Posts

Si X: Nggak Penting

Oleh Reza Adipratama

Bacaan: 1 Samuel 18:1-5; 1 Samuel 20

Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Markus 12:31)

Bagaimana perasaanmu jika tak seorangpun teman gereja yang ingat tanggal ulang tahunmu? Bagaimana juga jika kamu tak pernah disapa padahal mereka kenal kamu? Kesepian banget kan? Punya teman banyak tapi tak satupun yang peduli sama kamu. Padahal, kamu peduli sama mereka. Tak jarang, kita sendiri penyebab orang lain merasa kesepian.

Yonatan dan Daud contoh bestpren sejati. Yonatan yang adalah anak raja dapat bersahabat dengan Daud yang adalah gembala biasa. Dia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri (1 Sam. 18:3). Hal ini terlihat ketika Yonatan melepaskan semua perlengkapan perangnya, mulai dari jubah kebesaran hingga ikat pinggang yang menggambarkan statusnya dalam kemiliteran, dan memberikannya kepada Daud. Daud penting di mata Yonatan.

Bagaimana dengan kita? Siapa yang kita anggap penting? Jangan-jangan cuma mereka yang sudah kita kenal atau yang ‘selevel’ sama kita? Sementara orang lain yang tidak eye catching kita acuhkan? Tuhan ingin agar kita juga memperhatikan orang-orang yang mungkin terlihat tidak menonjol dan biasa-biasa saja, bahkan yang pendiam. Marilah kita juga memperhatikan mereka.

Wallpaper: Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan Itu Mulia

“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Matius 5:38-39

Robin Hood

Oleh Monica Petra

Bacaan: Matius 25:35-45

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:40)

Pastilah kita tidak asing dengan kisah Robin Hood. Sebuah legenda dari tanah Inggris yang begitu tenar dengan mengangkat ikon “sang pahlawan pencuri” dan tindakan-tindakannya yang kontroversial. Berdasarkan legenda itu, ia dan kelompoknya tinggal di hutan Sherwood untuk membangun perlawanan terhadap kekuasaan yang tiran di Nottingham. Dalam perlawanannya, Robin Hood sering melakukan aksi perampokan terhadap orang-orang kaya dan kemudian membagikan hasil jarahannya tersebut kepada rakyat miskin. Orang-orang kaya yang dirampoknya adalah kelompok penindas rakyat kecil, sehingga ada dua pendapat berbeda yang menjadi respon orang terhadap Robin Hood. Menurut pemerintah ia adalah penjahat, sedangkan menurut rakyat kecil ia adalah seorang pahlawan.

Bagaimana pendapat teman-teman tentang Robin Hood? Setuju atau tidak? Kamu memang bisa pro atau kontra tentang hal ini. Pertanyaannya, kalau kamu melihat orang-orang miskin dan membutuhkan, apa yang hendak kamu perbuat?

Coba kita lihat apa yang Tuhan Yesus katakan tentang orang-orang yang berkekurangan. Dalam Matius 25 Tuhan Yesus menggunakan istilah “yang paling hina” mengenai mereka. Terhadap mereka yang lapar, haus, butuh tumpangan, telanjang, sakit, terbelenggu di dalam penjara, Yesus menyebut mereka sebagai ‘saudara-Ku’. Apa yang bisa kita pelajari dari bagian ini? Bagi saya, Tuhan ingin kita sebagai anak-anak-Nya untuk peduli terhadap mereka yang disebut sampah masyarakat. Akan tetapi bagaimana caranya? Jelas kita tidak bisa seekstrim Robin Hood, yang berlagak menjadi superhero dengan merampok orang-orang kaya. Namun, kita bisa belajar memberi dan mengasihi dengan apa yang ada pada kita. Kita bisa mulai bersikap lebih peka terhadap sekeliling kita, karena di sanalah Tuhan menempatkan orang-orang yang membutuhkan bantuan kita.

Robin Hood didaulat sebagai seorang pahlawan berkat kepiawaiannya mencuri. Sebaliknya, sebagai anak-anak Tuhan, kita diberikan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi sesama, tidak peduli apa pun bentuk bantuan yang bisa kita berikan. Mungkin ada di antara kamu yang bisa berbagi harta materi, ada yang bisa berdoa, ada yang bisa mendengarkan, dan ada juga yang cakap memberi nasihat. Semua itu bisa dipakai Tuhan untuk melayani sesamamu “yang paling hina”. Maukah kamu membuka hatimu untuk menerima mereka?