Posts

Nyanyian Alam Semesta

Senin, 21 Januari 2019

Nyanyian Alam Semesta

Baca: Mazmur 19:1-7

19:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.19:2 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

19:3 hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

19:4 Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;

19:5 tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,

19:6 yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.

19:7 Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.

19:8 Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. —Mazmur 19:2

Nyanyian Alam Semesta

Dengan ilmu astronomi akustik, para ilmuwan dapat meneliti dan mendengar bunyi luar angkasa. Mereka menemukan bahwa gerakan orbit bintang ternyata menghasilkan suara seperti irama musik pada langit di malam hari. Seperti bunyi ikan paus bungkuk, resonansi bintang itu terletak pada frekuensi atau gelombang yang tidak terdengar oleh telinga manusia. Namun, alunan musik dari bintang dan ikan paus serta mahkluk-makhluk lainnya menciptakan simfoni yang mengumandangkan kebesaran Allah.

Mazmur 19:1-5 berkata, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”

Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menyingkapkan bahwa di dalam Yesus “telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, . . . segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol. 1:16). Seluruh alam semesta menanggapi dengan memuji Penciptanya. Kiranya kita bersama alam ciptaan turut memuji kebesaran Allah, Pribadi yang “menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal” (Yes. 40:12). —Remi Oyedele

Agunglah Engkau, ya Allah! Bukalah mataku untuk melihat Engkau dalam kemegahan ciptaan-Mu dan buka hatiku untuk mempersembahkan pujian yang layak Kau terima.

Baiklah [kita] semua memuji nama Tuhan, sebab semuanya dijadikan atas perintah-Nya. —Mazmur 148:5 BIS

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 1-3; Matius 14:1-21

Indahnya Cinta

Sabtu, 19 Januari 2019

Indahnya Cinta

Baca: Amsal 5

5:1 Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,

5:2 supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan.

5:3 Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak,

5:4 tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua.

5:5 Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati.

5:6 Ia tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya.

5:7 Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku.

5:8 Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya,

5:9 supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam;

5:10 supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah orang yang tidak dikenal

5:11 dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa,

5:12 lalu engkau akan berkata: “Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran;

5:13 mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?

5:14 Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan.”

5:15 Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual.

5:16 Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?

5:17 Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain.

5:18 Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu:

5:19 rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.

5:20 Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing?

5:21 Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.

5:22 Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.

5:23 Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.

Hendaklah engkau berbahagia dengan istrimu sendiri. —Amsal 5:18 BIS

Indahnya Cinta

“Jarabe Tapatio” adalah tarian asal Meksiko yang merayakan cinta. Dalam tarian berirama cepat ini, sang pria menaruh topi sombrero miliknya di atas lantai. Lalu, di akhir tarian, sang wanita akan mengambil topi itu dan keduanya pun bersembunyi dan berciuman di balik topi sebagai penegasan atas cinta mereka berdua.

Tarian itu mengingatkan saya akan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan. Dalam Amsal 5, setelah muncul peringatan tentang bahaya percabulan, kita membaca bahwa pernikahan itu bersifat eksklusif. “Sebab itu, setialah kepada istrimu sendiri dan berikanlah cintamu kepada dia saja” (ay.15 BIS). Meski ada sepuluh pasangan yang menari Jarabe di atas panggung, setiap orang berfokus hanya pada pasangannya sendiri. Demikian juga haruslah kita bersukacita dalam komitmen yang teguh dan bulat kepada pasangan kita (ay.18 BIS).

Kisah cinta kita juga tak luput dari perhatian. Para penari yang menikmati tarian bersama pasangannya sadar bahwa ada orang yang menyaksikan mereka. Begitu pula dengan kehidupan kita, “Tuhan melihat segala-galanya yang dilakukan oleh manusia. Ke mana pun manusia pergi Tuhan mengawasinya” (ay.21 BIS). Allah ingin melindungi pernikahan kita, karena itulah Dia senantiasa memperhatikan kita. Kiranya kita menyenangkan hati Allah dengan saling setia kepada pasangan.

Seperti tarian Jarabe, hidup juga memiliki ritme yang harus diikuti. Jika kita mengikuti irama Sang Pencipta dengan berlaku setia kepada-Nya—baik sudah menikah maupun belum—kita akan menerima berkat dan sukacita. —Keila Ochoa

Tuhan, Engkau mengenal segala jalanku. Tolong aku untuk menghormati-Mu dalam hubunganku dengan sesama.

