Posts

Tertulis di Hati Kita

Selasa, 16 Februari 2016

Tertulis di Hati Kita

Baca: Ulangan 6:1-12

6:1 “Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,

6:2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.

6:3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

6:10 Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu–kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan;

6:11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami–dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,

6:12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan. —Ulangan 6:6

Tertulis di Hati Kita

Di lingkungan saya, ada banyak sekali ungkapan religius dalam bentuk tertulis, baik pada berbagai plakat, dinding, tiang pintu, angkutan kota, maupun sebagai nama usaha resmi. Tulisan Oleh Anugerah Allah terpampang di sebuah mobil angkutan; Toko Buku Berkat Allah tertulis pada papan nama suatu badan usaha. Suatu hari saya tersenyum saat melihat tulisan berikut ini pada sebuah mobil Mercedes Benz: Jaga Jarak—Mobil ini Dijaga Malaikat!

Namun, tulisan religius, baik yang terukir di hiasan dinding, perhiasan, ataupun kaos oblong, bukanlah indikator yang pasti dalam menggambarkan kasih seseorang kepada Allah. Yang terpenting bukanlah kata-kata yang terbaca, melainkan kebenaran di dalam hati yang mengungkapkan hasrat kita untuk mau diubah oleh Allah.

Saya teringat pada suatu program yang disponsori oleh lembaga pelayanan lokal yang membagikan kartu-kartu dengan ayat-ayat Alkitab tercantum di kedua sisi kartu tersebut guna menolong jemaat menghafal firman Tuhan. Praktik itu sesuai dengan instruksi Musa kepada bangsa Israel ketika ia memerintahkan mereka untuk menuliskan perintah Allah “pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu” (Ul. 6:9). Kita harus memperhatikan firman Tuhan (ay.6), mengajarkannya berulangulang kepada anak-anak kita, dan membicarakannya “apabila [kita] sedang dalam perjalanan, apabila [kita] berbaring dan apabila [kita] bangun” (ay.7).

Kiranya kita memiliki iman yang nyata dan komitmen yang sungguh, sehingga kita bisa mengasihi Tuhan, Allah kita, dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita (ay.5). —Lawrence Darmani

Bapa, kiranya firman-Mu lebih dari sekadar ucapan yang indah untuk kami. Kiranya firman-Mu tertulis dalam hati kami sehingga kami rela mengasihi-Mu dan sesama.

Ketika firman Tuhan bersemayam di hati kita, kehendak-Nya akan menjadi kehendak kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 17-18; Matius 27:27-50

Photo credit: Christopher Swerin / Foter / CC BY-NC-SA

Kebun Binatang Ayahnya

Jumat, 29 Januari 2016

Kebun Binatang Ayahnya

Baca: 1 Raja-Raja 4:29-34

4:29 Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut,

4:30 sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir.

4:31 Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya.

4:32 Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima.

4:33 Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang di gunung Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan dan tentang burung-burung dan tentang binatang melata dan tentang ikan-ikan.

4:34 Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.

Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam. —Amsal 12:10

Kebun Binatang Ayahnya

June Williams baru berumur empat tahun ketika ayahnya membeli tanah seluas 2,8 hektar sebagai lokasi bagi pembangunan sebuah kebun binatang tanpa jeruji besi atau kandang. Setelah bertumbuh besar, June mengingat betapa kreatifnya sang ayah dalam menolong satwa liar itu merasa bebas di dalam kurungan mereka. Kini Chester Zoo merupakan salah satu dari atraksi satwa liar yang paling terkenal di Inggris. Kebun binatang yang menjadi kediaman bagi 11.000 hewan di atas tanah seluas 44,5 hektar tersebut mencerminkan kepedulian ayahnya terhadap kesejahteraan, pelatihan, dan pelestarian satwa.

Salomo memiliki ketertarikan serupa pada seluruh makhluk ciptaan Tuhan, baik besar maupun kecil. Selain mempelajari kehidupan fauna dari Timur Tengah, ia juga mendatangkan binatang-binatang eksotis, seperti kera dan burung merak dari negeri yang jauh (1Raj. 10:22). Namun salah satu amsal yang ditulisnya menunjukkan kepada kita bahwa pengetahuan Salomo tentang alam bukan sekadar keingintahuan intelektual semata. Dengan meng-ungkapkan implikasi rohani dari sikap kita dalam memperlakukan hewan peliharaan kita, ia mencerminkan isi hati Allah Pencipta kita: “Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam” (Ams. 12:10).

