Posts

Perhatikan Pemimpinnya

Senin, 18 September 2017

Perhatikan Pemimpinnya

Baca: Ibrani 12:1-3

12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.

Marilah kita . . . berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita . . . melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. —Ibrani 12:1-2

Perhatikan Pemimpinnya

Joshua Bell, pemain biola kenamaan, memiliki cara yang tidak biasa dalam memimpin orkestra kamar Academy of St. Martin in the Fields yang terdiri dari 44 anggota. Alih-alih melambaikan tongkat, ia mengarahkan orkestranya sembari memainkan biola Stradivarius miliknya bersama pemain biola lainnya. Kepada Colorado Public Radio, Bell berkata, “Bahkan saat memainkan biola, saya dapat memberi mereka semua arahan dan tanda yang saya pikir saat ini hanya dapat dipahami oleh mereka sendiri. Mereka memperhatikan tiap gerakan naik-turun biola saya, saat saya mengangkat alis, atau cara saya menggesek biola. Mereka tahu bunyi yang saya inginkan dari mereka sebagai satu orkestra.”

Sama seperti anggota orkestra mengarah-kan pandangan mereka kepada Joshua Bell, Alkitab meminta kita untuk terus mengarahkan pandangan kita kepada Yesus, Tuhan kita. Setelah menuliskan nama-nama pahlawan iman di Ibrani 11, penulis berkata, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibr. 12:1-2).

Yesus berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Karena itulah kita memiliki hak yang istimewa dan luar biasa untuk mengarahkan pandangan kita kepada-Nya sementara Dia mengarahkan jalan hidup kita. —David McCasland

Tuhan, pandangan kami tertuju kepada-Mu hari ini sehingga kami mengikuti petunjuk-Mu dan menjalani hidup yang selaras bersama-Mu.

Mari arahkan pandangan kita kepada Yesus, Juruselamat kita, sementara Dia mengarahkan jalan hidup kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30-31 dan 2 Korintus 11:1-15

Artikel Terkait:

Sebab Tuhan baik

Percaya Saja

Selasa, 24 Maret 2015

KomikStrip-WarungSaTeKaMu-20150324-Percaya-Saja

Baca: Mazmur 56

56:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Merpati di pohon-pohon tarbantin yang jauh. Miktam dari Daud, ketika orang Filistin menangkap dia di Gat.

56:2 Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!

56:3 Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong.

56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;

56:5 kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?

56:6 Sepanjang hari mereka mengacaukan perkaraku; mereka senantiasa bermaksud jahat terhadap aku.

56:7 Mereka mau menyerbu, mereka mengintip, mengamat-amati langkahku, seperti orang-orang yang ingin mencabut nyawaku.

56:8 Apakah mereka dapat luput dengan kejahatan mereka? Runtuhkanlah bangsa-bangsa dengan murka-Mu, ya Allah!

56:9 Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?

56:10 Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku.

56:11 Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji,

56:12 kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?

56:13 Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.

56:14 Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.

Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. —Mazmur 56:4

Percaya Saja

Ketika anak-anak kami masih kecil, membawa mereka ke dokter adalah pengalaman yang menarik. Ruang tunggu dokter itu dipenuhi mainan yang bisa mereka mainkan dan majalah anak-anak yang suka saya bacakan untuk mereka. Sampai di situ tidak ada masalah. Namun begitu saya menggendong mereka masuk ke kamar praktek dokter, segalanya berubah. Keceriaan tiba-tiba berubah menjadi ketakutan, apalagi ketika perawat mendekati mereka dengan jarum suntik. Semakin dekat langkah si perawat, semakin erat mereka memeluk saya. Mereka memeluk saya dengan erat untuk mendapat kelegaan, atau mungkin mereka berharap tidak perlu disuntik, tanpa menyadari bahwa suntikan itu sebenarnya untuk kebaikan mereka sendiri.

Terkadang dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa ini, kita silih berganti mengalami masa yang damai dan tenang menjadi masa yang menyakitkan dan penuh pergumulan. Pada saat itulah, kita bertanya, “Bagaimana seharusnya saya menanggapi semua ini?” Kita bisa merasa takut dan bertanya-tanya mengapa Allah membiarkan hal itu menimpa kita. Atau sebaliknya, kita dapat meyakini bahwa di tengah masalah tersebut, Allah sedang melakukan sesuatu yang pada akhirnya adalah untuk kebaikan kita juga, walaupun itu terasa menyakitkan. Kiranya kita juga mengingat perkataan yang ditulis sang pemazmur, “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu” (Mzm. 56:4).

