Posts

Sudut Pandang Allah

Minggu, 27 Juli 2014

Sudut Pandang Allah

Baca: Habakuk 2:2-14

2:2 Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.

2:3 Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.

2:4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.

2:5 Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."

2:6 Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya–berapa lama lagi? –dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian.

2:7 Bukankah akan bangkit dengan sekonyong-konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka?

2:8 Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa-bangsa yang tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu.

2:9 Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!

2:10 Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri.

2:11 Sebab batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah.

2:12 Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan.

2:13 Sesungguhnya, bukankah dari TUHAN semesta alam asalnya, bahwa bangsa-bangsa bersusah-susah untuk api dan suku-suku bangsa berlelah untuk yang sia-sia?

2:14 Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.

Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, . . . itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. —Habakuk 2:3

Sudut Pandang Allah

Jason sedang bepergian ke New York di masa liburan musim semi. Pada suatu sore, ia dan teman-temannya menumpang taksi menuju ke Empire State Building. Bagi Jason, jalan darat itu terlihat begitu kacau dan membahayakan. Namun ketika Jason naik ke dek observasi dari gedung pencakar langit itu dan memandang ke bawah untuk melihat jalanan kota New York, ia terkagum-kagum melihat suatu kota yang tertata dalam rancangan yang rapi. Alangkah berbeda hasilnya apabila sudut pandangnya diubah!

Habakuk menerima pelajaran yang serupa. Ketika ia melihat kehidupan dari sudut pandang duniawi, tampaknya Allah tidak mengacuhkan kejahatan yang sedang merebak di tengah masyarakat (Hab. 1:2-4). Namun Allah memperlihatkan kepada Habakuk sudut pandang-Nya dan menunjukkan kepadanya bahwa apa yang berlangsung dalam hidup itu ternyata jauh melebihi apa yang dapat dilihat olehnya. Perbuatan manusia tidak akan dapat menggagalkan rencana Allah (2:3).

Mereka yang tidak menghargai Allah mungkin terlihat sejahtera untuk sesaat, tetapi akhirnya Allah akan meluruskan segala kesalahan. Dengan kedaulatan penuh, Allah bertindak dalam semua yang tengah berlangsung sehingga segalanya akan menggenapi maksud-Nya yang baik. Rencana Allah pasti akan terjadi tepat pada waktu-Nya (ay.3).

Kita tidak akan dapat melihat seluruh rancangan hidup ini dengan kacamata kita sendiri; hanya Allah yang dapat. Jadi, marilah kita terus hidup karena percaya dan bukan karena melihat. Dari sudut pandang Allah, Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang percaya dan demi kemuliaan-Nya. —PFC

Penguasa Berdaulat atas cakrawala,
Selalu murah hati dan sungguh bijaksana
Seluruh masa hidupku ada di tangan-Mu
Segala peristiwa terjadi atas perintah-Mu. —Ryland

Masa hidup kita ada di tangan Allah; jiwa kita senantiasa dijagai-Nya.

Mengajukan Pertanyaan Dari Sisi Lain

Rabu, 9 Juli 2014

Mengajukan Pertanyaan Dari Sisi Lain

Baca: Ayub 38:1-11

38:1 Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:

38:2 “Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?

38:3 Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.

38:4 Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!

38:5 Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? –Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya?

38:6 Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya

38:7 pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?

38:8 Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? —

38:9 ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya;

38:10 ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu;

38:11 ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!

Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? —Ayub 38:4

Mengajukan Pertanyaan Dari Sisi Lain

Setelah tragedi melanda, ada banyak pertanyaan yang muncul. Kehilangan orang yang kita kasihi mungkin membuat kita mengajukan pertanyaan berikut kepada Allah: “Mengapa Engkau izinkan hal ini terjadi?” “Salah siapakah semua ini?” “Tidakkah Engkau peduli dengan penderitaanku?” Percayalah, sebagai seorang ayah yang pernah berduka karena kehilangan seorang putri remaja secara tragis, saya pun pernah mengajukan beragam pertanyaan tersebut.

Kitab Ayub mencatat sejumlah pertanyaan yang diajukan Ayub ketika ia duduk bersama para sahabatnya untuk meratapi penderitaannya. Ia telah kehilangan anggota keluarganya, hartanya, dan kesehatannya. Pada satu titik, Ayub bertanya, “Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati?” (3:20). Ia juga bertanya, “Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan?” (6:11). Lalu, “Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan?” (10:3). Banyak orang telah berkabung dan menanyakan hal-hal yang sama.

