Melayani dengan talenta yang diberikan Tuhan dan dengan cara apapun agar hidup menjadi berkenan dan tentunya sukses.

Posts

Terbakar Habis

Jumat, 12 April 2019

Terbakar Habis

Baca: Mazmur 32

32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;

32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela

32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.

32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela

32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.

32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.

32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.

32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari.—Mazmur 32:3

Terbakar Habis

Dalam buku The Call, Os Guinness bercerita tentang suatu waktu ketika Winston Churchill berlibur bersama para sahabatnya di wilayah selatan Prancis. Saat itu ia duduk dekat perapian untuk menghangatkan badan di malam yang dingin. Sambil memandangi api, mantan perdana menteri itu melihat batang-batang pinus “bergemeretak, mendesis, dan memercik saat terbakar dilalap api. Tiba-tiba, ia bersuara, ‘Saya tahu mengapa batang kayu memercikkan api. Saya tahu rasanya terbakar habis.’”

Berbagai kesulitan, keputusasaan, bahaya, kesusahan, dan konsekuensi dari kesalahan kita sendiri bisa membuat kita merasa terbakar habis. Kondisi yang ada perlahan-lahan mengikis sukacita dan damai sejahtera dalam hati kita. Ketika Daud menerima konsekuensi yang berat akibat dosanya sendiri, ia menulis, “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; . . . sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas” (mzm. 32:3-4).

Di saat-saat sulit seperti itu, ke manakah kita pergi mencari pertolongan? Kepada siapa kita berharap? Paulus, yang mengalami sendiri banyaknya pelayanan yang berat dan penuh kepedihan, menulis, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa” (2Kor. 4:8-9).

Bagaimana itu bisa terjadi? Dengan bersandar kepada Yesus, Sang Gembala Baik yang menyegarkan jiwa kita (mzm. 23:3) dan menguatkan kita untuk terus melangkah maju. Dia berjanji untuk menyertai setiap langkah dalam perjalanan kita (Ibr. 13:5). —Bill Crowder

WAWASAN

Mazmur 32 mulanya merupakan sebuah lagu untuk dinyanyikan. Daud, sang gembala, pemazmur, raja, dan penulis lagu dari Israel, memang tidak mencantumkan nada pada lagunya sehingga kita tak dapat memainkannya sekarang; di samping itu, lagu dan puisi dari zaman Daud juga kehilangan rima atau pola sajak setelah diterjemahkan sehingga kita tak dapat menikmati keindahan kata-katanya. Namun demikian, yang terpenting ialah kesadaran bahwa pengenalan akan Allah merupakan musik bagi setiap jiwa, sehingga tiap generasi, tempat, dan kebudayaan harus dibangunkan dengan suara penuh sukacita ini (Efesus 5:18-19; Kolose 3:16). —Mart DeHaan

Pernahkah Anda mengalami pergumulan yang membuat Anda lesu? Bagaimana respons Anda? Bagaimana Allah melayani Anda dalam saat-saat sulit itu?

Bapa, berikanku kekuatan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hari ini, dan pengharapan dalam Kristus akan masa depan abadi yang Kau janjikan.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 19–21; Lukas 11:29-54

Handlettering oleh Julio Mesak Nangkoda

Kabar Baik untuk Diberitakan

Selasa, 9 April 2019

Kabar Baik untuk Diberitakan

Baca: Kisah Para Rasul 8:26-35

8:26 Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi.

8:27 Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.

8:28 Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya.

8:29 Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!”

8:30 Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?”

8:31 Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.

8:32 Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.

8:33 Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.

8:34 Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?”

8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.

Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. —Kisah Para Rasul 8:35

Kabar Baik untuk Diberitakan

“Siapa namamu?” tanya Arman, seorang mahasiswa asal Iran. Setelah saya memberi tahu bahwa nama saya Estera, wajahnya langsung berseri-seri dan ia berseru, “Wah, kita punya nama yang mirip! Dalam bahasa Farsi, nama saya adalah Setare.” Interaksi sederhana itu menjadi awal dari percakapan yang luar biasa. Saya menceritakan kepadanya bahwa saya diberi nama mengikuti salah seorang tokoh Alkitab, “Ester,” seorang ratu Yahudi di Persia (sekarang Iran). Dimulai dari kisah Ester, saya pun membagikan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Sebagai tindak lanjut dari percakapan kami, Arman mulai mengikuti kelas Alkitab mingguan untuk belajar lebih dalam tentang Kristus.

