Posts

Kepada Sang Penulis Hidup

Oleh: Ruth Lidya Panggabean

Kepada-Sang-Pemilik-Kehidupan

Ampunilah ia, pena kepunyaan-Mu itu,
karena seringkali mencuri kemuliaan dari Pemilik aslinya.
Engkaulah yang selama ini menuliskan semua cerita,
sesungguhnya pena itu tidak layak mendapatkan pujian apa-apa.

Biarlah hanya Pribadi-Mu yang dikenal oleh pembaca,
lewat tulisan-tulisan indah di kitab yang terbuka.
Cerita itu bukan tentang si pena, jelas ia bukan tokoh utama.
Cerita itu adalah tentang Engkau saja.

Ampunilah ia, pena kesayangan-Mu itu,
kadangkala sok tahu menulis cerita dengan versinya sendiri.
Dengan kehendak bebasnya, ia berkisah sesuka hati
Cerita-Mu yang Mahaindah jadi sukar terbaca dan kerap disalahpahami.

Oh, janganlah karena dia, nama-Mu tercoreng di mata para pembaca.
Tidak, pena itulah yang bebal dan harus belajar berserah kepada Sang Empunya.
Koreksilah ceritanya supaya kembali pada kerangka-Mu yang sempurna,
Selaraskan geraknya dengan maksud-Mu dalam menulis cerita demi cerita.

Berikanlah pena itu ketaatan, supaya menulis untuk kemuliaan-Mu saja.
Berikanlah pena itu kesanggupan, untuk berucap “He must be greater, I must be less.”
Predestinasi-Mu akan selalu tetap, ya Maha Penulis Hidup.
Kau masih berdaulat di atas setiap kegagalannya menunaikan tugas.

Engkaulah yang berhak mengakhiri proses penulisannya.
Engkaulah yang nanti menyingkapkan alasan dari setiap peristiwa.
Dan sesuai janji-Mu, di ujung lembaran yang belum bisa ia raba itu,
ada rancangan kebaikan di balik segala sesuatu.

Klimaksnya nanti tak akan pernah tentang si pena.
Klimaksnya pasti adalah tentang Engkau saja.

Si pena hanya perlu mempercayakan segenap kisahnya kepada Sang Pencerita.

 
I was but a pen in God’s hand, and what praise is due to a pen?” -Richard Baxter (1615-1691)

Yang Tak Terduga

Rabu, 10 Juni 2015

Yang Tak Terduga

Baca: 1 Korintus 1:25-31

1:25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

1:26 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.

1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,

1:28 dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

1:29 supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

1:30 Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.

1:31 Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”

Apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat. —1 Korintus 1:27

Yang Tak Terduga

Fanny Kemble adalah seorang aktris Inggris yang pindah ke Amerika di awal 1800-an dan kemudian menikah dengan Pierce Butler, seorang pemilik perkebunan di bagian selatan negeri itu. Fanny menikmati kehidupan yang mewah di perkebunan tersebut, sampai ia melihat besarnya harga yang harus dibayar para budak yang bekerja di sana demi kemewahan itu.

Kemble akhirnya bercerai dari suaminya setelah ia menulis tentang perlakuan kejam yang sering diderita para budak. Tulisannya itu beredar luas di kalangan gerakan yang mendorong dihapuskannya perbudakan dan diterbitkan tahun 1863 dengan judul Journal of a Residence on a Georgian Plantation in 1838–1839 (Catatan Pengalaman di Perkebunan Georgia Tahun 1838–1839). Karena sikapnya itu, mantan istri pemilik budak tersebut dikenal sebagai “Penentang Perbudakan yang Tak Terduga”.

Di dalam tubuh Kristus, Allah sering memberikan kejutan-kejutan yang indah. Dia terus-menerus memakai beragam orang dan keadaan yang tak terduga demi menggenapi rencana-Nya. Paulus menulis, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti” (1Kor. 1:27-28).

Hal ini mengingatkan kita bahwa dengan kasih karunia-Nya, Allah bisa memakai siapa saja. Jika kita mau mengizinkan Allah berkarya di dalam kita, mungkin kita akan tercengang melihat apa yang dapat diperbuat Allah melalui kita! —Bill Crowder

Bagaimana kamu akan mengizinkan Allah memakaimu hari ini?

Allah merindukan adanya hati yang siap untuk dipakai.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 34–36; Yohanes 19:1-22

Jalan Misterius

Jumat, 29 Mei 2015

KomikStrip-WarungSaTeKaMu-20150529-Jalan-Misterius

Baca: Ayub 39:34-40:9

39:34 Maka jawab TUHAN kepada Ayub:

39:35 "Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab!"