Namun ketika kamu membaca kitab ini sampai akhir, kamu akan memperoleh kejutan. Pada saat Allah menanggapi Ayub, Dia melakukannya dengan cara yang tidak terduga (pasal 38-41). Allah membalikkan keadaan dan justru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Ayub—pertanyaan dari sisi lain yang menunjukkan hikmat dan kedaulatan-Nya. Beragam pertanyaan mengenai karya ciptaan-Nya yang agung—bumi, bintang-bintang, dan lautan. Semua pertanyaan itu berujung pada kesimpulan: Allah itu berdaulat, Allah Mahakuasa. Allah itu kasih. Dan Allah tahu apa yang sedang diperbuat-Nya. —JDB

Ya Bapa yang rahmani, Kau sungguh mengenal
Yang baik bagi kami di dalam tiap hal.
Setia Kaulakukan maksud-Mu yang tetap;
Terwujudlah semua sempurna dan lengkap. —Gerhardt
(Kidung Jemaat, No. 417)

Penghiburan terbesar kita di saat duka adalah menyadari
bahwa Allah yang memegang kendali atas segalanya.

 

Renungan ini telah diadaptasi dalam versi komik.

Perjalanan Jordyn

Jumat, 30 Mei 2014

Perjalanan Jordyn

Baca: Filipi 4:10-13

4:10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.

4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.

4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.

4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. —Filipi 4:13

Perjalanan Jordyn

Jordyn Castor terlahir buta. Namun hal ini tidak lantas menghalanginya untuk menjalani suatu hidup yang utuh dan produktif. Sebuah film dokumenter berjudul Can You See How I See? (Dapatkah Kau Melihat Sebagaimana Aku Melihat?) menceritakan tentang kisah hidupnya. Jordyn mencapai prestasi yang sangat baik di sekolah dan dengan hanya sedikit bantuan, ia juga bisa merasakan nikmatnya berjalan-jalan dengan sepeda dan menuruni bukit dengan ski.

Mengenai keterbatasan penglihatannya, Jordyn berkata: “Seandainya aku bisa memilih untuk tidak buta, aku tidak akan memilihnya. Aku berpikir Allah telah menciptakan kita sebagaimana adanya demi suatu tujuan . . . dan menurutku, kebutaanku ini menjadi bagian dari apa yang akan kukerjakan dengan hidupku ini.” Jordyn sekarang berkuliah di jurusan teknologi komputer. Ia berangan-angan dapat membantu merancang suatu perangkat lunak komputer yang akan menolong kaum tunanetra.

Bagaimana Jordyn dapat terus memandang hidupnya dengan positif? Sebagai pengikut Kristus, ia mengerti bahwa Allah memegang kendali atas segala situasi kehidupan. Hal itu memberikan keyakinan kepada Jordyn untuk mengejar kesempatan-kesempatan yang mungkin dianggap mustahil oleh orang lain. Yang pasti, hidup Jordyn menggambarkan kebenaran dari surat Filipi ini: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (4:13).

Apa pun kekuatan atau kelemahan diri kita, tangan pemeliharaan Allah dapat memampukan kita untuk memberikan pengaruh yang memuliakan Allah dalam dunia ini. Bersandarlah pada kuasa-Nya yang menolongmu dalam mengambil langkah iman. —HDF

“Aku akan menguatkanmu,” maka kuatkan hatimu,
Anak Allah yang begitu lemah dan rapuh;
Allah telah berfirman, jadi pasti terjadi,
Karena janji-Nya tak pernah gagal! —NN.

Ketika Allah memanggil kita untuk suatu tugas, Dia juga memberikan kuasa-Nya untuk menyelesaikan tugas itu.

Siapa Yang Berada Di Pusat?

Selasa, 25 Maret 2014

Siapa Yang Berada Di Pusat?

Baca: Mazmur 33:6-19

33:6 Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.

33:7 Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah.

33:8 Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!

33:9 Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.

33:10 TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa;

33:11 tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.

33:12 Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!

33:13 TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia;

33:14 dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.

33:15 Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.

33:16 Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan.

33:17 Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan.

33:18 Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya,

33:19 untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

Rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. —Mazmur 33:11

Siapa Yang Berada Di Pusat?

Baru-baru ini, saya mengalami kondisi yang disebut sebagai “Momen Copernicus”. Saya dibuat tersadar bahwa diri saya bukanlah pusat dari alam semesta ini. Dunia ini tidak berputar mengitari saya. Dunia juga tidak bergerak menurut kecepatan, keadaan, atau kehendak saya.

Meski kita mungkin berharap tidak demikian, tetapi kenyataannya kehidupan tidaklah semata-mata soal diri kita. Justru sebaliknya, semuanya berpusat kepada Tuhan. Dalam Mazmur 33, kita membaca bahwa seluruh alam semesta berpusat kepada Allah dan berada di bawah kendali-Nya (ay.6-9). Allah menetapkan batas-batas air laut dan menempatkan samudera raya dalam wadah. Segala sesuatu di alam semesta berjalan menurut hukum-hukum yang ditetapkan-Nya.

Bangsa-bangsa juga berpusat kepada Allah (ay.10-12). Tidak ada rencana atau rancangan yang akan berhasil menggagalkan rencana Allah. Pada akhirnya, rencana Tuhanlah yang tetap bertahan hingga selamanya. Rancangan-Nya tidak akan pernah tergoyahkan.

Akhirnya, hidup seluruh umat manusia berpusat kepada Tuhan (ay.13-19). Allah melihat umat manusia secara menyeluruh. Allah menciptakan hati kita, dan Dia memahami semua yang kita lakukan. Dia pun memiliki kuasa untuk ikut campur tangan di dalam hidup kita dan melepaskan kita dari keadaan-keadaan yang berjalan di luar kendali kita.

Hidup kita diciptakan untuk berpusat kepada Allah, bukan pada diri kita sendiri. Alangkah bersyukurnya kita karena bisa melayani Allah yang sedemikian Mahakuasa dan yang memegang kendali atas setiap aspek hidup kita. —PFC

Ajari aku, ya Tuhan, untuk menjalani kebenaran Mazmur 33 dalam
hidupku sehari-hari. Biarlah aku tunduk kepada-Mu sebagaimana
seharusnya. Kiranya aku dan segenap penghuni bumi ini takjub
akan Engkau, karena firman dan rencana-Mu tetap selamanya.

Mematikan kepentingan diri berarti hidup untuk Allah.

Lebih Baik Daripada Yang Direncanakan

Selasa, 28 Januari 2014

Lebih Baik Daripada Yang Direncanakan

Baca: Efesus 5:15-21

5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,

5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,

5:19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.

5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita

5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.

Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. —Efesus 5:20

Lebih Baik Daripada Yang Direncanakan

Gangguan bukanlah hal baru. Jarang sekali segala sesuatu dalam satu hari itu berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Hidup ini penuh dengan ketidaknyamanan. Rencana yang kita susun sering dibelokkan oleh berbagai kuasa yang ada di luar kendali kita. Daftarnya panjang dan terus berganti: sakit, konflik, kemacetan di jalan, lupa, peralatan yang rusak, perilaku kasar, kemalasan, ketidaksabaran, ketidakmampuan.

Namun yang tidak dapat kita lihat adalah sisi lain dari ketidaknyamanan. Kita sering menganggap ketidaknyamanan itu tidak memiliki tujuan lain selain membuat kita kecil hati, membuat hidup kita semakin sulit, dan mengacaukan segala rencana kita. Meski demikian, ketidaknyamanan bisa jadi merupakan cara yang dipakai Allah untuk melindungi kita dari sejumlah bahaya yang tidak kita sadari. Ketidaknyamanan juga bisa memberi kita kesempatan untuk menunjukkan kasih dan pengampunan Allah. Mungkin juga hal itu merupakan awal dari sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kita rencanakan sebelumnya. Bisa jadi hal itu merupakan ujian untuk melihat respons kita terhadap kesukaran. Apa pun itu, meskipun mungkin kita tidak mengerti alasan Allah, kita dapat mempercayai motivasi-Nya, yaitu untuk menjadikan kita semakin serupa dengan Yesus dan untuk memperluas kerajaan-Nya di bumi.

Bisa dikatakan bahwa ketidaknyamanan sudah menjadi “makanan sehari-hari” dari para pengikut Allah di sepanjang sejarah. Namun Allah punya maksud. Dengan kesadaran itulah, kita dapat bersyukur kepada-Nya, karena kita yakin bahwa Dia memberi kita kesempatan untuk menggunakan waktu kita dengan bijaksana (Ef. 5:16,20). —JAL

Tuhan, begitu sering aku menjadi jengkel oleh hal-hal kecil
yang rasanya begitu banyak di sekitarku. Setiap kali aku tergoda
untuk kehilangan kesabaran, menyalahkan orang lain,
atau menyerah saja, tolong aku untuk melihat wajah-Mu.

Apa yang terjadi pada kita sama sekali tidak sebanding dengan yang diperbuat Allah di dalam dan melalui kita.