Dengan hikmat dari Allah, Salomo melihat bahwa hubungan kita dengan Pencipta kita tidak hanya mempengaruhi cara kita memperlakukan sesama, tetapi juga seberapa besarnya perhatian yang kita berikan pada hewan peliharaan kita. —Mart Dehaan

Bapa di surga, ketika kami memikirkan tentang keajaiban dan keanekaragaman dari dunia satwa ciptaan-Mu, tolonglah kami untuk tidak hanya menyembah-Mu, tetapi juga memelihara apa yang telah Engkau percayakan kepada kami.

Allah adalah Pemilik sejati dari seluruh ciptaan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 21-22; Matius 19

Hadiah yang Istimewa

Selasa, 8 Desember 2015

Hadiah yang Istimewa

Baca: Roma 12:1-8

12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.

12:4 Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,

12:5 demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.

12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;

12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! —Mazmur 96:8

Hadiah yang Istimewa

Tiap tahun kebun raya di kota kami menyelenggarakan perayaan Natal dengan tema dari berbagai negara di dunia. Pameran kesukaan saya adalah penggambaran kelahiran Yesus ala Prancis. Yang ditampilkan bukanlah suasana tradisional dengan para gembala dan orang majus membawa emas, kemenyan, dan mur berkumpul di sekeliling palungan, melainkan penduduk desa di Prancis yang membawa hadiah mereka untuk bayi Yesus. Mereka membawa roti, sari anggur, keju, bunga, dan hasil pertanian mereka lainnya. Saya pun teringat pada perintah di Perjanjian Lama untuk membawa hasil pertama dari pekerjaan kita ke rumah Tuhan (Kel. 23:16-19). Penggambaran di atas melukiskan bahwa segala yang kita miliki berasal dari Allah, sehingga satu-satunya hal yang patut kita berikan adalah apa yang telah Allah berikan kepada kita.

Saat Paulus menasihatkan jemaat Roma untuk memberikan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, ia mendorong mereka untuk menyerahkan kembali apa yang telah diberikan-Nya, yaitu diri mereka (Rm. 12:1). Hal itu mencakup segala anugerah yang diberikan Allah kepada mereka, termasuk kemampuan mereka untuk mencari nafkah. Kita tahu bahwa Allah memberikan karunia istimewa kepada manusia. Ada yang mahir bermain musik, seperti Daud (1Sam. 16:18). Yang lainnya ahli dalam membuat karya seni, seperti Bezaleel dan Aholiab (Kel. 35:30-35). Ada juga yang ahli dalam menulis, mengajar, berkebun, dan banyak hal lainnya.

Ketika kita memberikan kembali apa yang telah Allah berikan terlebih dahulu kepada kita, kita memberi-Nya hadiah yang terbaik, yaitu diri kita sendiri. —Julie Ackerman Link

Setelah perjuangan panjang melawan kanker, Julie Ackerman Link berpulang ke rumah Bapa pada 10 April 2015. Setiap bulan sejak tahun 2000, Julie telah menulis sejumlah renungan bagi Our Daily Bread. Jutaan pembaca di seluruh dunia telah diberkati oleh tulisan-tulisannya yang inspiratif dan cerdas.

Berikanlah seluruh dirimu kepada Kristus yang telah memberikan segalanya kepadamu.

Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 8-10; 3 Yohanes

Tampak Dalam

Selasa, 20 Oktober 2015

Tampak Dalam

Baca: 1 Samuel 16:1-7

16:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.”

16:2 Tetapi Samuel berkata: “Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.” Firman TUHAN: “Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN.

16:3 Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagi-Ku orang yang akan Kusebut kepadamu.”

16:4 Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: “Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?”

16:5 Jawabnya: “Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.” Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu.

16:6 Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.”

16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”

TUHAN melihat hati. —1 Samuel 16:7

Tampak Dalam

Seorang ahli fisika yang telah pensiun, Arie van’t Riet, telah menciptakan sejumlah karya seni dengan cara yang unik. Riet mengatur tanaman dan binatang yang sudah mati dalam berbagai komposisi, lalu memotretnya dengan sinar X. Potret sinar X tersebut kemudian dipindainya ke komputer, dan beberapa bagian dari gambar itu diwarnainya. Karya seninya tersebut memperlihatkan kerumitan organ dalam dari berbagai jenis bunga, ikan, burung, reptil, dan kera.

Tampak dalam dari suatu benda sering kali lebih menakjubkan dan lebih penting daripada tampak luarnya. Pada pandangan pertama, Samuel berpikir bahwa penampilan Eliab cocok untuk menjadi raja Israel berikutnya (1Sam. 16:6). Namun Allah mengingatkan Samuel untuk tidak memandang perawakan atau paras Eliab. Ia berfirman kepada Samuel, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (ay.7). Allah memilih Daud, daripada Eliab, untuk menjadi raja Israel berikutnya.