Seperti anak-anak saya, semakin sulit keadaannya, semakin erat kita harus bergantung kepada-Nya. Percayalah kepada-Nya. Kasih-Nya tidak pernah berkesudahan! —Joe Stowell

Datanglah segera, Tuhan, untuk menolongku. Ajarku untuk mempercayai-Mu di masa-masa sulit. Ingatkan aku akan kehadiran-Mu dan pada kenyataan bahwa Engkau memegangku dengan erat dalam tangan kasih-Mu.

Bergantunglah kepada Bapa di surga; Dialah satu-satunya harapanmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 16-18; Lukas 2:1-24

Semut Pencari Rumah

Rabu, 4 Maret 2015

Semut Pencari Rumah

Baca: Bilangan 13:25-14:19

13:25 Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu,

13:26 dan langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu.

13:27 Mereka menceritakan kepadanya: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya.

13:28 Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.

13:29 Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan."

13:30 Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"

13:31 Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."

13:32 Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya.

13:33 Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."

14:1 Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu.

14:2 Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!

14:3 Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"

14:4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: "Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir."

14:5 Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ.

14:6 Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya,

14:7 dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya.

14:8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

14:9 Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka."

14:10 Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.

14:11 TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!

14:12 Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka."

14:13 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Jikalau hal itu kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka,

14:14 mereka akan berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diri-Mu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam.

14:15 Jadi jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka bangsa-bangsa yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti berkata:

14:16 Oleh karena TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah kepada mereka, maka Ia menyembelih mereka di padang gurun.

14:17 Jadi sekarang, biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu nyata kebesarannya, seperti yang Kaufirmankan:

14:18 TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.

14:19 Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari."

TUHAN, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. —Mazmur 90:1

Semut Pencari Rumah

Menurut para peneliti dari Universitas Bristol, semut-semut batu asal Eropa mungkin lebih maju daripada kita dalam mengikuti perkembangan pasar perumahan. Para peneliti menemukan bahwa koloni-koloni semut menggunakan semut-semut pencari untuk terus-menerus mengawasi kondisi kehidupan koloninya. Lewat kemampuan sosial yang begitu rumit hingga membuat takjub para ilmuwan, semut-semut batu itu bergotong-royong dalam mencari ruang, kegelapan, dan perlindungan yang pas untuk menemukan sarang yang terbaik bagi ratu semut dan larva-larvanya.

Pada zaman Musa, keluarga orang Israel sedang mencari tempat tinggal yang baru. Tanah perbudakan di Mesir sangatlah kejam dan padang gurun Sinai bukanlah tempat yang baik untuk didiami. Namun, ada masalah. Menurut para pengintai Israel, negeri yang akan diberikan Allah bagi mereka itu telah diduduki oleh kota-kota berkubu dan orang-orang raksasa yang membuat para pengintai merasa bagaikan belalang (Bil. 13:28,33).

Terkadang, mungkin ada gunanya membandingkan diri kita dengan serangga. Semut-semut batu yang bertugas mencari sarang mengikuti petunjuk Pencipta mereka secara naluriah. Akan tetapi, sering kali kita membiarkan ketakutan menghalangi kita untuk mengikuti dan mempercayai Allah. Dengan bersandar pada jaminan penyertaan dan kasih-Nya, kita dapat berkata, “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.” —Mart DeHaan

Bapa di surga, tolong kami untuk melihat bahwa bagi kami pada saat ini, tidak ada kediaman yang lebih baik daripada hadirat-Mu dan kasih-Mu. Tolong kami untuk berdiam dengan nyaman di tempat tinggal kami di dalam Engkau.

Dengan berdiam di dalam Allah, kita berada di tempat tinggal yang baik.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 31-33; Markus 9:1-29

Tangan Allah

Selasa, 27 Januari 2015

KomikStrip-WarungSateKamu-20150127-Payung

Baca: Mazmur 63:2-9

63:2 Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

63:3 Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.

63:4 Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.

63:5 Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.

63:6 Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.

63:7 Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, —

63:8 sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.

63:9 Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku.

Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku. —Mazmur 63:9

Tangan Allah

Ketika NASA (Lembaga Aeronautik dan Ruang Angkasa Amerika Serikat) mulai menggunakan sebuah teleskop ruang angkasa jenis baru untuk menangkap spektrum-spektrum cahaya yang berbeda, para peneliti dikejutkan oleh salah satu foto yang dihasilkannya. Foto itu menunjukkan sesuatu yang tampak seperti jari-jari tangan, sebuah jempol, dan telapak tangan yang terbuka dengan perpaduan warna biru, ungu, hijau, dan emas yang sangat spektakuler. Beberapa orang menyebutnya sebagai “Tangan Allah”.