Kesetiaan menghasilkan sukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 46-48; Matius 13:1-30

Artikel Terkait:

Keluarga Ya Kayak Gini …

Jangan Takut!

Jumat, 21 Desember 2018

Jangan Takut!

Baca: Lukas 2:42-52

2:42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.

2:43 Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.

2:44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.

2:45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.

2:46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.

2:47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya.

2:48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”

2:49 Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”

2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.

2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

 

Kerajaan Allah sudah dekat. —Markus 1:15

Jangan Takut!

Hampir semua kemunculan malaikat dalam Alkitab didahului dengan perkataan “Jangan takut!” Ini tak mengherankan, sebab ketika makhluk supernatural menampakkan diri, biasanya manusia yang melihatnya akan tersungkur gemetar. Namun, Lukas menceritakan kemunculan Allah dalam rupa yang tidak menakutkan. Allah hadir dalam rupa Yesus yang lahir di antara hewan dan terbaring dalam palungan. Allah mengambil cara yang tak menakutkan. Adakah yang menakutkan dari sosok bayi baru lahir?

Di bumi, Yesus adalah Allah sekaligus manusia. Sebagai Allah, Dia sanggup mengadakan mukjizat, mengampuni dosa, mengalahkan kematian, dan mengetahui masa depan. Namun, bagi orang Yahudi yang terbiasa dengan rupa Allah dalam bentuk awan terang atau tiang api, Yesus menyebabkan kebingungan. Bagaimana mungkin sang bayi di Betlehem, anak tukang kayu asal Nazaret, adalah Mesias dari Allah?

Mengapa Allah mengambil rupa manusia? Peristiwa ketika Yesus yang berumur 12 tahun berdebat dengan para rabi di Bait Allah memberikan satu petunjuk. “Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya,” tulis Lukas (2:47). Untuk pertama kalinya, manusia dapat bercakap-cakap langsung dengan Allah dalam wujud kasatmata.

Yesus bisa berbicara dengan siapa saja—orangtua-Nya, seorang rabi, seorang janda miskin—tanpa harus didahului dengan ucapan ”Jangan takut!” Dalam Yesus, Allah mendekat kepada kita. —Philipi Yancey

Bapa Surgawi, pada Natal kali ini, kami mengingat Anak-Mu yang telah datang ke dunia dalam rupa seorang bayi tak berdaya. Kami menyembah dengan kagum dan takjub karena Allah datang mendekat kepada kami.

Yesus adalah Allah yang menjadi manusia supaya Allah dan manusia dapat kembali berbahagia bersama. —George Whitefield

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 4-5; Wahyu 12

Sepucuk Surat Natal

Rabu, 19 Desember 2018

Sepucuk Surat Natal

Baca: Yohanes 1:1-14

1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.

1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;

1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.

1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.

1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.

1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.

1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. —Yohanes 1:14

Sepucuk Surat Natal

Setiap Natal, seorang teman menulis surat panjang untuk istrinya dengan menceritakan kembali peristiwa-peristiwa yang telah dilalui sepanjang tahun dan impian masa depannya. Di dalamnya ia mengungkapkan cinta beserta pujian kepada istrinya. Demikian pula ia menulis surat untuk setiap anaknya. Kata-kata cintanya menjadi hadiah Natal yang tak terlupakan.

Yesus bagaikan surat cinta Natal yang pertama—Firman yang menjadi manusia. Yohanes menekankan kebenaran itu dalam Injil yang ditulisnya: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (yoh. 1:1). Kata “Firman” dalam bahasa Yunani adalah logos, dan dalam filsafat kuno dipahami sebagai pikiran atau tatanan ilahi yang menyatukan alam realitas. Namun, Yohanes memperluas definisi kata logos untuk mengungkapkan Firman itu sebagai pribadi: Yesus, Anak Allah yang “pada mulanya bersama-sama dengan Allah” (ay.2). Firman itu, “Anak Tunggal Bapa,” “telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (ay.14). Melalui Yesus sang Firman, Allah menyingkapkan diri-Nya dengan sempurna.

Selama berabad-abad, para teolog telah bergumul dengan misteri yang indah tersebut. Meski sukar dipahami, kita dapat meyakini bahwa Yesus adalah Firman pembawa terang ke dalam dunia kita yang gelap (ay.9). Jika kita percaya kepada-Nya, kita akan memperoleh kuasa untuk menjadi anak-anak kesayangan Allah (ay.12).