Allah Tahu

Sabtu, 7 September 2013

Allah Tahu

Baca: Mazmur 139:1-10

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! —Roma 11:33

Melalui situs lightAware, Kathy dapat mengetahui perkembangan perjalanan pesawat kecil yang dikemudikan suaminya, Chuck, menuju Chicago. Hanya dengan beberapa klik, ia bisa mengetahui kapan suaminya memberangkatkan pesawat, di mana posisi pesawat itu kapan saja, dan tahu persis kapan suaminya akan mendarat. Beberapa dekade sebelumnya ketika Chuck menjadi pilot di Afrika Barat, satu-satunya alat komunikasi yang ada hanyalah sebuah radio berfrekuensi tinggi. Ia teringat pada suatu peristiwa ketika tiga hari lamanya ia tidak dapat menghubungi suaminya. Ia sama sekali tidak tahu bahwa suaminya dalam keadaan selamat tetapi tidak dapat terbang karena pesawatnya mengalami kerusakan.

Namun Allah selalu tahu persis di mana Chuck berada dan apa yang sedang dilakukannya, sama seperti Dia tahu persis keadaan kita (Ayb. 34:21). Tidak ada satu hal pun yang tersembunyi di hadapan-Nya (Ibr. 4:13). Dia tahu isi pikiran dan perkataan kita (1Taw. 28:9; Mzm. 139:4). Dan Dia tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (Yes. 46:10).

Allah mengetahui segala sesuatu (1Yoh. 3:20), dan Dia mengenal Anda dan saya dengan baik (Mzm. 139:1-10). Dia mengetahui setiap pencobaan yang kita hadapi, setiap kali hati kita terluka, setiap penyakit yang kita derita, setiap kekhawatiran yang melanda jiwa kita, dan setiap kesedihan yang kita alami.

Alangkah bahagianya kita boleh menikmati pemeliharaan dari Pribadi yang menerima pujian ini, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!” (Rm. 11:33). —CHK

Di bawah pengawasan mata-Nya
Umat-Nya berlindung dengan aman;
Tangan yang menopang alam semesta
Juga akan menjaga semua anak-Nya. —Doddridge

Kita dapat mempercayai Allah yang Mahatahu.

Jalan Yang Berliku

Kamis, 11 Juli 2013

Jalan Yang Berliku

Baca: Mazmur 121

Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. —Mazmur 121:3

Dalam bukunya A Sweet and Bitter Providence (Pahit-Manisnya Penyertaan Allah), John Piper menyajikan pemikiran tentang penyertaan Allah dan tuntunan-Nya: “Hidup bukanlah sebuah garis lurus yang membawa kita dari satu berkat ke berkat lain hingga akhirnya kita sampai di surga. Hidup adalah sebuah jalan yang berliku dan penuh masalah. . . . Allah tak hanya muncul untuk membereskan suatu masalah yang telah terjadi. Dia sedang mengatur jalan hidup kita dan mengelola masalah-masalah yang ada dengan suatu maksud besar demi kebaikan kita dan demi kemuliaan Yesus Kristus.”

Orang Yahudi yang sedang menempuh perjalanan menuju Yerusalem untuk mengikuti perayaan tahunan mereka (Ul. 16:16) punya kepastian karena mengetahui bahwa Tuhanlah yang mengatur jalan hidup mereka dan menolong mereka menghadapi jalan yang penuh liku dan masalah. Mereka mengungkapkan kepastian ini dalam sebuah nyanyian ziarah di Mazmur 121. Pertanyaan “Dari manakah akan datang pertolonganku?” bukanlah merupakan ungkapan keraguan, melainkan suatu keyakinan di dalam Tuhan yang berkuasa penuh (ay.1-2). Tidak seperti penjaga yang kadang terlelap, atau dewa Baal yang harus dibangunkan dari keterlelapannya (1Raj. 18:27), Tuhan sepenuhnya siaga dan menjaga perjalanan umat-Nya dengan kasih pemeliharaan-Nya (ay.3-4). Tuhan, yang telah menyelamatkan Israel, akan terus menolong, menjaga, dan berjalan bersama umat-Nya.

Hidup ini bagaikan jalan berliku dengan masalah dan bahaya yang tak pernah dapat diduga, tetapi kita bisa yakin penuh pada penyertaan, perlindungan, dan pemeliharaan Allah. —MLW

Ya Tuhan, terkadang hidup begitu penuh marabahaya
dan jalan yang berliku. Terima kasih untuk kepastian
bahwa Engkau telah mengatur jalan hidup kami
dan selalu mengawasi setiap langkah kami.

Masalah datang tanpa bisa kita duga; tetapi penyertaan Allah itu selalu pasti.

Tanjung Pencobaan

Selasa, 16 April 2013

Tanjung Pencobaan

Baca: Yakobus 1:1-8

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. —Yakobus 1:2-3

Pada tanggal 10 Juni 1770, kapal yang dinakhodai James Cook asal Inggris menghantam sebuah karang di lepas pantai timur laut Australia. Cook pun mengarahkan kapalnya menuju ke perairan yang lebih dalam tetapi ia kembali menghantam karang, dan kali ini tabrakan itu hampir menenggelamkan kapalnya. Pengalaman ini mendorong Cook untuk menulis dalam catatan pelayarannya: “Ujung utara ini dinamai Cape Tribulation (Tanjung Pencobaan) karena di sinilah awal semua masalah kami.”

Banyak dari kita telah mengalami suatu pencobaan yang tampaknya memicu datangnya serangkaian pencobaan lainnya. Kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dicintai, perceraian yang tidak dikehendaki, atau memburuknya kesehatan, dapat menjadi bagian dari daftar tersebut.

Meski krisis bisa jadi merupakan “Tanjung Pencobaan” bagi kita, Allah tetap berdaulat penuh dan tentu masih memegang kendali. Dia bermaksud memakai percobaan untuk membangun ketahanan dalam diri kita. Yakobus menulis: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yak. 1:2-3). Makna kata yang diterjemahkan menjadi “ketekunan” adalah memiliki kekuatan yang tetap teguh atau kemampuan untuk bertahan.

Di tengah pencobaan yang menjungkirbalikkan hidup Anda, ingatlah bahwa Allah masih terus berkarya. Dia hendak memakai pengalaman Anda di “Tanjung Percobaan” untuk membangun karakter Anda. Dia telah menjanjikan kasih karunia-Nya untuk menolong Anda melewati semua itu (2Kor. 12:9). —HDF

Dia limpahkan karunia kala beban bertambah berat,
Dia tambahkan kekuatan kala jerih payah meningkat;
Saat bertambah derita, bertambah pula belas kasih-Nya,
Saat cobaan berlipat, damai pun dilipatgandakan-Nya. —Flint

Iman bertumbuh paling baik di masa-masa pencobaan. —Rutherford

Kekayaan Jiwa

Selasa, 12 Maret 2013

Kekayaan Jiwa

Baca: Amsal 30:1-9

Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. —Amsal 30:8

Dengan harapan bisa memenangi rekor hadiah undian sebesar 640 juta dolar, orang Amerika menghabiskan uang sekitar 1,5 miliar dolar untuk membeli tiket di acara pengundian lotere besar-besaran di awal tahun 2012. Peluang menangnya hanya 1 dari 176 juta—suatu angka yang luar biasa besar—tetapi orang masih saja rela antri di berbagai toko, stasiun pengisi bahan bakar, dan kafe untuk membeli sebuah kesempatan untuk menjadi kaya. Ada sesuatu di dalam diri kita yang membuat kita berpikir bahwa banyak uang akan menyelesaikan masalah kita dan membuat hidup kita lebih baik.

Seorang tokoh di Alkitab, Agur, memiliki cara pandang yang berbeda tentang kekayaan ketika meminta Allah untuk mengabulkan dua permohonan sebelum ia meninggal.

Pertama, Agur berkata, “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan” (Ams. 30:8). Integritas adalah kunci untuk menjalani hidup tanpa kekhawatiran. Jika kita tidak menyembunyikan apa pun, tidak ada yang perlu kita takutkan. Tipu muslihat memperbudak, tetapi kejujuran memerdekakan. Kedua, ia berkata, “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku” (ay.8). Kepuasan bersumber dari sikap mempercayai Allah sebagai penyedia hidup kita dan menerima dengan penuh syukur yang Dia sediakan. Agur berkata bahwa Sang Penciptalah yang “menetapkan segala ujung bumi . . . Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya” (ay.4-5).

Integritas dan kepuasan adalah kekayaan jiwa yang tersedia bagi semua orang. Tuhan kita berkenan memberikan harta kekayaan ini kepada semua orang yang memintanya. —DCM

Kepuasan tidak berasal dari kekayaan—
Itu bukan sesuatu yang bisa kau beli;
Kepuasan datang untuk memberimu damai
Saat bersandar pada pemeliharaan Allah. —Branon

Ketidakpuasan membuat kita miskin sedangkan kepuasan membuat kita kaya!