Pemikiran bahwa Allah akan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita pada saat kita membutuhkan adalah tema utama dari Kitab Suci. Dalam Mazmur 63 kita membaca: “Sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku” (ay.8-9). Pemazmur merasakan pertolongan dari Allah itu bagaikan tangan kanan yang menopangnya. Sejumlah pengajar Alkitab percaya bahwa Raja Daud menulis mazmur itu di tengah padang gurun Yehuda sepanjang masa-masa kelam dari pemberontakan Absalom, putranya. Absalom telah bersekongkol untuk menggulingkan sang ayah, dan Daud pun melarikan diri ke padang gurun (2Sam. 15-16). Bahkan sepanjang masa sulit itu, Allah hadir dan Daud percaya kepada-Nya. Ia berkata, “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau” (Mzm. 63:4).

Terkadang hidup ini memang bisa terasa menyakitkan, tetapi Allah terus mengulurkan tangan-Nya yang memberikan penghiburan di tengah masa-masa sulit tersebut. Kita tidak pernah jauh dari jangkauan tangan-Nya. —HDF

Di bawah pengawasan mata-Nya
Umat-Nya yang kudus aman berdiam;
Tangan yang menopang seluruh alam
Akan sanggup menjaga anak-anak-Nya. —Doddridge

Allah menanggung beban dunia di atas bahu-Nya, tetapi memegang anak-anak-Nya dengan telapak tangan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 16-18, Matius 18:1-20

Apa Moto Hidupmu?

Minggu, 11 Januari 2015

Apa Moto Hidupmu?

Baca: Lukas 12:4-7,22-32

12:4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

12:5 Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!

12:6 Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,

12:7 bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

12:22 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.

12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.

12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!

12:25 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?

12:26 Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?

12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

12:28 Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!

12:29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.

12:30 Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.

12:31 Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.

12:32 Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.

Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. —Lukas 12:7

Apa Moto Hidupmu?

Grug Crood, tokoh ayah dari satu keluarga penghuni gua dalam sebuah film animasi, percaya bahwa tidak ada tempat yang aman di luar gua tempat mereka tinggal. Maka setiap malam keluarga Grug akan berkumpul dan berhimpitan di dalam gua agar ia dapat melindungi mereka. Grug juga berpendapat bahwa jiwa petualang putri remajanya harus dihilangkan, karena itu hanya akan membawanya pada bahaya. Moto Grug untuk keluarganya adalah “Jangan pernah tidak takut” atau dengan kata lain, “Harus selalu takut”.

Sebaliknya, Yesus sering berkata kepada para pengikut-Nya: “Jangan takut.” Yesus mengatakannya kepada Simon ketika Dia memanggil Simon untuk mengikuti-Nya (Luk. 5:10). Ketika Yairus, seorang kepala rumah ibadat, datang kepada Yesus karena putrinya sekarat, Dia menghiburnya dengan kata-kata kepedulian yang sama (8:50).

Lukas 12 mencatat bahwa Yesus meminta murid-murid-Nya untuk tidak takut ketika Dia mengajarkan bagaimana Allah memandang mereka jauh lebih berharga daripada burung pipit (ay.7). Setelah bangkit, Yesus berkata kepada para wanita yang datang ke kubur, “Salam bagimu! . . . Jangan takut” (Mat. 28:9-10).

Takut adalah perasaan yang umum. Kita mengkhawatirkan orang yang kita cintai, kebutuhan kita, dan masa depan yang belum kita ketahui. Bagaimana kita dapat belajar untuk beriman? Tuhan telah memberi kita suatu dasar untuk membangun keyakinan kita kepada-Nya. Ibrani 13:5-6 berkata, “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’ Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut.’” —AMC

Bapa, kehidupan di dunia ini terkadang bisa jadi menakutkan.
Terima kasih atas janji-Mu bahwa Engkau tidak akan lalai
dalam mengasihi dan menjaga kami. Saat ketakutan seakan
melingkupi, tolong kami untuk mengingat janji-janji-Mu.

Kasih Allah membebaskan kita dari cengkeraman rasa takut.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 27-28, Matius 8:18-34

Apakah Yesus Masih Di Sini?

Minggu, 28 Desember 2014

Apakah Yesus Masih Di Sini?

Baca: Roma 8:31-39

8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."

8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

[Apapun] tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. —Roma 8:38-39

Apakah Yesus Masih Di Sini?

Rumah Ted Robertson di Colorado, Amerika Serikat, adalah satu dari 500 lebih rumah yang musnah akibat kebakaran hutan yang dikenal sebagai peristiwa Black Forest Fire pada bulan Juni 2013. Ketika Ted diperbolehkan pulang dan menyusuri debu dan puing rumahnya, ia sangat berharap dapat menemukan sebuah peninggalan keluarga buatan istrinya yang sangat berharga—sebuah patung bayi Yesus dari bahan keramik yang berukuran hanya sebesar perangko. Sambil mencari di antara barang-barang yang telah hangus terbakar, ia terus bertanya-tanya, “Apakah bayi Yesus masih ada di sini?”

Ketika hidup kita diguncang oleh berbagai kekecewaan dan kehilangan, kita mungkin bertanya-tanya apakah Yesus masih di sini bersama kita. Jawaban Alkitab dengan tegas menyatakan Ya! “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, . . . tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 8:38-39).

Di sebuah pojok yang sebelumnya merupakan garasi rumahnya, Ted Robertson berhasil menemukan sisa-sisa dari replika kandang Natal yang sudah hangus. Di sana ia juga menemukan patung bayi Yesus yang sama sekali tidak rusak oleh api. Kepada sebuah saluran televisi lokal, Ted mengungkapkan, “[Kami] sempat khawatir, tetapi kini kembali dapat berharap . . . kami pasti akan dapat memulihkan sebagian dari hidup kami yang tadinya kami pikir sudah musnah.”

Apakah Yesus masih ada di sini? Tentulah Dia masih di sini, dan itulah keajaiban Natal yang abadi. —DCM

Ketika di sekelilingku hanya kegelapan
Dan sukacita dunia telah lenyap,
Juruselamatku membisikan janji-Nya
Takkan ditinggalkan-Nya aku sendiri. —NN.

Jika kamu mengenal Yesus, kamu tidak akan pernah berjalan sendiri.

Batu-Batu Berteriak

Senin, 8 Desember 2014

Batu-Batu Berteriak

Baca: Lukas 19:28-40

19:28 Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

19:29 Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya

19:30 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari.

19:31 Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya."

19:32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus.

19:33 Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?"

19:34 Kata mereka: "Tuhan memerlukannya."

19:35 Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.

19:36 Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan.

19:37 Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.

19:38 Kata mereka: "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!"

19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu."

19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."

Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak. —Lukas 19:40

Batu-Batu Berteriak

Dari tahun ke tahun, tampaknya Natal semakin dikomersialkan. Bahkan di negara-negara yang sebagian besar penduduknya menyebut diri beragama “Kristen”, Natal lebih banyak dihubungkan dengan kegiatan belanja daripada beribadah. Tekanan untuk membeli hadiah dan merencanakan pesta yang meriah membuat orang semakin sulit memusatkan perhatian pada arti Natal yang sebenarnya, yakni kelahiran Yesus, Putra tunggal Allah, Sang Juruselamat dunia.

Namun setiap kali menjelang Natal, saya juga mendengar Injil diberitakan di tempat-tempat yang tidak terduga—tempat-tempat yang justru sangat mengkomersialkan Natal, yaitu pusat-pusat perbelanjaan. Ketika mendengar pujian “Hai dunia bersyukurlah, menyambut Tuhanmu!” disuarakan dari pengeras suara, saya teringat pada perkataan Yesus kepada orang-orang Farisi yang menyuruh-Nya mendiamkan sekerumunan orang yang sedang memuji-Nya. “Jika mereka ini diam,” kata Yesus, “maka batu ini akan berteriak” (Luk. 19:40).

Pada masa Natal, kita mendengar batu-batu berteriak. Orang-orang yang belum lahir baru pun terbiasa menyanyikan puji-pujian Natal yang ditulis oleh orang-orang Kristen dari zaman lampau, dan ini mengingatkan kita bahwa sekeras apa pun usaha orang untuk memadamkan pesan Natal yang sesungguhnya, mereka tidak akan pernah berhasil.

Meskipun komersialisme mengancam untuk mengaburkan makna dari kelahiran Kristus, Allah akan membuat kabar baik-Nya itu tersebar luas di mana saja kuasa gelap merajalela. —JAL

Dosa keji tak berdaya
Derita pun lenyap
Dilimpahkan-Nya kasih karunia
Melawan kuasa g’lap. —Watts
(Nyanyian Kemenangan Iman, No. 44)

Sia-sia orang menahan pasang air laut, demikianlah usaha orang menyingkirkan Kristus dari Natal.

Melihat Lalu Mencari

Jumat, 17 Oktober 2014

Melihat Lalu Mencari

Baca: Yunus 1:1-2:2

1:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian:

1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."

1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

1:4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.

1:5 Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.

1:6 Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa."

1:7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.

1:8 Berkatalah mereka kepadanya: "Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?"

1:9 Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan."

1:10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang telah kauperbuat?" –sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.

1:11 Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora."

1:12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu."

1:13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.

1:14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki."

1:15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk.

1:16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.

1:17 Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.

2:1 Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu,

2:2 katanya: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.

Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku. —Yunus 2:2

Melihat Lalu Mencari

Ketika putri kami masih terlalu kecil untuk berjalan atau merangkak, ia melakukan sesuatu untuk bersembunyi dari orang banyak atau saat ia ingin sendirian dan menuruti kemauannya sendiri. Ia cukup memejamkan matanya. Kathryn berpikir, orang yang tidak bisa dilihatnya juga tidak akan bisa melihat dirinya. Ia menggunakan taktik itu di dalam mobil ketika orang yang belum dikenalnya ingin menyapanya; ia juga melakukannya saat duduk di kursi makan apabila ia tidak menyukai makanannya; ia bahkan melakukannya saat kami memintanya untuk siap-siap tidur.

Yunus mempunyai strategi yang lebih canggih untuk bersembunyi, tetapi strategi itu sama tidak berhasilnya dengan cara putri kami bersembunyi. Ketika Allah memerintahkan Yunus untuk melakukan sesuatu yang tidak ia kehendaki, ia melarikan diri ke arah yang berlawanan. Namun ia segera mengetahui bahwa tidak ada tempat yang tersembunyi bagi Allah. Kitab Suci bahkan penuh dengan kisah-kisah tentang Allah yang menemukan orang-orang pada saat mereka tidak ingin ditemukan (Kel. 2:11-3:6; 1Raj. 19:1-7; Kis. 9:1-19a).

Mungkin kamu telah berusaha untuk bersembunyi dari Allah, atau mungkin saja kamu berpikir bahwa Allah sekalipun tidak bisa melihatmu. Pahamilah ini: Jika Allah melihat dan mendengar doa seorang nabi yang memberontak di dalam perut seekor ikan besar, Dia pun melihat dan mendengarmu di mana pun kamu berada dan apa pun yang pernah kamu lakukan. Namun itu bukanlah hal yang perlu ditakutkan, melainkan suatu penghiburan yang luar biasa. Dia selalu hadir, dan Dia peduli padamu! —RKK

Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau hadir menyertai kami.
Kami mendengar dan meyakini firman-Mu:
“Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku;
apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yer. 29:13).

Kita tak perlu mengkhawatirkan segala kesulitan di sekitar kita selama mata Tuhan tertuju kepada kita.

Cahaya Yang Menyusup

Jumat, 3 Oktober 2014

Cahaya Yang Menyusup

Baca: 2 Korintus 4:1-12

4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.

4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita. —2 Korintus 4:6

Cahaya Yang Menyusup

Lukisan berjudul A Trail of Light (Jejak Cahaya)—karya seniman Bob Simpich asal Colorado Springs, Amerika Serikat— menggambarkan sekumpulan pohon aspen dengan dedaunan keemasan yang disinari oleh cahaya matahari pada musim gugur. Dedaunan di bagian paling atas berkilauan terang, sementara tanah di bawah pepohonan itu menampilkan perpaduan antara sinar matahari dan bayang-bayang pepohonan. Sang pelukis menjelaskan pemandangan yang kontras itu, “Saya langsung terpikat pada cahaya yang menyusup dan terbayang pada dasar pepohonan itu. Sungguh suatu rangkaian keajaiban yang istimewa.”

Rasul Paulus pernah menulis kepada para pengikut Yesus di Korintus, “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!’, Ia juga yang membuat terang- Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor. 4:6). Paulus kemudian menggambarkan kenyataan hidup ketika “dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa” (ay.8-9).

Ada masanya ketika cahaya wajah Allah seakan meredup karena kesukaran, kesedihan, atau kehilangan yang kita alami. Namun demikian, bahkan di dalam bayang-bayang terkelam sekali pun, kita dapat melihat bukti kehadiran-Nya bersama kita.

Jika kita berjalan di bawah cahaya yang menyusup pada saat ini, kiranya kita kembali mengalami terang Allah, yaitu Yesus, yang selalu bercahaya di dalam hati kita. —DCM

Tuhan, arahkan cahaya wajah-Mu pada kami agar dapat menempuh
jalan menuju keselamatan-Mu. Arahkanlah cahaya-Mu dalam
kegelapan yang menyelubungi dunia ini agar kami dapat melihat
diri-Mu dan menunjukkan pada orang lain jalan kepada-Mu.

Dalam masa-masa yang gelap, terang Allah masih bersinar dalam hati kita.