Salah seorang pengikut Yesus, Filipus, dituntun oleh Roh Kudus untuk mengajukan pertanyaan yang memicu percakapan dengan seorang pejabat Etiopia yang sedang berada dalam perjalanan dengan keretanya: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” (Kis. 8:30). Pria Etiopia itu sedang membaca bagian dari kitab Yesaya dan ingin menerima pemahaman rohani. Jadi, pertanyaan Filipus datang di saat yang tepat. Lalu ia mengundang Filipus duduk di sampingnya dan dengan rendah hati mendengarkan penjelasannya. Menyadari betapa luar biasanya kesempatan itu, “mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya” (ay.35).

Seperti Filipus, kita juga memiliki kabar baik untuk diberitakan. Mari manfaatkan kesempatan yang terbuka sehari-hari di tempat kerja, di pasar swalayan, atau di lingkungan kita. Biarlah kita mengizinkan Roh Kudus menuntun langkah kita dan memberikan kita kata-kata yang tepat untuk membagikan harapan dan sukacita yang kita miliki dalam Yesus Kristus. —Estera Pirosca Escobar

WAWASAN

Seluruh Alkitab menunjuk kepada Yesus dan semua bagian berbicara tentang Dia. Dalam bacaan hari ini (Kisah Para Rasul 8:26-35), mudah untuk melihat kutipan dari Yesaya 53 sebagai nubuatan tentang Yesus karena memang sudah digenapi. Namun, Yesus sendiri mengingatkan kita bahwa seluruh Alkitab mengarah kepada Dia, bukan bagian nubuatan saja. “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi” (Lukas 24:27). —J.R. Hudberg

Bagaimana Anda mempersiapkan diri untuk lebih terbuka dalam berbicara kepada orang lain tentang Yesus? Dorongan apa yang Anda dapatkan dari teladan Filipus?

Ya Allah, tuntunlah langkahku hari ini kepada seseorang yang membutuhkan harapan yang hanya mungkin diterimanya dari Yesus Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 13–14; Lukas 10:1-24

Handlettering oleh Julio Mesak Nangkoda

Apakah Tuhan Mencobai Kita?

Hari ke-5 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Berbahagia dalam Pencobaan

Baca: Yakobus 1:13-15

1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.

1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Apakah Tuhan Mencobai Kita?

Dosa itu menyenangkan. Aku mengakuinya. Dosa itu menarik dan membawa kenikmatan. Entah kita mengakuinya atau tidak, kenikmatan itulah yang membuat kita tergoda berbuat dosa. Seorang pembicara sekaligus penulis dari Amerika, Rosaria Butterfield, pernah membuat guyonan, “Kalau dosamu tidak terasa nikmat, caramu berdosa pasti kurang tepat.” Jelas bahwa ia tidak sedang mendorong orang-orang Kristen untuk melakukan dosa, ia hanya sekadar menyatakan apa yang sudah jelas—dosa itu rasanya benar-benar menyenangkan.

Yakobus berkata: “…tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” (ayat 14). Aku sendiri mengalaminya. Setiap kali aku berdosa, itu karena aku membiarkan diriku diseret oleh kesombongan atau kemarahanku; aku membiarkan diriku dipikat oleh keinginan menikmati minuman keras atau pornografi.

Jadi, aku bisa menghargai mengapa Yakobus menggunakan kata “dipikat” yang biasanya diasosiasikan dengan daya tarik seksual. Pada saat cobaan datang, hasrat untuk melakukan dosa terasa sangat kuat menggoda. Rayuannya susah untuk ditolak. Tidak apa-apa, pikirku. Hanya sekali. Apa ruginya sih?

