Posts

Tidak Perlu Marah

Jumat, 28 April 2017

Tidak Perlu Marah

Baca: Amsal 20:1-15

20:1 Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya.

20:2 Kegentaran yang datang dari raja adalah seperti raung singa muda, siapa membangkitkan marahnya membahayakan dirinya.

20:3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.

20:4 Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.

20:5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.

20:6 Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?

20:7 Orang benar yang bersih kelakuannya–berbahagialah keturunannya.

20:8 Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya.

20:9 Siapakah dapat berkata: “Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?”

20:10 Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN.

20:11 Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.

20:12 Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN.

20:13 Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.

20:14 “Tidak baik! Tidak baik!”, kata si pembeli, tetapi begitu ia pergi, ia memuji dirinya.

20:15 Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan.

Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan. —Amsal 20:3

Tidak Perlu Marah

Suatu pagi di Perth, Australia, Fionn Mulholland menemukan bahwa mobilnya hilang. Pada saat itulah, ia baru menyadari kekeliruannya karena telah memarkir mobil di zona terlarang sehingga mobilnya harus diderek. Setelah mempertimbangkan situasi yang ada—termasuk pengeluaran $600 untuk membayar denda parkir dan ongkos derek—Mulholland menjadi frustrasi. Namun, ia memutuskan tidak akan meluapkan kemarahannya kepada orang yang harus ditemuinya agar mobilnya bisa ditebus. Daripada melampiaskan emosinya, Mulholland pun menulis sebuah puisi lucu tentang situasi yang dihadapinya dan membacakan puisi itu kepada karyawan yang ditemuinya di tempat penderekan. Ternyata karyawan itu menyukai puisinya, dan pertikaian buruk yang mungkin terjadi akhirnya bisa dihindari.

Kitab Amsal mengajarkan, “Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan” (20:3). Perbantahan atau pertengkaran adalah gesekan yang terjadi di bawah permukaan atau meletup di depan umum di antara orang-orang yang berbeda pendapat tentang sesuatu.

Allah telah memberikan sumber daya bagi kita agar dapat hidup damai dengan orang lain. Firman-Nya meyakinkan bahwa kita dapat marah tanpa membiarkan kemarahan itu menjadi berlarut-larut (Ef. 4:26). Roh-Nya memampukan kita untuk mengatasi percikan-percikan kemarahan yang dapat menjerumuskan kita pada tindakan atau ucapan yang dimaksudkan untuk membalas orang yang menjengkelkan kita. Dan Allah telah memberikan teladan-Nya untuk diikuti ketika kita merasa terpancing (1Ptr. 2:23). Allah itu penyayang, pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih, dan setia (Mzm. 86:15). —Jennifer Benson Schuldt

Ya Allah, tolong aku untuk mengendalikan kemarahanku
dengan cara yang tidak membawaku ke dalam dosa.
Berilah aku pengendalian diri oleh kuasa Roh Kudus-Mu.

Lambatlah untuk marah.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 3-5; Lukas 20:1-26

Obat yang Manjur

Rabu, 5 Oktober 2016

Obat yang Manjur

Baca: Efesus 4:25-32

4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.

4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu

4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur. —Amsal 17:22

Obat yang Manjur

Cara mengemudi yang serampangan, emosi yang memuncak, dan lontaran bahasa kasar di kalangan pengemudi taksi dan angkutan umum merupakan penyebab utama terjadinya keributan di jalanan kota kami, Accra, Ghana. Namun suatu hari, saya menyaksikan salah satu kecelakaan lalu lintas yang berakhir dengan tidak lazim. Sebuah bus hampir ditabrak oleh taksi yang dikemudikan dengan sembrono. Saya mengira sopir bus itu akan marah dan meneriaki si pengemudi taksi. Ternyata tidak. Sopir bus itu justru mengendurkan raut wajahnya yang tegang dan tersenyum lebar ke arah si pengemudi taksi yang terlihat merasa bersalah. Senyuman itu sangat manjur. Sambil melambaikan tangan, sopir taksi itu meminta maaf, balas tersenyum, lalu melanjutkan perjalanannya. Ketegangan pun memudar.

Sebuah senyuman mempunyai dampak yang menakjubkan bagi kinerja otak kita. Para peneliti telah menemukan bahwa “ketika kita tersenyum, otak kita melepaskan senyawa kimiawi bernama endorfin yang benar-benar menghasilkan efek menenangkan secara fisiologis.” Sebuah senyuman tak hanya dapat meredakan situasi yang tegang, tetapi juga dapat meredakan ketegangan dalam diri kita. Emosi kita mempengaruhi diri sendiri dan juga orang lain. Alkitab mengajar kita, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain” (Ef. 4:31-32).

Ketika kemarahan, ketegangan, atau kepahitan mengancam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, baiklah kita mengingat bahwa “hati yang gembira adalah obat yang manjur” agar kita tetap bersukacita dan mengalami damai sejahtera. —Lawrence Darmani

Pikirkan suatu waktu ketika kamu marah kepada seseorang atau ketika kamu berdebat sengit dengan seseorang. Bagaimana perasaanmu? Bagian manakah dalam hidupmu yang dipengaruhi oleh perasaan tersebut?

Kita menemukan sukacita ketika kita belajar untuk hidup dalam kasih Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 23-25; Filipi 1

Artikel Terkait:

5 Hal yang Menolongku Mengatasi Stres

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan tersebut. Selama kita hidup, masalah pasti selalu ada.
Masalah yang datang bertubi-tubi kerap membuat kita kehilangan fokus dan kehabisan energi. Hidup menjadi kacau. Kita tidak tahu harus berbuat apa. Kita menjadi stres. Lalu, bagaimana?
Yuk simak 5 hal berikut yang dapat menolong kita mengatasi stres.