orang lain dan bukan kepentingan mereka sendiri (2:4). Tapi di ayat 5, Paulus mendorong mereka untuk “memiliki pola pikir yang sama dengan Kristus Yesus”—kerendahan hati dan ketaatan kepada Tuhan, karena seperti Yesus, hal itu akan membawa mereka kepada hadiah yang Tuhan telah persiapkan dalam kekekalan.

Jemaat Filipi dapat yakin dengan janji ini karena mereka telah melihatnya dalam kehidupan, kematian, dan kenaikan Yesus; mereka bisa yakin bahwa ketekunan mereka sekarang akan membawa mereka kelak menikmati kemuliaan yang kekal bersama Tuhan. Dan lebih dari itu, mereka dapat yakin bahwa kemuliaan yang sedang menanti mereka akan jauh melampaui pengorbanan yang harus mereka lakukan sekarang.

Sama seperti harapan dapat bermain sepak bola lagi membantuku melewati masa-masa pemulihan yang sulit, Paulus mengingatkan kita untuk berharap pada janji mulia Tuhan, yaitu kekekalan. Ketika kita merasa kita tidak mau lagi mengasihi dan melayani orang lain seperti yang diminta Tuhan pada kita, mengingat hadiah yang kelak akan kita terima di akhir bisa membantu kita untuk terus taat.

Mungkin saat ini kita menderita, tetapi jika kita terus meneladani Yesus, segala penderitaan itu tak akan ada lagi artinya saat kita kelak bertemu dengan-Nya.

Ketika saat itu tiba—terkagum dengan kemuliaan dan kehadiran Allah yang kekal—tidak salah lagi bahwa semua penderitaan yang telah kita tanggung sepadan dengan apa yang kita dapatkan.—Andrew Koay, Australia

Handlettering oleh Novelia Damara

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Kristus telah ditinggikan di atas segala-Nya. Bagaimana pemahaman ini memengaruhi cara kita memuji dan bertindak bagi-Nya?

2. Apa yang memotivasimu untuk menjadi rendah hati dan memikirkan orang lain lebih dahulu daripada dirimu sendiri?

3. Bagaimana pengharapan akan kekekalan menyemangatimu hari ini?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Andrew Koay, Australia | Andrew meluangkan waktunya untuk menonton film dokumenter. Andrew juga suka mendengarkan suara Tuhan lewat firman-Nya dalam Alkitab.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Apakah Kamu Mencari Alasan untuk Memaklumi Dosa?

Hari ke-5 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 1: 27- 28

1:27 Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,

1:28 dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.

Kita sangat ahli membuat alasan ketika kita melakukan dosa. Kita memakai imajinasi kita untuk membuat alasan-alasan baru, untuk menjelaskan dosa yang kita lakukan tidaklah seburuk yang dikira. Biasanya, mudah sekali bagi kita untuk menyalahkan kondisi yang sulit sebagai penyebab kita bersikap.

“Ya, memang aku tadi bersikap kasar, tetapi aku mengalami masalah dalam pekerjaanku hari ini.”

“Mungkin aku tadi tidak bisa menahan amarahku, tetapi itu karena ia bersikap bodoh.”

“Betul aku tidak membayar tiket kereta tadi, namun perusahaan itu juga sudah mendapatkan banyak keuntungan tanpa aku harus membayar.”

Jemaat Filipi, sebagai jemaat yang berhadapan dengan pengajaran sesat, argumen-argumen di dalam jemaat, dan persekusi dari luar, mungkin memiliki banyak alasan untuk memaklumi sikap buruk. Namun Paulus tidak menerima alasan apapun. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, seperti tercantum dalam Alkitab versi NIV, tertulis demikian: “Whatever happens, conduct yourselves in a manner worthy of the gospel of the Christ.” yang artinya, “Apapun yang terjadi, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus…”

Bagi orang Kristen, tidak peduli tekanan apa pun yang kita alami atau seberapa sulitnya kondisi yang terjadi, hidup kita harus dijalani dengan suatu cara yang akan membuat Kristus bangga, cara hidup yang menghormati dan memuliakan-Nya. Tidak ada cara hidup lain yang dapat diterima selain ini bagi seorang Kristen.