Ketika Allah melihat kita, Dia lebih tertarik pada apa yang ada di dalam hati kita daripada perawakan kita, keadaan jiwa kita lebih daripada paras kita. Dia tidak pernah menilai kita terlalu tua, terlalu muda, terlalu kecil, atau terlalu besar. Dia langsung melihat apa yang penting, yakni tanggapan kita terhadap kasih-Nya bagi kita dan kepedulian kita kepada sesama (Mat. 22:37-39). 2 Tawarikh 6:30 mengatakan bahwa hanya Allah yang mengenal hati anak-anak manusia. Apabila Allah yang telah melakukan sedemikian banyaknya bagi kita itu melihat hati kita, apakah yang akan Dia temukan? —Jennifer Benson Schuldt

Allahku, tolong aku untuk menghargai apa yang Engkau hargai. Ketika aku mengikuti teladan-Mu, aku berdoa agar Engkau berkenan dengan apa yang Engkau lihat di dalam hatiku.

Nilai sejati seorang manusia terletak pada apa yang ada di dalam hatinya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 59-61; 2 Tesalonika 3

Photo credit: TEDxGroningen / Foter / CC BY-NC-ND

Pemeriksaan Rohani

Minggu, 11 Oktober 2015

Pemeriksaan Rohani

Baca: Kolose 3:1-14

3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,

3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).

3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.

3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,

3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. —Markus 12:30

Pemeriksaan Rohani

Untuk mendeteksi masalah kesehatan, dokter menyarankan perlunya pemeriksaan fisik secara rutin. Kita juga dapat memeriksa kesehatan rohani kita dengan mengajukan pertanyaan yang bersumber dari perintah agung yang disebutkan oleh Yesus (Mrk. 12:30).

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap hatiku karena Dia lebih dahulu mengasihiku? Manakah yang lebih kuat, keinginanku untuk meraih harta duniawi atau harta rohaniku di dalam Kristus? (Kol. 3:1). Dia rindu damai sejahtera-Nya menguasai hati kita.

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap jiwaku? Apakah aku mendengarkan perkataan Allah tentang identitasku? Apakah aku menjauhi nafsu untuk memuaskan diri? (ay.5). Apakah aku lebih berbelaskasihan, murah hati, rendah hati, lemah lembut, dan sabar? (ay.12).

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap akal budiku? Apakah aku memusatkan perhatian pada hubunganku dengan Yesus, Anak-Nya, atau membiarkan pikiranku berkelana? (ay.2). Apakah pikiranku membawaku pada masalah atau solusi? Persatuan atau perpecahan? Pengampunan atau pembalasan dendam? (ay.13).

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap kekuatanku? Apakah aku rela dianggap lemah agar Allah dapat menyatakan kekuatan-Nya melalui diriku? (ay.17). Apakah aku bersandar pada kasih karunia-Nya untuk menjadi kuat dalam kuasa Roh Kudus?

Ketika kita mengizinkan “perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara [kita] . . . dengan segala hikmat” (ay.16), kita akan menjadi sehat rohani dan berguna bagi-Nya, dan Dia akan memperlengkapi kita untuk menguatkan iman satu sama lain. — Julie Ackerman Link

Bapa Surgawi, dalam usahaku menolong orang lain berubah, aku sering lupa untuk mengandalkan kasih. Aku pun lalai untuk mengasihi-Mu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanku. Hari ini aku memilih untuk menyerahkan kekuatanku dan mengandalkan kekuatan-Mu.

Untuk sehat rohani, santaplah firman Allah dan latihlah imanmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 37-38; Kolose 3

Pantaslah!

Rabu, 23 September 2015

Pantaslah!

Baca: Kidung Agung 1:1-4

1:1 Kidung agung dari Salomo.

1:2 –Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur,

1:3 harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu!

1:4 Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya. Kami akan bersorak-sorai dan bergembira karena engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur! Layaklah mereka cinta kepadamu!

Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. —1 Yohanes 4:19

Pantaslah!

“Ia sempurna untukmu,” kata seorang teman kepadaku. Ia sedang berbicara tentang seorang pria yang baru saja dikenalnya. Ia menceritakan tatapan lembut pria itu, senyum ramahnya, dan kebaikan hatinya. Ketika saya bertemu pria itu, saya sependapat dengan teman saya itu. Sekarang pria itu sudah menjadi suami saya, dan pantaslah saya mencintainya!