39:36 Maka jawab Ayub kepada TUHAN:

39:37 "Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan.

39:38 Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan."

40:1 Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:

40:2 "Bersiaplah engkau sebagai laki-laki; Aku akan menanyai engkau, dan engkau memberitahu Aku.

40:3 Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?

40:4 Apakah lenganmu seperti lengan Allah, dan dapatkah engkau mengguntur seperti Dia?

40:5 Hiasilah dirimu dengan kemegahan dan keluhuran, kenakanlah keagungan dan semarak!

40:6 Luapkanlah marahmu yang bergelora; amat-amatilah setiap orang yang congkak dan rendahkanlah dia!

40:7 Amat-amatilah setiap orang yang congkak, tundukkanlah dia, dan hancurkanlah orang-orang fasik di tempatnya!

40:8 Pendamlah mereka bersama-sama dalam debu, kurunglah mereka di tempat yang tersembunyi.

40:9 Maka Akupun akan memuji engkau, karena tangan kananmu memberi engkau kemenangan."

Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. —Yesaya 55:9

Jalan Misterius

Saat putra saya mulai belajar dalam kelas bahasa Mandarin, saya takjub melihat isi makalah yang dibawanya pulang setelah sesi pertama. Sebagai orang yang bahasa ibunya bahasa Inggris, saya sulit memahami bagaimana karakter-karakter huruf dapat berkaitan dengan pengucapan kata. Bahasa Mandarin terlihat sangat rumit bagi saya dan tidak dapat saya mengerti.

Terkadang saya pun bingung dengan cara kerja Allah. Saya tahu Dia berkata, “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes. 55:8). Namun, masih saja saya merasa bahwa saya seharusnya bisa memahami mengapa Allah mengizinkan terjadinya hal-hal tertentu. Lagipula, saya membaca firman-Nya secara teratur dan Roh Kudus berdiam dalam diri saya.

Ketika saya merasa berhak untuk memahami jalan Allah, saya mencoba untuk merendahkan hati saya. Saya ingat bahwa Ayub tidak mendapatkan penjelasan untuk segala sakit hatinya (Ayb. 1:5,8). Ayub berjuang untuk mengerti, tetapi Allah bertanya kepadanya: “Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa?” (39:35). Dengan menyesal, Ayub menjawab, “Jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan” (39:37). Ayub diam terpaku di hadapan keagungan Allah.

Walaupun jalan Allah mungkin terlihat misterius dan terkadang tidak dapat dimengerti, kita bisa meyakini dengan pasti bahwa jalan itu jauh lebih baik daripada jalan kita sendiri. —Jennifer Benson Schuldt

Bapa, tolong aku untuk percaya kepada-Mu, bahkan di saat aku tak mengerti mengapa hal-hal itu harus kualami. Hiburkanlah hatiku dan ingatkan aku akan kebaikan dan kasih-Mu.

Karena tangan Allah bekerja dalam segala sesuatu, kamu bisa menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 7-9; Yohanes 11:1-29

Jam Allah Selalu Tepat

Rabu, 25 Maret 2015

Jam Allah Selalu Tepat

Baca: Lukas 2:36-40

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,

2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.

2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

Pada ketika itu juga datanglah ia ke situ . . . dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. —Lukas 2:38

Jam Allah Selalu Tepat

Saya sesekali pergi mengunjungi dua wanita lansia. Yang seorang sama sekali tidak memiliki masalah keuangan, sangat sehat untuk ukuran wanita seusianya, dan tinggal di rumahnya sendiri. Namun ia selalu mempunyai komentar yang negatif terhadap apa saja. Wanita yang satu lagi mengalami kelumpuhan akibat penyakit artritis dan agak pelupa. Ia tinggal di tempat sederhana dan mempunyai buku agenda agar ia tidak lupa dengan janji-janji yang dibuatnya. Namun kepada setiap orang yang mengunjungi apartemen mungilnya, komentar pertamanya selalu sama, “Allah begitu baik kepadaku.” Di kunjungan terakhir saya, saat menyerahkan buku agenda itu kepadanya, saya melihat bahwa pada hari sebelumnya ia telah menulis, “Besok makan siang di luar! Asyik! Satu lagi hari yang menyenangkan.”

Hana adalah seorang nabi perempuan pada masa kelahiran Yesus yang sudah sangat lanjut usia (Luk. 2:36-37). Menjanda di usia muda dan kemungkinan tidak mempunyai anak, Hana mungkin pernah merasa tidak berguna dan melarat. Namun ia tetap berfokus kepada Allah dan setia melayani-Nya. Ia merindukan Mesias, tetapi dalam penantiannya, ia tekun beribadah kepada Allah—berdoa, berpuasa, dan mengajarkan kepada orang lain semua yang dipelajarinya dari Allah.

Akhirnya hari yang istimewa pun tiba, ketika di usianya yang ke-80, ia melihat sang bayi Mesias di dalam pelukan ibu-Nya yang masih muda. Kesabaran Hana dalam menanti akhirnya membuahkan hasil. Hatinya meluap dengan sukacita sehingga ia memuji Allah dan kemudian menyampaikan berita sukacita itu kepada sesamanya. —Marion Stroud

Tuhan, aku tak ingin mengeluh lagi. Aku ingin menjadi orang yang melimpah dengan syukur atas kehadiran orang lain dan kehadiran-Mu. Kiranya aku menerima apa pun yang Engkau berikan sesuai dengan waktu-Mu. Tolonglah aku untuk memulainya hari ini.

Memang tidak mudah menyandingkan rencana Allah dengan rencana kita. Namun ketika keduanya menyatu, itulah pengalaman yang terbaik.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 19-21; Lukas 2:25-52

Saat Aku Menyadari Tidak Semua Impian Dapat Menjadi Kenyataan

Oleh: Sukma Sari

The Day I Realized Not Every Dream Would Come True

Pernahkah kamu memiliki banyak keinginan, harapan, dan cita-cita?
Pernahkah kamu menuliskan hal-hal yang kamu impikan tercapai pada titik tertentu dalam hidupmu?
Pernahkah kamu mendapati bahwa sebagian impianmu tidak akan pernah menjadi kenyataan, dan sebagian harapanmu mustahil untuk diwujudkan?

Aku pernah.

Aku memiliki banyak keinginan, banyak cita-cita. Dulu, aku rajin menuliskan setiap impian dan keinginanku. Namun, suatu hari, aku mendapati bahwa apa yang kuimpikan tidak bisa kucapai pada tenggat waktu yang sudah aku tentukan. Perasaan marah dan kecewa berkecamuk di dalam diriku. Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Dia mengizinkan aku gagal mencapai apa yang aku inginkan. Aku tahu tak seharusnya aku mempertanyakan Tuhan, tetapi saat itu kekecewaan begitu menguasaiku. Kondisiku bisa dibilang sangat buruk.

Hingga pada suatu malam sebelum tidur, aku membaca postingan teman di salah satu media sosial. Sepotong refrain dari lagu berjudul Trust His Heart, yang berbunyi:

God is too wise, to be mistaken
God is too good, to be unkind
So when you don’t understand, when you don’t see His plan
When you can’t trace His hand
Trust His Heart

Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti:

Allah begitu bijak, tak mungkin salah
Allah begitu baik, tak mungkin jahat
Saat kau tak mengerti, (saat kau) tak paham rencana-Nya,
(saat kau) tak melihat tangan-Nya,
Percaya hati-Nya.

Syair itu membuatku merenungkan apa yang kualami. Benar bahwa banyak impianku yang tidak menjadi kenyataan, namun aku telah melupakan sejumlah fakta yang penting. Aku lupa bahwa ada satu Pribadi yang selalu bekerja di balik layar. Aku lupa bahwa setelah aku diselamatkan, hidup yang kujalani sekarang ini bukanlah milikku sepenuhnya. Bukan aku yang memegang kendali penuh atas hidupku. Aku lupa bahwa meskipun aku memiliki pensil dan kertas, Allah memiliki alat tulis yang lengkap!

Allah tidak hanya berbicara melalui lagu itu, tetapi juga melalui Firman-Nya. Dia menolongku untuk memahami dengan jelas bahwa Dialah sesungguhnya yang memegang kendali penuh atas hidupku. Dia berfirman dalam Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Aku tersadar bahwa aku telah bersikap seperti seorang anak kecil yang menuntut semua keinginannya harus terpenuhi dan doanya dijawab segera begitu ia memintanya. Aku tidak sedang hidup sebagai seorang hamba yang mengenal dan percaya kepada Tuannya, Allah yang memegang kendali penuh atas hidupku.