Sebuah standar yang tinggi, bukan? Selalu memiliki sikap yang berpadanan dengan Injil tidaklah mudah. Namun ada hal yang dipertaruhkan di sini: dunia yang perlu tahu bahwa kekristenan menawarkan kepuasan yang radikal sedang melihat kita, dan seharusnya mereka dapat melihat melalui kehidupan orang Kristen bahwa mereka sedang melewatkan suatu hal yang menakjubkan!

Maka dari itu, Paulus mencatat dua cara khusus agar kita dapat memiliki sikap yang berpadanan dengan Injil. Pertama-tama, kita harus disatukan—kita harus “teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman” (ayat 27).

Mungkin kita tidak menyangka standar pertama Paulus adalah untuk dipersatukan dengan saudara-saudari kita di dalam Kristus. Ini tugas yang sulit, namun sangat diperlukan untuk menunjukkan dunia bahwa Yesus yang menyelamatkan dan mempersatukan kita jauh lebih penting dari hal apapun yang dapat memisahkan kita.

Karena kita suka berselisih dan berdebat, perintah ini menantang kita sebagai orang Kristen untuk tidak membiarkan keangkuhan diri kita mengalahkan kesatuan. Melihat semua fitnah dan gosip yang berada di sekitar kita, terlihat jelas bahwa perintah Paulus untuk jemaat Filipi masih relevan bagi kita hari ini.

Kedua, kita harus berani—kita harus hidup dengan “tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu” (ayat 28).

Menulis surat ini dari dalam penjara pada abad pertama, Paulus tahu persis bahwa ada banyak alasan yang logis untuk merasa takut pada lawan. Namun melakukan apapun dengan didasari rasa takut pada manusia tidaklah pantas bagi seorang Kristen; hal itu berarti kita lupa bahwa Dia yang bersama kita lebih besar dari kuasa maupun pencobaan apapun, lupa bahwa Yesus sudah menaklukkan dunia!

Maka sebagai ganti dari menggunakan ancaman penderitaan atau kesulitan untuk memaklumi dosa dan kegagalan kita, Paulus mengatakan kita harus menjadi seperti orang-orang Kristen berabad-abad lalu yang tidak takut, orang-orang yang terlihat berbeda dari kasihnya yang rela berkorban dan bukan dari rasa takutnya. Tidak ada hal lain yang bisa lebih membedakan orang Kristen dengan yang lainnya dibanding ini.

Jadi, standar dan harga yang harus dibayar dari kehidupan orang Kristen sangatlah tinggi. Kenapa kita tidak menjauh saja dari masalah, menunggu surga, dan menghindar dari drama-drama yang dapat terjadi?

Alasannya adalah, pola hidup Kristen untuk menderita sekarang dan dimuliakan nanti bukanlah suatu ketidaksengajaan. Pada Filipi 1:29, Paulus mengatakan dan mencontohkan bahwa salah satu ciri-ciri orang Kristen adalah kita mendapat penderitaan karena iman kita. Dan ketika kita menanggung penderitaan demi Kristus, tanpa dilumpuhkan oleh ketakutan atau mengabaikan saudara-saudari kita, dan dalam keberanian dan kesatuan yang tampak dengan jelas, kita menunjukkan pada dunia bahwa Kristus adalah pribadi yang layak untuk kita pertaruhkan nyawa kita.

Dan mari kita bayangkan; ketika pada akhirnya kita menyembah dengan sukacita yang mendalam pada takhta Anak Domba Allah bersama dengan orang-orang percaya lainnya di dunia yang baru, kita tidak akan menyesal sudah berkorban demi Kristus pada masa sekarang.—James Bunyan, Inggris

Handlettering oleh Robby Kurniawan

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Alasan apa yang kamu gunakan untuk meremehkan dosa atau kegagalanmu? Bagaimana bacaan hari ini mendorongmu untuk menjalani hidup yang berpadanan dengan Injil?

2. Langkah praktis apa yang dapat kamu ambil untuk memastikan kamu tetap disatukan dengan orang Kristen lainnya?

3. Kapan kamu merasa sulit untuk menjadi berani demi Kristus? Mengapa?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

James Bunyan, Inggris | James tinggal dan bekerja di London, menolong para mahasiswa berjumpa dengan Yesus lewat pembacaan Alkitab. Itu bukanlah pekerjaan yang sulit, sebab Alkitab memang buku yang luar biasa!

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi