Posts

Kasih yang Tertikam

Minggu, 23 Februari 2020

Kasih yang Tertikam

Baca: Yesaya 53:1-6

52:1 Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatanmu seperti pakaian, hai Sion! Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yerusalem, kota yang kudus! Sebab tidak seorangpun yang tak bersunat atau yang najis akan masuk lagi ke dalammu.

52:2 Kebaskanlah debu dari padamu, bangunlah, hai Yerusalem yang tertawan! Tanggalkanlah ikatan-ikatan dari lehermu, hai puteri Sion yang tertawan!

52:3 Sebab beginilah firman TUHAN: Kamu dijual tanpa pembayaran, maka kamu akan ditebus tanpa pembayaran juga.

52:4 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dahulu umat-Ku berangkat ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, lalu Asyur memeras dia tanpa alasan.

52:5 Tetapi sekarang, apakah lagi urusan-Ku di sini? demikianlah firman TUHAN. Umat-Ku sudah dirampas begitu saja. Mereka yang berkuasa atas dia memegahkan diri, demikianlah firman TUHAN, dan nama-Ku terus dihujat sepanjang hari.

52:6 Sebab itu umat-Ku akan mengenal nama-Ku dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!

Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita.—Yesaya 53:5

Kasih yang Tertikam

Carla sudah berusaha menelepon. Ia juga sudah mengirim pesan singkat ke adiknya. Sekarang ia berdiri di depan pagar rumah adiknya, tetapi tidak juga berhasil membuat sang adik menemuinya. Adiknya mengurung diri di rumah dalam keadaan depresi dan berjuang melawan kecanduan. Dalam upaya terakhirnya untuk menemui sang adik yang sedang mengurung diri, Carla mengumpulkan sejumlah makanan kesukaan adiknya dengan catatan ayat-ayat Alkitab yang menguatkan, lalu mencoba menurunkan bungkusan itu ke balik pagar rumah.

Namun, apa daya, bungkusan tersebut tersangkut besi pagar, lalu robek, dan isinya jatuh berhamburan ke atas batu-batu kerikil di bawah. Pemberian yang didasari niat baik dan kasih itu rasanya terbuang sia-sia. Akankah adiknya melihat barang-barang yang dibawanya? Akankah misi untuk memberikan harapan itu tercapai? Carla hanya bisa berharap dan berdoa sambil menantikan kesembuhan adiknya.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Dia—pada intinya—menurunkan Anak-Nya yang tunggal ke balik pagar dosa kita, dengan pemberian kasih dan pemulihan bagi dunia kita yang kacau dan jauh dari-Nya (Yoh. 3:16). Nabi Yesaya menubuatkan harga yang harus dibayar dari tindakan kasih Allah itu dalam Yesaya 53:5. Anak itu akan “tertikam oleh pemberontakan kita, . . . diremukkan oleh kejahatan kita.” Bilur-bilur-Nya membawa pengharapan akan pemulihan kekal. Dia menanggung sendiri “kejahatan kita sekalian” (ay.6).

Tertikam oleh dosa dan kebutuhan jiwa kita, Yesus sebagai pemberian Allah turun ke dalam kehidupan kita dengan kekuatan dan perspektif baru hari ini. Apakah arti pemberian-Nya bagi kamu?—Elisa Morgan

WAWASAN
Dimulai dari pasal 42 kitab Yesaya, kita menemukan banyak ayat yang menyebut tentang “Hamba TUHAN.” Dari pasal 42–48, “Hamba” terkadang merujuk kepada Israel atau seorang saleh yang secara tidak langsung merujuk kepada Yesus Kristus. Namun, pasal 49–53 secara jelas mengindikasikan bahwa “Hamba” tersebut adalah Yesus. Contohnya, perlakuan ekstrem yang mempermalukan Sang Hamba melalui hajaran yang membuat-Nya menjadi begitu buruk rupa, lalu diikuti dengan kemuliaan yang begitu besar hingga manusia akan menyembah dengan takjub kepada-Nya (52:13-15; Filipi 2:1-11). Sang Hamba akan dibenci dan ditolak karena rupa-Nya berbeda dengan harapan orang-orang Yahudi tentang Mesias (53:1-3). Sang Hamba akan menderita dan mati dengan bengisnya demi menanggung kesengsaraan yang seharusnya kita tanggung akibat pelanggaran-pelanggaran kita, yang ditimpakan Allah kepada-Nya (ay.4-6).

Pernahkah kamu merasakan kasih Allah yang rela berkorban? Pernahkah kamu melihat Dia mengubah kehidupan yang hancur oleh keajaiban kasih karunia-Nya?

Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah mengaruniakan Yesus kepadaku, yang turun ke dalam hatiku dan menjawab kebutuhan rohaniku hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 7-8; Markus 4:21-41

Handlettering oleh Caroline

Perhatian Penuh

Sabtu, 1 Februari 2020

Perhatian Penuh

Baca: 1 Tesalonika 5:12-28

5:12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;

5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.

5:14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.

5:15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.

5:16 Bersukacitalah senantiasa.

5:17 Tetaplah berdoa.

5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

5:19 Janganlah padamkan Roh,

5:20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.

5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.

5:22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.

5:23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

5:24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.

5:25 Saudara-saudara, doakanlah kami.

5:26 Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus.

5:27 Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara.

5:28 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal. —1 Tesalonika 5:16-18

Perhatian Penuh

Dewasa ini, teknologi seakan terus-menerus menuntut perhatian kita. Internet sebagai “keajaiban” modern memberikan kapasitas luar biasa bagi kita untuk mengakses berbagai hal yang ada di dunia ini dengan ujung jari kita. Namun, bagi banyak orang, akses terus-menerus semacam itu bukanlah tanpa risiko.

Penulis Linda Stone menciptakan istilah “perhatian parsial berkesinambungan” untuk menjelaskan dorongan manusia modern yang selalu ingin tahu apa yang terjadi “di luar sana” supaya tidak ketinggalan berita. Benar-benar resep untuk mengalami kecemasan kronis!

Meski Rasul Paulus juga bergumul dengan kecemasan karena alasan yang berbeda, ia tahu bahwa jiwa kita dirancang untuk menemukan kedamaian di dalam Allah. Itulah sebabnya, dalam suratnya kepada para petobat baru yang telah menderita penganiayaan (1Tes. 2:14), Paulus mengakhirinya dengan mendorong mereka: “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal” (5:16-18).

Berdoa secara “tetap” terdengar sangat sulit dilakukan. Namun pikirkan, seberapa sering kita terdorong untuk memeriksa telepon kita? Bagaimana jika kita menggantikannya menjadi dorongan untuk berbicara kepada Allah?

Yang lebih penting lagi, bagaimana jika kita belajar menggantikan keinginan untuk selalu mengetahui kabar terbaru dengan perhentian untuk berdoa di dalam hadirat Allah secara terus-menerus? Dengan bersandar kepada Roh Kristus, kita dapat belajar memberikan perhatian penuh secara terus-menerus kepada Bapa Surgawi dalam perjalanan hidup kita dari hari ke hari.—Adam Holz

WAWASAN
Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika adalah salah satu suratnya yang paling pribadi dan hangat—dan sudah seharusnya demikian. Ia sendiri yang merintis gereja di Tesalonika dan mengenal akrab orang-orang di sana. Perkenalannya dengan kota di Yunani itu terjadi pada perjalanan misinya yang kedua, di antara perhentiannya di Filipi dan Atena (lihat Kisah Para Rasul 17:1-9). Meski relatif singkat (ay.2), tetapi waktunya di Tesalonika dipenuhi tantangan dan kontroversi. Terjadi kerusuhan yang berujung pada penyerangan terhadap seseorang bernama Yason, seorang yang baru percaya, dan Paulus dan Silas diminta untuk pergi ke Berea. Kesusahan bersama ini telah mengikat tali persaudaraan di antara mereka—dan menjelaskan mengapa surat ini menunjukkan relasi yang sangat akrab.—Bill Crowder

Bagaimana dampak teknologi terhadap imanmu, baik negatif maupun positif? Apa yang dapat menolongmu semakin memiliki fokus yang penuh kepada Allah?

Terima kasih, Bapa, karena Engkau mengundang kami masuk ke dalam hubungan dengan-Mu, dan lewat hubungan itu, Engkau rindu mendengar seruan yang kami naikkan terus-menerus.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Handlettering oleh Febronia

Menemukan Damai Sejahtera

Selasa, 2 Juli 2019

Menemukan Damai Sejahtera

Baca: Kolose 3:12-17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. —Kolose 3:15

Menemukan Damai Sejahtera

“Apa pendapatmu tentang damai sejahtera?” tanya teman saya saat kami makan siang bersama. “Damai sejahtera?” tanyaku bingung. “Entahlah—mengapa kau bertanya?” Ia menjawab, “Karena kau menggoyang-goyangkan kaki terus selama kebaktian tadi. Jadi kupikir mungkin kau sedang gelisah tentang sesuatu. Ingatkah bahwa Tuhan memberi damai sejahtera kepada mereka yang mengasihi Dia?”

Pertanyaan teman saya beberapa tahun lalu itu sempat membuat saya tersinggung, tetapi justru itulah titik awal perjalanan saya. Saya mulai mempelajari Alkitab untuk mencari tahu bagaimana umat Allah dapat mengalami ketenangan dan damai sejahtera, bahkan saat berada dalam situasi yang sangat sulit. Ketika membaca surat Paulus kepada jemaat di Kolose, saya mencoba menghayati perintah sang rasul tentang memberikan hati mereka dipimpin oleh damai sejahtera Kristus (Kol. 3:15).

Paulus menulis kepada gereja yang belum pernah ia kunjungi, tetapi ia telah mendengar tentang mereka dari rekannya, Epafras. Ia khawatir, apabila jemaat berhadapan dengan pengajaran palsu, mereka akan kehilangan damai sejahtera Kristus. Namun, alih-alih menegur, Paulus justru mendorong mereka untuk percaya kepada Tuhan Yesus, yang akan memberikan kepada mereka kepastian dan pengharapan (ay.15).

Kita semua akan mengalami momen-momen yang menghadapkan kita pada pilihan menerima atau menolak damai sejahtera Kristus untuk memerintah dalam hati kita. Ketika kita berpaling kepada-Nya, meminta Yesus tinggal dalam kita, maka dengan lembut Dia akan melepaskan kita dari kecemasan dan kekhawatiran yang membebani kita. Saat kita merindukan damai sejahtera-Nya, kita percaya Dia akan menjamah kita dengan kasih-Nya. —Amy Boucher Pye

WAWASAN
Surat Paulus kepada jemaat Kolose merupakan satu dari empat surat yang ditulisnya saat mendekam di penjara kota Roma. Empat surat ini, yaitu Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon, dikenal dengan sebutan “Surat-Surat Penjara”. Surat-surat gereja ini dikirim ke tiga tujuan berbeda pada dua wilayah yang berbeda pada masa itu. Surat Filipi ditujukan kepada gereja di Filipi, sebuah kota di Makedonia (wilayah timur Yunani pada zaman kuno), sementara Surat Efesus dan Kolose ditulis untuk dua kota (Efesus, Kolose) di Asia Kecil (Turki modern). Surat pribadi kepada Filemon juga dikirim ke Kolose, tempat Filemon diperkirakan pernah tinggal serta aktif terlibat di gereja setempat. Surat-surat ini mungkin dimaksudkan sebagai surat edaran untuk dibaca dan diedarkan ke gereja-gereja lain. —K.T. Sim

Situasi atau kondisi sulit apa yang membebani hati dan pikiranmu? Bagaimana kamu dapat meminta kepada Yesus untuk memberikan damai sejahtera-Nya?

Tuhan Yesus, Engkau memberi damai sejahtera yang melampaui segala akal. Mampukanku mengalami damai sejahtera-Mu dalam setiap aspek hidupku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 22-24; Kisah Para Rasul 11

Handlettering oleh Tora Tobing

Masuk dalam Peristirahatan

Jumat, 15 Februari 2019

Masuk dalam Peristirahatan

Baca: Mazmur 127:1-2

127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Sebab [Allah] memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. —Mazmur 127:2

Masuk dalam Peristirahatan

Akhirnya, pada 8 Januari 1964, Randy Gardner yang berusia 17 tahun melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama sebelas hari dan dua puluh lima menit: ia tertidur. Ia ingin mengalahkan rekor berapa lama manusia dapat bertahan tanpa tidur dalam Guinness Book World Record. Ditemani minuman ringan, bermain basket, dan boling, Gardner berhasil bertahan tidak tidur selama 1,5 minggu. Ketika menyerah, indera pengecap, penciuman, dan pendengarannya sudah terganggu. Ternyata, beberapa puluh tahun kemudian, Gardner mengidap insomnia akut. Ia menciptakan rekor, tetapi juga membuktikan sesuatu yang pasti: tidur itu penting.

Banyak dari kita bergumul untuk dapat tidur cukup di malam hari. Tak seperti Gardner yang sengaja tidak mau beristirahat, kita mungkin sulit tidur karena sejumlah alasan—antara lain kegelisahan yang menumpuk, khawatir dikejar tenggat, tuntutan orang lain, tekanan dari kehidupan yang serba cepat. Kadangkala sulit bagi kita untuk meredam segala ketakutan itu dan beristirahat.

Pemazmur mengajarkan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mzm. 127:1). Kerja keras dan upaya kita yang tanpa henti akan berakhir sia-sia jika Allah tidak menyediakan keperluan kita. Syukurlah, Allah setia menyediakan apa yang kita perlukan. Dia “memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (ay.2). Kasih Allah menjangkau kita semua. Dia mengundang kita untuk menyerahkan kegelisahan kita kepada-Nya dan masuk dalam peristirahatan-Nya, ke dalam anugerah-Nya. —Winn Collier

Tuhan, aku sangat gelisah. Hatiku bergolak. Tolonglah aku mempercayakan hari-hariku, siang dan malam, serta seluruh hidupku kepada-Mu.

Mempercayai Allah melenyapkan kegelisahan dan memberikan kita kelegaan.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 17-18; Matius 27:27-50