Sobat, tidaklah salah jika kita punya banyak impian dan keinginan. Tetapi, janganlah kita pernah lupa bahwa kita memiliki Allah yang berdaulat, yang memegang kendali atas segala sesuatu. Kita boleh saja memegang pensil dan menulis semua impian dan keinginan kita, tetapi ingatlah bahwa Allah memegang penghapusnya. Izinkan Dia menghapus keinginan-keinginan kita yang tidak benar, dan menuliskan rencana-Nya yang lebih baik dalam hidup kita. Dan, perhatikanlah bagaimana Dia bekerja di balik layar hidup kita masing-masing.

Ketika kamu merasa keadaan di sekelilingmu tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu, jangan takut! Allah, Sang Pencipta sedang dan akan terus bekerja menggenapi rencana-Nya di dalam dan melalui dirimu.

Raksasa Bernama Patah Semangat

Oleh: Olivia Ow
(artikel asli dalam Bahasa Inggris: The Giant Called Dismay)

The-Giant-Called-Dismay

Kantor adakalanya tak berbeda dengan medan perang. Bagi sebagian orang, setiap hari kerja itu penuh dengan masalah yang harus dibereskan. Bagi yang lain, itu berarti harus berkejaran dengan tenggat waktu dan menghadapi hubungan interpersonal yang kompleks, termasuk rekan kerja yang bisa saja menikam dari belakang.

Bekerja di lembaga pelayanan Kristen tidak membuat hari-hariku lantas terbebas dari masalah dalam hubunganku dengan sesama. Ada saja kekeliruan, kekurangan, dan salah paham. Timothy Keller, seorang pengkhotbah sekaligus penulis, menuliskan pengamatannya, “Semua orang punya masalah. Sebab itu, semua hubungan pasti punya masalah.” Di mana pun kita bekerja, kita semua akan menghadapi “raksasa” bernama patah semangat.

Bagi kita yang bekerja di dalam organisasi Kristen atau melayani di gereja, penting untuk mengingat bahwa kita adalah para prajurit dalam pasukan yang sama. Pertempuran kita adalah untuk menyelamatkan jiwa dan menegakkan kebenaran, bukan untuk mendapatkan pujian bagi diri sendiri. Musuh kita bukanlah sesama manusia, tetapi Iblis yang berusaha merusak pelayanan kita dengan menciptakan perpecahan.

Dalam Ulangan 20:5-8, kita membaca pasal menarik yang bicara mengenai peraturan-peraturan dalam peperangan. Meskipun aturan-aturan tersebut tidak diterapkan secara harafiah saat ini, prinsip-prinsipnya tetaplah relevan bagi kita.

Pertama-tama, kesatuan tidak selalu berarti “semua untuk satu, satu untuk semua.” Kita tidak perlu menuntut semua orang untuk berdiri di garis depan, dan bekerja dengan intensitas yang sama. “Siapakah orang yang telah mendirikan rumah baru, tetapi belum menempatinya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya…” (ayat 5). “Dan siapa telah membuat kebun anggur, tetapi belum mengecap hasilnya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya…” (ayat 6). Urusan-urusan pribadi kita juga penting bagi Allah.

Bagaimana penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari? Mungkin itu berarti menyesuaikan harapan-harapan kita terhadap rekan kerja atau teman gereja; memberi diri untuk mendengarkan dan berempati; atau memeriksa kembali hati kita yang suka membanding-bandingkan bagian kita dengan bagian orang lain. Mungkin itu berarti belajar saling memahami, termasuk mengenali masalah-masalah yang sedang dihadapi rekan kita di luar tempat kerja. Adakah sesuatu yang mengganggunya? Adakah persoalan yang perlu ia selesaikan, yang sama pentingnya dengan mencapai misi organisasi? Selain itu, kita juga perlu peka untuk tahu kapan harus membiarkan rekan kerja atau teman gereja kita pergi membereskan urusan pribadi mereka, sehingga tidak ada pekerjaan yang terbengkalai.

Kedua, para prajurit bekerja sebagai satu tim. Kita tidak akan mungkin mencapai banyak hal jika kita tidak merasa memiliki satu sama lain. Jika ada orang yang sedang tidak berada dalam kondisi terbaik mereka, moral prajurit lainnya akan terpengaruh. Jika ada orang yang “takut dan lemah hati … Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya” (ayat 8).

Apa artinya? Bagian ini menunjukkan betapa Allah tahu benar kelemahan manusia. Adakalanya kita harus melepaskan rekan kita dari tanggung jawab yang sedang ia pegang tanpa menyimpan ganjalan di hati. Atau, mungkin kita sendiri yang perlu mengambil waktu tenang untuk menata kembali langkah kita.

Kita tidak perlu patah semangat, atau bahkan merasa harus ikut “perang” ketika harus menghadapi rekan kerja yang bermasalah. Saat ada anggota tim yang harus pergi, kita dapat melihat betapa Allah sungguh tidak bergantung pada kehebatan manusia.

Dalam pertempuran melawan raksasa “patah semangat”, senjata kita adalah Firman Allah. Firman Allah adalah pedang kebenaran yang akan meluruskan pemikiran kita, mengendalikan perasaan kita, dan menolong kita untuk mengambil sikap yang benar.

Pilihan-Nya

Rabu, 25 Februari 2015

Pilihan-Nya

Baca: 2 Tesalonika 2:13-17

2:13 Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.

2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.

2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

2:16 Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,

2:17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.

Sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan. —2 Tesalonika 2:13

Pilihan-Nya

Ketika anak-anak kami masih kecil, saya sering berdoa bersama mereka setelah kami menyelimuti mereka di tempat tidur. Namun sebelum berdoa, saya kadang-kadang akan duduk di tepi tempat tidur itu dan berbincang-bincang dengan mereka. Saya ingat pernah mengatakan kepada putri kami, Libby, “Seandainya Papa bisa membariskan semua gadis cilik berusia 4 tahun di dunia ini, Papa akan menyusuri barisan itu untuk mencarimu. Setelah melihat-lihat semua anak dalam barisan itu, aku akan memilihmu untuk menjadi putriku.” Perkataan saya itu selalu memunculkan senyuman lebar di wajah Libby karena ia mengetahui bahwa dirinya istimewa bagi saya.

Jika momen itu saja dapat membekaskan senyuman yang bahagia bagi Libby, bayangkan betapa luar biasanya kenyataan bahwa oleh anugerah-Nya, Allah Sang Pencipta alam semesta, “dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan” (2Tes. 2:13). Sejak sebelum permulaan zaman, Allah rindu untuk menjadikanmu milik-Nya. Itulah mengapa Kitab Suci sering menggunakan gambaran tentang adopsi untuk menjabarkan realitas yang ajaib bahwa kita telah dipilih oleh-Nya, bukan karena jasa atau kelayakan kita sendiri.

Itu adalah kabar yang menakjubkan! Kita “dikasihi Tuhan” (ay.13) dan menikmati berkat-berkat sebagai anggota keluarga-Nya. Kebenaran yang agung ini patut memenuhi hidup kita dengan kerendahan hati dan ucapan syukur. “Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita . . . kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (ay.16-17). —JMS

Aku akan bersyukur senantiasa karena aku ini anak-Mu, ya Bapa,
dan karena Engkau mengasihiku! Ajari aku untuk mengingat
segala berkat yang kuterima sebagai anak-Mu, dan tolong aku agar
dapat melayani-Mu dengan setia sebagai anggota keluarga-Mu.

Allah telah memilih untuk mengasihimu dan menjadikanmu sebagai anggota keluarga-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 12-14; Markus 5:21-43

Dunia Yang Tak Kasat Mata

Senin, 23 Februari 2015

Dunia Yang Tak Kasat Mata

Baca: Bilangan 22:21-31

22:21 Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab.

22:22 Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.

22:23 Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tangan-Nya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan.

22:24 Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah.

22:25 Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula.

22:26 Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri.

22:27 Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat.

22:28 Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"

22:29 Jawab Bileam kepada keledai itu: "Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang."

22:30 Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: "Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?" Jawabnya: "Tidak."

22:31 Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud.

Malaikat TUHAN berdiri di jalan. —Bilangan 22:23

Dunia Yang Tak Kasat Mata

Tahukah kamu bahwa jumlah mikroba di satu tanganmu saja sudah melampaui jumlah seluruh manusia yang hidup di atas bumi? Atau bahwa jutaan mikroba dapat masuk ke dalam sebuah lubang jarum? Organisme hidup bersel tunggal itu terlalu kecil untuk dapat terlihat oleh mata kita tanpa bantuan mikroskop. Namun mereka hidup di udara, tanah, air, dan bahkan di dalam tubuh kita. Kita terus-menerus berinteraksi dengan mereka, meskipun dunia mereka sepenuhnya di luar jangkauan semua indera kita.

Realitas dunia spiritual juga sering tidak terlihat oleh manusia seperti kita. Itulah juga yang dialami Nabi Bileam. Ia sedang berjalan bersama kedua bujangnya ketika keledainya “melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tangan-Nya” (Bil. 22:23). Untuk menghindari malaikat tersebut, keledai itu masuk ke ladang, membenturkan kaki Bileam ke tembok, dan jatuh tersungkur dengan Bileam masih bertengger di atas punggungnya. Bileam menjadi marah dan memukul keledai itu. Ia tidak menyadari bahwa telah terjadi sesuatu yang supernatural—sampai Allah kemudian menyingkapkan mata Bileam (ay.31).

Alkitab mengatakan kepada kita bahwa dunia spiritual memang ada dan terkadang kita mungkin menjumpai realitas-realitas dari dunia spiritual tersebut—entah baik atau buruk (Ibr. 13:02;. Ef. 6:12). Oleh karena itu, kita didorong untuk selalu bersikap waspada, senantiasa berdoa, dan siap sedia. Sama seperti Allah memerintah atas dunia yang dapat kita lihat dengan mata, Dia juga memerintah atas dunia yang tidak kasat mata. —JBS

Bapa Surgawi, tolonglah kami untuk menjadi kuat
di dalam Engkau dan oleh kuat kuasa-Mu. Bukalah
mata kami sehingga kami dapat melihat realitas-realitas
rohani yang Engkau sediakan bagi kami.

Semua yang kasat mata maupun tidak kasat mata berada di bawah kuasa Allah yang berdaulat.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 7-8; Markus 4:21-41

Photo credit: Entrer dans le rêve / Foter / CC BY-NC-SA

Gambaran Besarnya

Rabu, 12 November 2014

Gambaran Besarnya

Baca: Yesaya 40:21-31

40:21 Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan?

40:22 Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!

40:23 Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja!

40:24 Baru saja mereka ditanam, baru saja mereka ditaburkan, baru saja cangkok mereka berakar di dalam tanah, sudah juga Ia meniup kepada mereka, sehingga mereka kering dan diterbangkan oleh badai seperti jerami.

40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

40:26 Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.

40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?"

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu. —Yesaya 40:26

Gambaran Besarnya

Yang semula hanyalah sebuah tanah kosong seluas 4,5 hektar di kawasan Belfast, Irlandia Utara, akhirnya berubah menjadi lukisan tanah terbesar di Kepulauan Inggris. Lukisan bertajuk Wish, karya seniman Jorge Rodriguez-Gerada, dibuat dari 30.000 pasak kayu, 2.000 ton tanah, 2.000 ton pasir, dan beragam bahan seperti rumput, bebatuan, dan tali-temali.

Awalnya hanya sang seniman yang mengetahui hasil akhir dari karya seni tersebut nantinya. Ia lalu menyewa tenaga para pekerja dan merekrut para sukarelawan untuk mengangkat bahan-bahan tersebut dan menempatkannya pada posisinya masing-masing. Pada saat bekerja, mereka mungkin tidak menyangka bahwa sesuatu yang luar biasa akan muncul dari pekerjaan mereka. Namun akhirnya itulah yang terjadi. Dari atas tanah, karya itu tidak terlalu terlihat. Namun ketika dilihat dari atas, orang dapat melihat sebuah potret yang sangat besar—gambar wajah seorang gadis cilik yang sedang tersenyum.

Allah sedang mengerjakan sesuatu yang luar biasa agung di dunia ini. Dialah Sang Seniman yang telah melihat hasil akhirnya. Kita adalah “kawan sekerja Allah” (1Kor. 3:9) yang sedang menolong Dia mewujudkannya. Melalui Nabi Yesaya, Allah mengingatkan umat-Nya bahwa Dialah “yang bertakhta di atas bulatan bumi” dan “membentangkan langit seperti kain” (Yes. 40:22). Kita tidak dapat melihat gambaran akhirnya, tetapi kita terus melangkah dalam iman, dengan menyadari bahwa kita merupakan bagian dari suatu karya seni yang mengagumkan—karya yang sedang diciptakan di atas bumi tetapi yang kelak akan terlihat paling indah dari surga. —JAL

Saat terkadang aku berpikir bisa melihat seluruh maksud-Mu,
Tuhan, hatiku tahu aku hanya bisa melihat secuil saja.
Aku bersyukur karena Engkau sedang menggenapi kehendak-Mu
yang indah di dunia ini, dan aku bisa mempercayai-Mu.

Allah sedang memakai kita untuk menolong-Nya menciptakan suatu mahakarya.