Di kitab Kidung Agung, sang pengantin wanita sedang bercerita tentang kekasihnya. Cinta kekasihnya itu jauh lebih nikmat daripada anggur dan lebih harum dari segala macam rempah. Nama kekasihnya lebih indah dari apa pun di dunia ini. Dan ia menyatakan bahwa pantaslah ia dicintai.

Namun ada satu Pribadi yang jauh melebihi kekasih duniawi mana pun, Pribadi dengan kasih yang jauh lebih nikmat daripada anggur. Kasih-Nya memuaskan setiap kebutuhan kita. “Keharuman-Nya” jauh melebihi minyak wangi apa pun karena ketika Dia menyerahkan diri-Nya bagi kita, pengorbanan-Nya menjadi suatu persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:2). Lebih dari itu semua, nama-Nya ada di atas segala nama (Flp. 2:9). Pantaslah kita mengasihi-Nya!

Alangkah istimewanya kita dapat mengasihi Yesus. Itulah pengalaman terbaik dalam hidup ini! Pernahkah kita meluangkan waktu untuk menyatakan kasih kita kepada-Nya? Apakah kita mengungkapkan keindahan Juruselamat kita dengan bibir kita? Jika kita menunjukkan keindahan-Nya melalui hidup kita, orang lain akan berkata, “Pantaslah kamu mengasihi-Nya!” —Keila Ochoa

Tuhan, Engkau sungguh indah! Pantaslah kami mengasihi-Mu! Kami berdoa, tambahkan kasih kami kepada-Mu hari ini. Tolong kami untuk melihat keindahan-Mu dengan cara-cara yang baru.

Firman Allah menyatakan tentang kasih-Nya; perkataan kita menyatakan kasih kita kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-3; Galatia 2

Perkataan dan Perbuatan

Senin, 14 September 2015

Perkataan dan Perbuatan

Baca: Matius 21:28-32

21:28 “Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.

21:29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.

21:30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.

21:31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?”* Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: /”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.

21:32 Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”

Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. —1 Yohanes 3:18

Perkataan dan Perbuatan

Sebuah email yang saya terima dari seorang mahasiswa di kelas menulis yang saya ajar mengungkapkan kebutuhannya yang mendesak. Di akhir semester tersebut, ia menyadari bahwa ia memerlukan perbaikan nilai agar dapat mengikuti kegiatan olahraga di kampus. Apa yang dapat dilakukannya? Ia telah melewatkan beberapa tugas, jadi saya memberinya waktu dua hari untuk menyelesaikan semua makalah dan memperbaiki nilainya. Ia menjawab, “Terima kasih. Saya akan melakukannya.”

Tenggat dua hari telah berlalu dan saya tidak menerima makalah dari mahasiswa itu. Perbuatannya tidak sesuai dengan perkataannya.

Yesus bercerita tentang seorang muda yang melakukan hal yang serupa. Ayahnya meminta anak muda itu untuk bekerja di kebun anggurnya. Anak itu berkata, “Baik, bapa” (Mat. 21:29). Namun ia tidak melakukan janji yang sudah diucapkannya.

Dalam penafsirannya terhadap perumpamaan itu, Matthew Henry menyimpulkan, “Tunas dan bunga bukanlah buah.” Perkataan kita bagaikan tunas dan bunga yang menanti bukti, dan semua itu tidak berarti sama sekali apabila tidak berbuah nyata dalam tindakan. Yesus menujukan perkataan-Nya itu terutama kepada para pemimpin agama. Mereka mengajarkan ketaatan tetapi tidak mau membuktikan ucapan mereka dengan sikap pertobatan. Namun demikian, perkataan Yesus berlaku juga untuk kita. Mengikut Allah “dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh. 3:18)—bukan mengucapkan janji kosong—menjadi bukti bahwa kita menghormati Tuhan dan Juruselamat kita.

Perbuatan kita yang menaati Allah lebih menunjukkan kasih, hormat, dan pujian kepada-Nya daripada perkataan apa pun yang mungkin kita ucapkan untuk membuat orang lain terkesan kepada kita. —Dave Branon

Ya Bapa, tolong aku untuk menepati janji-janjiku kepada-Mu dan kepada semua orang yang mempercayaiku. Tolonglah aku terutama untuk melakukan kehendak-Mu dan tidak hanya mengucapkannya.

Perkataan ibarat bunga, perbuatanlah buahnya.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 19-21; 2 Korintus 7

Gembok Cinta

Sabtu, 5 September 2015

Gembok Cinta

Baca: Efesus 4:29-5:2

4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih

5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

Hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita. —Efesus 5:2

Gembok Cinta

“Gembok Cinta” adalah suatu fenomena yang sedang marak. Ribuan orang yang tengah jatuh cinta telah memasang gembok-gembok cinta ini pada banyak jembatan, pintu gerbang, dan pagar di seluruh dunia, termasuk Perancis, Tiongkok, Austria, Republik Ceko, Serbia, Spanyol, Meksiko, Irlandia Utara. Para pasangan mengukir nama mereka pada sebuah gembok dan kemudian menguncikannya di tempat-tempat umum sebagai lambang cinta mereka yang abadi. Pihak berwajib di sejumlah tempat pemasangan gembok tersebut tidak menyetujui tindakan mereka karena mengkhawatirkan bahaya yang mungkin terjadi apabila terlalu banyak gembok yang dikaitkan. Sebagian orang menganggap tindakan mereka itu merusak, sementara yang lain melihatnya sebagai seni yang indah dan gambaran dari cinta yang penuh komitmen.

Tuhan menunjukkan kepada kita “kasih abadi” yang sejati secara terbuka di tempat umum. Dia menyatakan kasih-Nya di atas kayu salib saat Dia menyerahkan nyawa-Nya demi pengampunan dosa manusia. Dan Dia terus menunjukkan kasih-Nya kepada kita dari hari ke hari. Keselamatan bukanlah semata-mata sebuah janji bahwa kita akan menikmati kekekalan bersama Allah, tetapi juga merupakan pengalaman menerima pengampunan, jaminan, pemeliharaan, dan anugerah dalam hubungan kita dengan-Nya sehari-hari. Kasih Yesus kepada kita merupakan dasar dari tantangan Paulus agar kita “[hidup] di dalam kasih” dengan sesama (Ef. 5:2).

Kasih Allah Bapa memampukan kita untuk berlaku sabar dan baik. Melalui Anak-Nya, Dia telah memberikan kita teladan dan cara terbaik untuk mengasihi satu sama lain—untuk selamanya. —Anne Cetas

Bagaimana caramu belajar mengasihi orang lain? Tindakan apa yang dapat kamu lakukan hari ini untuk semakin bertumbuh dalam kasih?

Yesus menunjukkan kepada kita cara mengasihi.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 146-147; 1 Korintus 15:1-28

Dimotivasi oleh Kasih

Sabtu, 16 Mei 2015

Dimotivasi oleh Kasih

Baca: 2 Korintus 5:11-17

5:11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu.

5:12 Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah.

5:13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu.

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.

5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.

5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Sebab kasih Kristus yang menguasai kami. —2 Korintus 5:14

Dimotivasi oleh Kasih

Pada dekade 1920-an, Bobby Jones mendominasi dunia golf, meskipun ia hanyalah seorang pegolf amatir. Dalam sebuah adegan dari film tentang hidupnya, Bobby Jones: Stroke of Genius (Bobby Jones: Sang Pegolf Genius), seorang pegolf profesional bertanya kepada Bobby kapan ia akan melepaskan statusnya sebagai pegolf amatir dan mulai meraup uang sebagai olahragawan profesional. Jones menjawab dengan menjelaskan bahwa kata amatir berasal dari kata dalam bahasa Latin amo yang berarti mengasihi/mencintai. Jawabannya sangat jelas: Jones bermain golf karena ia mencintai permainan itu.

Perbedaannya terletak pada motivasi—alasan yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu. Hal itu berlaku juga bagi para pengikut Yesus Kristus. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus memberikan contoh tentang hal itu. Di sepanjang suratnya, ia membela tindakannya, karakternya, dan panggilannya sebagai rasul Kristus. Untuk menanggapi mereka yang mempertanyakan motivasi pelayanannya, Paulus berkata, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2Kor. 5:14-15).

Kasih Kristus adalah motivator terhebat. Kasih itu mendorong seseorang yang mengikut Dia untuk mau menjalani hidup bagi-Nya, dan bukan untuk diri mereka sendiri. —Bill Crowder

Bagaimana pengenalanku akan Kristus dan kasih-Nya telah membentuk motivasi dan tindakanku? Apa sajakah yang kuharapkan dari Allah untuk dilakukan- Nya dalam diriku saat ini?

Kita dibentuk dan didorong oleh hal yang paling kita kasihi.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 24-25; Yohanes 5:1-24

Photo credit: JD Hancock / Foter / CC BY