Pada saat itulah aku menemukan bahwa dosa tidak pernah memberikan kesenangan yang dijanjikannya. Dosa itu seperti sebuah cek dengan jumlah besar yang tidak pernah bisa diuangkan. Pada akhirnya, dosa hanya menipu dan membuat kita rugi luar biasa.

Kamu mungkin bertanya: Jika dosa itu begitu buruk, mengapa Tuhan mengizinkan kita jatuh ke dalam pencobaan? Mengapa Tuhan membiarkan kita berada dalam situasi yang menggoda sehingga kita kemudian berbuat dosa? Pemikiran yang demikian sayangnya menunjukkan bahwa kita belum sungguh-sungguh memahami hati dan karakter Tuhan.

Yakobus mengingatkan kita, “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata, ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun (ayat 13). Tuhan selalu baik dan selalu baik.

Tidak seperti kita, Tuhan tidak dapat dikendalikan oleh yang jahat. Dia juga tidak menginginkan kita dikendalikan oleh yang jahat, karena Dia tahu kerusakan yang akan kita derita saat kita menyerah pada pencobaan. Seperti yang dikatakan Yakobus, “Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (ayat 15).

Menyerah pada keinginan-keinginan kita yang jahat, menurut Yakobus, itu sama seperti membiarkan diri “diseret” ke atas ranjang dari orang jahat yang menggoda kita. Dari hubungan terlarang itu, keinginan kita lantas melahirkan dosa, yang seiring berjalannya waktu membuat kita mati secara rohani. Gambaran yang sangat hidup ini seharusnya menolong kita mengerti betapa kuatnya daya tarik dosa dan betapa buruknya dampak yang bisa ditimbulkan dosa. Meskipun penampilan dan rasanya menyenangkan, dosa sebenarnya menghancurkan dan mematikan.

Tuhan tidak menginginkan kita menderita karena dosa; Dia mau kita menikmati kebaikan-Nya yang menghidupkan, dan kebaikan-Nya itu bisa kita nikmati saat kita taat kepada-Nya, kepada firman-Nya. Mari kita tidak salah memahami hati Tuhan, dan selalu ingat bahwa Dia peduli kepada kita, Dia menginginkan yang terbaik untuk kita. —Raphael Zhang, Singapura

Handlettering oleh Julio Mesak Nangkoda

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Dosa spesifik apa yang mungkin sedang kamu izinkan bermain mata denganmu?

2. Bagaimana pemahaman akan hati Tuhan dan apa yang Dia inginkan bagi hidupmu mempengaruhi hubunganmu dengan-Nya?

3. Dapatkah kamu mengenali godaan dan tipuan dosa dalam hidupmu sekarang? Dapatkah kamu mengenali dampaknya yang merusak?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Raphael Zhang, Singapura | Raphael suka membaca dan menulis, dan dua aktivitas ini dia gunakan sebagai sarana untuk terhubung dengan firman Tuhan. Sejak Raphael dipulihkan oleh Tuhan dari kehancurannya, Raphael bersemangat untuk menolong orang lain agar dapat dipulihkan juga oleh Tuhan yang begitu mengasihi manusia. Raphael juga tergila-gila pada keju, tetapi cinta terbesarnya tetaplah Yesus.

Kamu juga bisa membagikan hasil perenunganmu di Instagram Story.
Klik di sini untuk download template.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus

Mengapa Harus Bertekun?

Hari ke-4 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Mengapa Harus Bertekun?

Baca: Yakobus 1:12

1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Mengapa Harus Bertekun?

Beberapa tahun lalu aku bertemu dengan seorang pemuda yang kisah hidupnya menantang dan menginspirasiku.

Pemuda itu berasal dari bukan keluarga Kristen yang kaya dan berpengaruh. Saat ia meninggalkan rumah untuk kuliah di daerah lain, ia berjumpa dengan Yesus dan menyerahkan hidup kepada-Nya. Orang tua pemuda itu menentang dan mendesak agar ia meninggalkan kepercayaannya yang baru, tetapi ia tidak goyah. Sekalipun mereka mencoretnya dari daftar ahli waris, ia tetap beriman kepada Yesus dan berharap bahwa suatu hari nanti orang-orang yang ia kasihi juga akan mengenal Yesus secara pribadi.

