Posts

Siap Sedia untuk Pernikahan

Senin, 12 September 2016

Siap Sedia untuk Pernikahan

Baca: Matius 25:1-13

25:1 “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.

25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.

25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,

25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.

25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.

25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!

25:7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.

25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.

25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.

25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.

25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!

25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.

25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya. —Matius 25:13

Siap Sedia untuk Pernikahan

“Aku lapar,” kata putri saya yang berumur delapan tahun. “Maaf Nak, Mama sedang tidak bawa makanan. Kita main tic-tac-toe saja yuk.” Sudah lebih dari satu jam kami menunggu kedatangan pengantin wanita di gereja untuk upacara pernikahan yang seharusnya diadakan pukul 12 siang. Sambil bertanya-tanya berapa lama lagi kami harus menunggu, saya mencoba menyibukkan putri saya sampai upacara pernikahannya dimulai.

Dalam penantian itu, saya merasa seperti berada dalam sebuah perumpamaan. Meskipun pastori yang menjadi tempat tinggal kami sangat dekat dengan gereja, saya tahu jika saya pulang sebentar untuk mengambil biskuit untuk putri saya, pengantinnya dapat datang kapan saja dan saya akan melewatkan saat-saat pengantin itu memasuki gereja. Ketika saya melakukan sejumlah usaha untuk mengalihkan perhatian putri saya dari rasa laparnya, saya juga teringat pada perumpamaan Yesus tentang sepuluh gadis (Mat. 25:1-13). Lima dari mereka datang dengan membawa cukup minyak supaya pelitanya tetap menyala selagi mereka menunggu kedatangan sang pengantin pria. Sementara itu, kelima gadis lainnya tidak menyiapkan minyak yang cukup. Seperti saya yang sudah terlambat untuk berlari pulang mengambil biskuit, demikian juga lima gadis itu sudah terlambat untuk membeli lagi minyak buat pelita mereka.

Yesus menceritakan perumpamaan itu untuk menekankan bahwa kita perlu selalu siap sedia. Karena pada saat Dia datang kembali, kita harus mempertanggungjawabkan keadaan hati kita. Apakah kita sedang dalam keadaan menanti dan siap sedia? —Amy Boucher Pye

Bagaimana caramu menantikan kedatangan Yesus kembali? Adakah urusan yang belum kamu kerjakan dan perlu segera kamu selesaikan?

Kita harus siap sedia menyambut kedatangan Kristus kembali.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 13-15; 2 Korintus 5

Artikel Terkait:

3 Prinsip yang Kupelajari dalam Mempersiapkan Masa Depan

Apa yang terlintas di benakmu saat memikirkan masa depan? Banyak yang percaya bahwa masa depan yang cerah bisa dicapai jika kita memiliki sarana yang tepat—uang, kualifikasi akademik, kemampuan pribadi, dan sebagainya. Berikut ini beberapa prinsip yang dipelajari Jie-Ying Wu dari Taiwan saat berusaha menemukan dan membangun masa depannya.

Karena Aku Mengasihi-Nya

Senin, 8 Agustus 2016

Karena Aku Mengasihi-Nya

Baca: Wahyu 22:12-21

22:12 “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

22:13 Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.”

22:14 Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.

22:15 Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.

22:16 “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”

22:17 Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.

22:19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

22:20 Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: “Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus!

22:21 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.

“Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus! —Wahyu 22:20

Karena Aku Mengasihi-Nya

Sehari sebelum suami saya pulang dari perjalanan bisnisnya, putra saya berkata, “Ma! Aku mau Papa cepat pulang.” Saya menanyakan alasannya dan mengira ia akan mengatakan sesuatu tentang hadiah yang biasanya dibawa pulang ayahnya atau karena ia kangen bermain bola dengannya. Namun dengan sikap serius, ia menjawab, “Aku mau Papa pulang karena aku sayang Papa!”

Jawabannya membuat saya berpikir tentang Tuhan kita dan janji-Nya untuk datang kembali. “Aku datang segera,” kata Yesus (Why. 22:20). Saya merindukan kedatangan-Nya, tetapi mengapa saya ingin Dia datang kembali? Apakah karena saya akan berada dalam hadiratNya, terbebas dari penyakit dan kematian? Apakah karena saya sudah lelah menjalani hidup di dunia yang sulit ini? Ataukah karena saya begitu mengasihi-Nya sepanjang hidup saya, di mana Dia telah menyertai saya dalam suka maupun duka, dan kehadiran-Nya begitu nyata melebihi siapa pun yang pernah ada, maka saya ingin bersama Dia selamanya?

Saya senang putra saya merindukan ayahnya yang sedang bepergian. Akan menjadi masalah jika ia sama sekali tidak peduli kapan ayahnya pulang atau jika ia berpikir bahwa kepulangan ayahnya akan mengganggu rencananya. Bagaimana perasaan kita tentang kedatangan kembali Tuhan kita? Marilah kita merindukan hari kedatangan-Nya itu dengan penuh semangat, dan sungguh-sungguh berkata, “Datanglah segera, ya Tuhan! Kami mengasihi-Mu.” —Keila Ochoa

Tuhan, segeralah datang kembali!

Nantikanlah kedatangan Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 74-76; Roma 9:16-33

Artikel Terkait:

Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Film “Finding Dory”?

Apakah kamu pernah mendengar atau menonton film “Finding Dory”? Apa yang dapat kamu pelajari dari film tersebut? Yuk baca refleksi Joanna tentang film “Finding Dory” di dalam artikel berikut.

Menantikan Allah

Minggu, 3 Juli 2016

Menantikan Allah

Baca: 2 Petrus 3:8-15

3:8 Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.

3:9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

3:10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

3:11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup

3:12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.

3:13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

3:14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

3:15 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

[Tuhan] sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. —2 Petrus 3:9

Menantikan Allah

Suatu hari saya duduk bersama para penumpang lainnya dalam bus yang membawa kami ke ruang tunggu penerbangan selanjutnya. Tiba-tiba pengemudi bus mendapat perintah untuk berhenti sejenak. Karena waktu terbang sudah mepet, seorang penumpang tidak bisa menerima penundaan itu dan kehilangan kesabaran. Ia memarahi si pengemudi, memaksanya untuk mengabaikan perintah, bahkan mengancam akan menuntutnya. Tak lama kemudian, seorang petugas dari maskapai sambil berlari datang membawa sebuah koper. Dengan memandangi penumpang yang marah itu, si petugas menyodorkan koper yang dibawanya dan berkata, “Koper kamu ketinggalan. Saya dengar kamu akan menghadiri pertemuan penting, jadi saya pikir kamu pasti membutuhkan koper ini.”

Terkadang saya juga bersikap tidak sabar terhadap Tuhan, terutama soal kedatanganNya kembali. Saya pikir, Apa lagi yang Dia tunggu? Segala tragedi yang terjadi di sekitar kita, penderitaan yang dialami orang-orang yang kita kasihi, bahkan tekanan yang kita alami sendiri setiap hari rasanya terlalu besar untuk kita tanggung.

Namun, saya tersadar ketika mendengar seseorang bercerita bahwa ia baru mengenal Yesus, atau saya melihat bagaimana Allah bekerja di tengah segala kekacauan yang ada. Saya diingatkan pada peristiwa dalam bus tadi. Allah tahu banyak kisah dan detail yang tidak saya ketahui. Saya diingatkan untuk tetap mempercayai-Nya dan mengingat bahwa semua itu bukanlah demi kepentingan saya, melainkan demi rencana Allah yang memberikan waktu bagi orang-orang untuk bertobat dan mengenal Anak-Nya (2Ptr. 3:9). —Randy Kilgore

Ya Tuhan, aku bersyukur karena Engkau dengan sabar menunggu lebih banyak lagi orang untuk percaya kepada-Mu sebelum Engkau datang kembali. Tolonglah aku untuk bersabar juga.

Sabarlah menanti dan terus bersaksi hingga Yesus datang kembali.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 25-27; Kisah Para Rasul 12

Artikel Terkait:

Saat Aku Mencintainya Lebih Dari Tuhan

Mengutamakan pasangan kita lebih dari Tuhan sangatlah berbahaya. Sayangnya kebenaran ini baru disadari setelah melewati sebuah pengalaman pahit. Baca kesaksian selengkapnya di dalam artikel ini.

Memandang ke Depan

Rabu, 24 Februari 2016

Memandang ke Depan

Baca: Lukas 2:21-35

2:21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.

2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,

2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,

2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,

2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,

2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:

2:29 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,

2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,

2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,

2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.

2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan

2:35 –dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri–,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

[Simeon] seorang yang benar dan saleh . . . Roh Kudus ada di atasnya. —Lukas 2:25

Memandang ke Depan

Ketika Rembrandt, pelukis kenamaan asal Belanda, meninggal dunia secara mendadak pada usia 63 tahun, sebuah lukisannya yang belum selesai ditemukan pada penyangga kanvasnya. Lukisan itu memusatkan perhatiannya pada raut wajah Simeon yang sedang menggendong bayi Yesus ketika Dia dibawa orangtua-Nya ke Bait Allah di Yerusalem, genap 40 hari setelah kelahiran-Nya. Namun demikian, latar belakang dan detail lainnya pada lukisan itu belumlah diselesaikan oleh Rembrandt. Sejumlah pakar seni meyakini bahwa Rembrandt tahu akhir hidupnya sudah dekat dan—seperti Simeon—siap untuk “pergi dalam damai sejahtera” (Luk. 2:29).

Roh Kudus ada dalam hidup Simeon (ay.25), maka bukanlah suatu kebetulan jika ia berada di Bait Allah ketika Maria dan Yusuf menyerahkan putra sulung mereka kepada Allah. Simeon yang telah lama menantikan Mesias yang dijanjikan itu kemudian menggendong Anak itu dan memuji Allah, dengan berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (ay.29-32).

Simeon tidak mendambakan kembalinya kejayaan Israel seperti dahulu kala, melainkan sedang menantikan Mesias yang dijanjikan akan menyelamatkan segala bangsa. Seperti Simeon, kita juga dapat menantikan masa depan yang penuh pengharapan, karena kita tahu kelak kita akan bertemu dengan Tuhan. —David McCasland

Ya Bapa, kiranya kami dapat menjadi seperti Simeon, yang selalu menantikan kedatangan Yesus, Tuhan kami.

Amin, datanglah, Tuhan Yesus! —Wahyu 22:20

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 7-8; Markus 4:21-41

Bisa Jadi Tahun Ini

Jumat, 1 Januari 2016

Bisa Jadi Tahun Ini

Baca: 1 Tesalonika 4:13-18

4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan . . . menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. —1 Tesalonika 4:17

Bisa Jadi Tahun Ini

Ayah saya adalah seorang pendeta, dan pada hari Minggu pertama di setiap tahun baru, ia selalu berkhotbah tentang kedatangan Kristus dan biasanya mengutip dari 1 Tesalonika 4. Inti khotbahnya selalu sama: “Bisa jadi tahun ini, Yesus akan datang kembali. Sudah siapkah kamu bertemu dengan-Nya?” Saya tidak akan pernah melupakan khotbah yang saya dengar saat berusia 6 tahun itu. Sembari mendengarkan, saya berpikir: Jika itu benar, aku tidak yakin apakah aku termasuk di antara orang-orang yang akan Dia jemput.

Saya merasa yakin bahwa orangtua saya akan masuk surga, dan saya juga mau. Jadi, ketika ayah pulang ke rumah setelah melayani di gereja, saya bertanya bagaimana saya bisa yakin akan masuk surga. Ayah membuka Alkitab, membacakan beberapa ayat, dan menjelaskan tentang perlunya saya menerima Juruselamat. Tak perlu banyak waktu untuk meyakinkan saya tentang dosa-dosa saya. Hari itu, ayah pun membimbing saya untuk menerima Kristus. Saya akan selalu berterima kasih kepadanya karena telah menanamkan kebenaran tersebut di dalam hati saya.

Di dunia yang semakin lama semakin kacau, alangkah berbahagianya membayangkan bahwa bisa saja tahun ini Yesus datang kembali. Yang terlebih menghibur dari itu adalah antisipasi bahwa semua orang yang percaya dan menerima keselamatan dari-Nya akan dikumpulkan bersama, dibebaskan dari penderitaan, kesedihan, dan ketakutan yang ada di dunia. Yang terbaik dari seluruhnya, kita akan bersama Tuhan selama-lamanya! —Joe Stowell

Tuhan, ingatkan aku selalu tentang kedatangan-Mu yang pasti akan terjadi. Terima kasih untuk kepastian bahwa bukan dunia ini yang akan kami miliki melainkan kekekalan indah yang menanti semua yang percaya kepada-Mu.

Mungkin hari ini! —Dr. M. R. De Haan

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 1-3; Matius 1

Pax Romana

Minggu, 20 Desember 2015

Pax Romana

Baca: Yesaya 8:23?9:6

8:23 Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.

9:1 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.

9:2 Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.

9:3 Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.

9:4 Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.

9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

9:6 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya. —Yesaya 9:5

Pax Romana

Alangkah mahalnya harga suatu peperangan. Satu situs internet melaporkan bahwa saat ini ada 64 negara yang sedang terlibat dalam konflik bersenjata. Kapan dan bagaimana semua perang itu akan berakhir? Kita menginginkan kedamaian, tetapi tidak dengan mengorbankan keadilan.

Yesus lahir pada masa “kedamaian”, tetapi kedamaian itu merupakan buah penindasan yang keras. Pax Romana atau kedamaian di bawah kekuasaan Romawi itu terjadi hanya karena penguasa menindas semua perbedaan pendapat.

Tujuh abad sebelum masa yang relatif damai tersebut, ada sepasukan musuh yang sudah bersiap menyerang Yerusalem. Dalam bayang-bayang peperangan, Allah membuat pernyataan yang luar biasa. “Mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar,” kata Nabi Yesaya (Yes. 9:1). “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; . . . Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan” (ay.5-6). Matius menyatakan bahwa nubuat Yesaya tersebut digenapi dalam Kristus sang Putra (Mat. 1:22-23; Baca Juga Yes. 7:14).

Kita mengagumi sang Bayi mungil di palungan itu. Namun Bayi yang tak berdaya itu juga adalah Tuhan yang Mahakuasa, “TUHAN semesta alam” (Yes. 13:13). Suatu hari kelak, Dia akan berkuasa “di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran” (9:6). Pemerintahan tersebut tidak akan menjadi seperti Pax Romana yang kejam, karena yang berkuasa adalah Sang Raja Damai. —Tim Gustafson

Bapa, tiada kata-kata yang cukup untuk mensyukuri kedatangan Anak Tunggal-Mu yang mendamaikan kami dengan-Mu melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kami bersyukur kepada-Mu bahwa Dia akan memerintah selamanya dalam damai dan kebenaran.

Anak Domba Allah itu juga adalah Singa dari Yehuda. (Wahyu 5:5)

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 1-3; Wahyu 11

Pernikahan Terbaik Dalam Sejarah

Senin, 4 Mei 2015

Pernikahan Terbaik Dalam Sejarah

Baca: Wahyu 21:1-8

21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar."

21:6 Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.

21:7 Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.

21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. —Wahyu 19:7

Pernikahan Terbaik Dalam Sejarah

Sejak 800 tahun yang lalu, sebuah kebiasaan baru telah ditambahkan pada upacara pernikahan Yahudi. Pada bagian paling akhir, si pengantin pria akan menginjak sebuah gelas anggur sampai remuk. Salah satu alasan untuk kebiasaan itu adalah bahwa remuknya gelas melambangkan kehancuran bait suci pada tahun 70 M. Suami-istri baru itu perlu mengingat bahwa di saat mereka mulai membangun rumah tangga mereka, rumah Allah telah dihancurkan.

Meskipun demikian, hal itu tidak berarti bahwa Allah itu tidak memiliki tempat tinggal. Dia telah memilih tempat tinggal baru, yaitu di dalam diri kita, para pengikut-Nya. Kitab Suci menggambarkan orang percaya sebagai mempelai Kristus sekaligus bait tempat Allah berdiam. Allah sedang mengumpulkan seluruh umat-Nya untuk membangun sebuah rumah baru yang akan menjadi tempat kediaman-Nya yang permanen. Sementara itu, Dia juga sedang menyiapkan sang mempelai dan merancang pernikahan yang melibatkan seluruh anggota keluarga Allah yang ada sejak permulaan zaman.

Kita mendapat peran yang mudah meskipun terkadang menyakitkan. Kita bekerja sama dengan Allah di dalam karya-Nya untuk membentuk kita agar semakin serupa dengan Anak-Nya, Yesus. Kemudian suatu hari nanti, dalam pernikahan terbaik di sepanjang sejarah, Tuhan akan menempatkan kita di hadapan diri-Nya tanpa cacat atau kerut. Kita akan menjadi kudus dan tidak bercela (Ef. 5:27). Pernikahan ini akan menghapus semua kesedihan dan penderitaan. —Julie Ackerman Link

Sempurnakan ciptaan-Mu; basuh noda dan cela; tunjukkanlah bumi baru yang penuh bahagia. —Wesley (Kidung Jemaat, No. 58)

Kedatangan Yesus kembali itu sudah pasti.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 16-18; Lukas 22:47-71