Posts

Kesendirian dan Pelayanan

Kamis, 18 Februari 2016

Kesendirian dan Pelayanan

Baca: Lukas 9:1-2, 10-17

9:1 Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.

9:2 Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,

10:17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.”

Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan. —Lukas 9:11

Kesendirian dan Pelayanan

Komedian Fred Allen pernah berkata, “Selebriti adalah seseorang yang bekerja keras sepanjang hidupnya agar menjadi terkenal, lalu memakai kacamata hitam agar tak dikenali.” Popularitas sering mengakibatkan hilangnya privasi sekaligus memunculkan hebohnya perhatian yang tak berkesudahan.

Saat Yesus memulai pelayanan-Nya untuk mengajar dan menyembuhkan orang banyak, Dia makin dikenal luas dan dikerumuni orang-orang yang mencari pertolongan. Orang banyak mengikuti-Nya ke mana pun Dia pergi. Namun Yesus menyadari pentingnya memiliki waktu pribadi secara teratur bersama Allah Bapa agar kekuatan dan perspektif-Nya terus terjaga.

Setelah dua belas murid Yesus kembali dari misi sukses “untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,” Dia membawa mereka ke sebuah kota untuk menyepi dan beristirahat (Luk. 9:2,10). Namun, orang banyak segera menemukan mereka dan Yesus menerima orang-orang itu. Dia “berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan” (ay.11). Alih-alih menyuruh mereka mencari makanan, Yesus menyediakan makanan untuk 5.000 orang! (ay. 12-17).

Yesus tidak kebal terhadap tekanan dari orang-orang yang ingin tahu dan sedang terluka. Namun Dia menjaga keseimbangan antara pelayanan dan persekutuan pribadi-Nya dengan meluangkan waktu untuk beristirahat dan berdoa secara khusus kepada Bapa-Nya (Luk. 5:16).

Kiranya kita bisa mengikuti teladan Tuhan itu ketika kita melayani orang lain dalam nama-Nya. —David McCasland

Bapa terkasih, sebagaimana Yesus, Anak-Mu dan Juruselamat kami, menghormati-Mu dalam persekutuan pribadi dan pelayanan-Nya kepada orang lain, kiranya kami mengikuti teladan-Nya dalam kehidupan kami.

Ketika kita mengalihkan perhatian dari hiruk-pikuk kehidupan, kita akan bisa mendengar suara Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 21-22; Matius 28

Undangan untuk Beristirahat

Rabu, 30 Desember 2015

Undangan untuk Beristirahat

Baca: Wahyu 21:1-5

21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”

21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.”

Aku akan memberi kelegaan kepadamu. —Matius 11:28

Undangan untuk Beristirahat

Ketika sedang mendampingi seorang sahabat di ruang Unit Gawat Darurat di sebuah rumah sakit, saya tergerak oleh suara rintihan pasien-pasien lain yang sedang kesakitan. Sembari berdoa bagi sahabat saya dan para pasien lain yang menderita, saya menyadari kembali betapa singkatnya kehidupan kita di bumi ini. Saya pun teringat pada sebuah lagu lama yang menyatakan bahwa dunia ini bukanlah kediaman kita—kita “hanya numpang lewat”.

Dunia kita ini dipenuhi dengan keletihan, penderitaan, kelaparan, utang, kemiskinan, sakit-penyakit, dan kematian. Karena mau tidak mau kita harus melewati dunia seperti itu, maka undangan Yesus begitu melegakan dan tepat waktu: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Kita sungguh memerlukan kelegaan yang ditawarkan-Nya.

Hampir tidak ada upacara pemakaman yang pernah saya hadiri yang tidak mengutip penglihatan Yohanes tentang “langit yang baru dan bumi yang baru” (Why. 21:1-5), dan ayat-ayat tersebut memang relevan untuk suatu upacara pemakaman.

Namun saya percaya bahwa bagian Alkitab tersebut lebih ditujukan bagi yang masih hidup daripada yang telah meninggal. Mengindahkan undangan Yesus untuk menerima kelegaan di dalam-Nya hanya bisa dilakukan ketika kita masih hidup. Setelah itu, barulah kita berhak menerima segala yang dijanjikan-Nya dalam kitab Wahyu. Allah akan diam bersama kita (ay.3). Dia akan menghapus air mata kita (ay.4). Dan “maut tidak akan ada lagi; . . . perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita” (ay.4).

Terimalah kelegaan yang ditawarkan Yesus dan masuklah ke dalam perhentian yang disediakan-Nya! —Lawrence Darmani

Bapa di surga, hidup ini terkadang indah, tetapi juga terkadang begitu berat. Terima kasih atas kehadiran Roh-Mu bersama kami sekarang ini. Terima kasih juga untuk kehidupan kekal yang pasti kami nikmati bersama-Mu.

Ketika kamu lelah menghadapi pergumulan hidup, terimalah kelegaan di dalam Tuhan.

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 13-14; Wahyu 21