Yesus, surat cinta Allah kepada kita, telah datang dan berdiam di antara kita. Itulah hadiah Natal yang mengagumkan! —Amy Boucher Pye

Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Firman Allah yang menghadirkan terang ke dalam hidupku. Kiranya aku memancarkan kebaikan dan rahmat-Mu sehingga nama-Mu dipermuliakan.

Bagaimana kamu membagikan Yesus, pemberian terindah itu, kepada orang lain hari ini?

Bacaan Alkitab Setahun: Yunus 1-4; Wahyu 10

Tampil Apa Adanya

Minggu, 21 Oktober 2018

Tampil Apa Adanya

Baca: 1 Timotius 1:12-17

1:12 Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku—

1:13 aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.

1:14 Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.

1:16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.

1:17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. —1 Timotius 1:12

Tampil Apa Adanya

Selama bertahun-tahun, perasaan tak berharga dan malu atas masa lalu saya yang bobrok telah merusak hidup saya. Saya khawatir ada yang tahu tentang kebobrokan saya. Suatu hari saya mengundang seorang rohaniwan makan siang di rumah saya. Untuk itu, saya mencoba tampil sempurna. Saya memastikan rumah saya bersih total, menyiapkan hidangan berkelas, dan mengenakan pakaian yang terbaik.

Setelah itu, saya berusaha mematikan alat penyiram tanaman di halaman. Namun, saat memutar ujung pipa yang bocor, saya justru disembur air. Dengan rambut masih terbungkus handuk dan riasan wajah yang berlepotan, saya mengganti pakaian saya dengan celana santai dan kaos . . . dan bel pintu pun berbunyi. Dengan frustrasi, saya mengakui kelakuan dan motivasi saya pagi itu kepada tamu saya. Ia pun menceritakan pergumulannya menghadapi ketakutan dan ketidakpercayaan dirinya karena perasaan bersalahnya di masa lalu. Kami pun berdoa bersama. Dalam ketidaksempurnaan saya, saya merasa diterima.

Rasul Paulus menerima hidup barunya di dalam Kristus, tanpa menyangkali masa lalunya atau membiarkan hal itu menghalangi pelayanannya kepada Tuhan (1Tim. 1:12-14). Karena Paulus menyadari karya Yesus di kayu salib yang menyelamatkan dan mengubah hidupnya—sebagai yang paling berdosa dari semua pendosa—ia memuji Allah dan mendorong orang lain untuk memuliakan dan menaati-Nya juga (ay.15-17).

Saat menerima anugerah dan pengampunan Allah, kita dibebaskan dari masa lalu kita. Meski tercela, kita sangat dikasihi; karena itu kita tak perlu lagi malu untuk tampil apa adanya di saat kita melayani sesama dengan karunia yang diberikan Allah kepada kita. —Xochitl Dixon

Tuhan, terima kasih Engkau menghapus rasa malu dan ketidakpercayaan diri kami. Engkau mau memakai kami melayani-Mu, tanpa memandang hidup kami dahulu.

Allah menerima kita apa adanya, dan mengubah kita lewat pelayanan kasih kita kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 62-64; 1 Timotius 1

Artikel Terkait:

Let Go and Let God

Seperti Apakah Allah Itu?

Minggu, 1 Juli 2018

Seperti Apakah Allah Itu?

Baca: Ibrani 1:1-10

1:1 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,

1:2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,

1:4 jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.

1:5 Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?” dan “Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?”

1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: “Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.”

1:7 Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: “Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api.”

1:8 Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.

1:9 Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.”

1:10 Dan: “Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.

[Sang Anak] adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. —Ibrani 1:3

Seperti Apakah Allah Itu?

Untuk merayakan momen istimewa, saya diajak suami mengunjungi sebuah galeri seni di lingkungan kami. Ia mengatakan bahwa saya dapat memilih salah satu lukisan di sana sebagai hadiah. Saya pun memilih sebuah lukisan kecil yang menggambarkan anak sungai yang mengalir di tengah hutan. Dasar sungai hampir mengisi seluruh gambar sehingga lukisan itu tidak banyak menampilkan langit. Meskipun demikian, pantulan pada permukaan air sungai yang jernih memperlihatkan posisi matahari, puncak-puncak pohon, dan suasana yang berkabut. Satu-satunya cara untuk “melihat” langit adalah dengan memandangi permukaan air sungai itu.

Dalam konteks spiritual, Yesus bagaikan anak sungai tersebut. Jika ingin tahu seperti apakah Allah itu, kita memandang kepada Yesus. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Yesus adalah “cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (1:3). Meskipun kita dapat mempelajari fakta-fakta tentang Allah melalui pernyataan langsung dalam Alkitab seperti “Allah itu kasih”, kita dapat memperdalam pemahaman kita dengan melihat bagaimana Allah akan bertindak saat Dia menghadapi masalah yang sama dengan apa yang kita hadapi sebagai manusia. Itulah yang ditunjukkan Yesus kepada kita, ketika sebagai Allah, Dia datang ke dunia dan mengambil rupa manusia.

Saat dicobai, Yesus mengungkapkan kekudusan Allah. Ketika menghadapi kegelapan rohani, Dia menunjukkan otoritas Allah. Saat bergumul dengan masalah orang, Dia menunjukkan kepada kita hikmat Allah. Dalam kematian-Nya, Dia melukiskan kasih Allah.

Meskipun tak bisa memahami segala sesuatu tentang Allah—Dia tak terbatas dan pemikiran kita sangat terbatas—kita mengenal sifat-sifat-Nya dengan pasti saat kita memandang kepada Yesus Kristus. —Jennifer Benson Schuldt

Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah memungkinkan kami untuk mengenal-Mu. Tolong kami bertumbuh makin dekat kepada-Mu dengan memandang kepada Yesus.

Sifat-sifat Allah dapat dikenali ketika kita memandang kepada Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 20-21; Kisah Para Rasul 10:24-48

Sebelum Segalanya Bermula

Jumat, 4 Mei 2018

Sebelum Segalanya Bermula

Baca: Matius 3:13-17

3:13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.

3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?”

3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanespun menuruti-Nya.

3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,

3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. —Yohanes 17:24

Sebelum Segalanya Bermula

“Tetapi kalau Allah tidak memiliki awal dan akhir, dan selalu ada, apa yang dilakukan-Nya sebelum Dia menciptakan semuanya? Bagaimana Dia mengisi waktu-Nya?” Sejumlah anak sekolah Minggu yang ingin tahu selalu menanyakan hal-hal itu ketika kami membahas tentang natur kekekalan Allah. Saya biasanya menjawab bahwa sebagian dari hal itu merupakan misteri. Namun baru-baru ini, saya belajar bahwa Alkitab memberi kita jawaban untuk pertanyaan tersebut.

Ketika Yesus berdoa kepada Bapa-Nya dalam Yohanes 17, Dia berkata, “Ya Bapa . . . Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan” (ay.24). Inilah yang disingkapkan Yesus kepada kita tentang Allah: Sebelum dunia diciptakan, Allah adalah Trinitas atau Tritunggal (Bapa, Anak, dan Roh Kudus)—ketiga-Nya saling mengasihi dan dikasihi. Ketika Yesus dibaptis, Allah mengirimkan Roh-Nya dalam rupa seekor burung merpati dan berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” (Mat. 3:17). Aspek paling mendasar dari identitas Allah adalah kasih-Nya yang terus mengalir dan memberi hidup.

Sungguh suatu kebenaran tentang Allah yang sangat indah dan menguatkan! Kasih timbal balik yang dipancarkan tiada henti oleh masing-masing oknum dalam Trinitas itu—Bapa, Anak, dan Roh Kudus—merupakan kunci untuk memahami natur Allah. Apa yang Allah lakukan sebelum segalanya bermula? Allah melakukan apa yang selalu dilakukan-Nya: Dia mengasihi karena Dia adalah kasih (1Yoh. 4:8). —Amy Peterson

Ya Allah, terima kasih untuk kasih-Mu yang melimpah dan rela berkorban.

Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang penuh kasih.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 16-18; Lukas 22:47-71

Kesanggupan Berempati

Rabu, 29 November 2017

Kesanggupan Berempati

Baca: Ibrani 2:14-18; 13:1-3

2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;

2:15 dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

2:16 Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.

2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

13:1 Peliharalah kasih persaudaraan!

13:2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.

13:3 Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini.

Ingatlah orang-orang yang di dalam penjara, seolah-olah kalian juga beradadi dalam penjara bersama mereka. —Ibrani 13:3 BIS

Kesanggupan Berempati

Kenakanlah baju R70i Age Suit dan kamu akan segera merasa 40 tahun lebih tua, dengan mengalami gangguan pada penglihatan, kehilangan daya pendengaran, dan berkurangnya mobilitas. Baju Age Suit tersebut dirancang untuk menolong para pengasuh agar dapat lebih memahami pasien mereka. Setelah mencoba baju itu, Geoffrey Fowler, koresponden Wall Street Journal, menulis, “Pengalaman yang tak terlupakan dan sesekali menggelisahkan itu membuka mata kita bukan hanya terhadap usia senja, tetapi juga bagaimana perangkat realitas virtual dapat mengajarkan empati dan membentuk persepsi kita tentang dunia yang ada di sekitar kita.”

Empati adalah kesanggupan untuk memahami dan menyelami perasaan orang lain. Di tengah masa penganiayaan berat terhadap para pengikut Yesus, penulis kitab Ibrani mendorong orang percaya untuk “[mengingat] orang-orang yang di dalam penjara, seolah-olah kalian juga berada di dalam penjara bersama mereka. Dan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, hendaklah kalian ingat kepada mereka seolah-olah kalian juga diperlakukan demikian” (13:3 BIS).

Itulah yang telah dilakukan Sang Juruselamat bagi kita. Yesus Kristus menjadi manusia, sama seperti kita, “dalam segala hal . . . Dengan pelayanan-Nya itu dosa manusia dapat diampuni. Dan karena Ia sendiri pernah menderita dan dicobai, Ia dapat menolong orang-orang yang terkena cobaan” (2:17-18 BIS).

Kristus Tuhan, yang menjadi sama seperti kita, memanggil kita untuk berempati kepada orang lain “seolah-olah [kita] juga . . . bersama mereka” di saat mereka membutuhkan pertolongan.—David McCasland

Tuhan Yesus, kami mengagumi kerelaan-Mu untuk menjadi manusia seperti kami demi menyelamatkan kami. Mampukan kami untuk berempati kepada sesama kami yang membutuhkan pertolongan hari ini.

Tuhan Yesus memanggil kita untuk berempati kepada orang lain seolah-olah kita berada dalam keadaan yang sama dengan mereka.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 35-36; 2 Petrus 1

Siapa Gerangan Orang Ini?

Rabu, 1 November 2017

Siapa Gerangan Orang Ini?

Baca: Markus 4:35-41

4:35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.”

4:36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.

4:37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.

4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”

4:39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.

4:40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”

4:41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”

Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” —Markus 4:41

Siapa Gerangan Orang Ini?

“Simpan semua benda yang ada di atas meja kalian. Siapkan selembar kertas dan pensil.” Dahulu ketika saya masih menjadi murid sekolah, kata-kata yang menakutkan itu menunjukkan bahwa ujian segera dimulai.

Di Markus 4, Yesus memulai hari dengan mengajar di tepi danau (ay.1) dan mengakhirinya dengan sebuah ujian yang berlangsung di tengah danau (ay.35). Perahu yang semula merupakan sarana mengajar telah dibuat menjadi sarana transportasi oleh Yesus dan para pengikut-Nya untuk menyeberangi danau. Di dalam perjalanan itu (sementara Yesus yang kelelahan tertidur di buritan), mereka didera angin topan yang sangat dahsyat (ay.37). Murid-murid yang kewalahan membangunkan Yesus dengan berkata: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”(ay.38). Lalu terjadilah peristiwa yang menggemparkan. Pribadi yang pernah berseru kepada orang banyak, “Dengarlah!” di awal hari itu (ay.3), kini mengucapkan perintah singkat yang penuh kuasa kepada angin, “Diam! Tenanglah!” (ay.39).

Angin pun taat dan para murid yang ketakutan itu terheran-heran. Keheranan mereka terungkap dalam pertanyaan, “Siapa gerangan orang ini?” (ay.41). Pertanyaan itu tidak salah, tetapi baru di kemudian hari para murid menyadari dan yakin sepenuhnya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ketika seseorang mengajukan pertanyaan tersebut dengan jujur, tulus, dan hati yang terbuka, ia dapat tiba pada kesimpulan yang sama: Yesus bukan sekadar guru yang harus didengarkan, melainkan Allah yang layak disembah. —Arthur Jackson

Bapa, terima kasih atas firman-Mu yang menolong kami untuk melihat Yesus sebagai Anak Allah yang hidup. Tolonglah kami untuk mendengarkan-Mu dan percaya bahwa Engkaulah yang memegang kendali atas segala sesuatu.

“Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” —Matius 8:19

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 24-26; Titus 2