Pemuda itu tentu mengalami godaan yang besar untuk meninggalkan imannya demi diterima oleh keluarganya dan mendapatkan warisan kelak. Pun dalam hatinya mungkin pula ada keinginan yang sangat besar untuk menuruti apa yang dianggap benar oleh keluarga dan teman-temannya.

Namun, Yakobus berkata bahwa orang yang bertahan dalam melakukan apa yang benar di tengah pencobaan adalah orang yang berbahagia.

Bagaimana bisa demikian? Seringkali kita menganggap orang yang berbahagia adalah orang yang memiliki banyak harta, hubungan yang tanpa masalah, atau tubuh yang sehat. Yakobus memberikan pandangan yang melampaui bahagia versi dunia ini. Ia melihat orang yang berbahagia adalah orang yang tidak bergumul sendirian tetapi berusaha terus berakar dalam Tuhan di tengah penderitaan dan memegang kuat janji Tuhan yang akan mengaruniakan mahkota kehidupan. Sekalipun ia mengalami tekanan dari dalam dan luar dirinya, ia tidak menyerah.

Mengapa? Karena ia mengerti bahwa kehidupannya di dunia—demikian juga berbagai pencobaan dan harta yang ia miliki—hanya bersifat sementara. Pemuda itu kehilangan haknya sebagai ahli waris ketika ia bertahan dalam imannya, tetapi sikapnya itu menunjukkan hati yang tertuju pada realitas yang jauh lebih indah dari tawaran dunia. Meski ia kehilangan harta warisannya di dunia ini, ia memperoleh harta warisan yang kekal dan jauh lebih bernilai.

Janji dari Yakobus 1:12 ini seharusnya menyemangati kita untuk hidup dalam konteks kekekalan dan mengarahkan pikiran kita kepada hal-hal surgawi. Kolose 3:1-2 berkata, “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Pada akhirnya, orang yang berbahagia tetap bertekun selama melewati pencobaan karena ia mencintai Yesus. Penekanan Yakobus tentang tetap setia kepada Yesus saat kita bergumul dalam godaan dan pencobaan (ayat 12) menggemakan perkataan Yesus dalam kitab Lukas dan Wahyu. Dalam Lukas 6:22, Yesus berkata bahwa kita berbahagia saat orang membenci kita, tidak menganggap kita, menghina kita, dan menolak nama kita demi nama-Nya. Sekali lagi dalam Wahyu 2:10, Dia berkata bahwa kita akan diuji, tetapi mereka yang setia sampai akhir akan menerima mahkota kehidupan.

Firman Tuhan ini mendorong kita untuk berpegang pada Yesus, karena Dia telah menjanjikan kita kehidupan yang tidak ada duanya dalam kekekalan bersama-Nya. Dia telah menjanjikan kita mahkota kehidupan—sebuah hadiah yang tidak mungkin bisa kita gambarkan secara akurat dengan keterbatasan kita memahami hal-hal surgawi.

Marilah kita bertekun supaya sesudah kita melakukan kehendak Allah, kita memperoleh apa yang sudah Dia janjikan (Ibrani 10:35-36). —Kezia Lewis, Filipina

Handlettering oleh Julio Mesak Nangkoda

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Pencobaan apa yang sedang kamu hadapi?

2 .Godaan apa yang mungkin bisa membuatmu mengompromikan imanmu?

3. Bagaimana mengingat janji-janji Tuhan dapat menolongmu bertekun di tengah pencobaan?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Kezia Lewis, Filipina | Kezia tinggal bersama suaminya, Jason, di Krabi, Thailand. Mereka berdua melayani bersama di yayasan Sowers International. Mereka mengajar bahasa Inggris di sekolah lokal. Kezia dan saudarinya diberi nama oleh ibunya (yang kala itu belum membaca Alkitab) sebuah nama yang berasal dari Alkitab, yaitu nama anak-anak Ayub (Ayub 42:14). Kezia suka memanggil Tuhan sebagai “Bapa” dan dia merasa tenang saat cuaca hujan.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus