Posts

Berlari dan Beristirahat

Senin, 20 Maret 2017

Berlari dan Beristirahat

Baca: Markus 6:30-46

6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.

6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

6:33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.

6:36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.”

6:37 Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?”

6:38 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.”

6:39 Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau.

6:40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang.

6:41 Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.

6:42 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.

6:43 Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.

6:44 Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

6:45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

6:46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.

Lalu [Yesus] berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” —Markus 6:31

Berlari dan Beristirahat

Tajuk berita utama di sebuah surat kabar menarik perhatian saya: “Istirahat itu Penting bagi Pelari”. Dalam artikel yang ditulis oleh Tommy Manning, seorang mantan anggota tim lari gunung Amerika Serikat, disebutkan bahwa ada satu prinsip yang kadang diabaikan oleh para atlet, yakni tubuh kita memerlukan waktu untuk beristirahat dan memulihkan tenaga setelah menjalani latihan. “Secara psikologis, proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil dari pelatihan itu hanya dapat terjadi selama masa istirahat,” tulis Manning. “Itu berarti beristirahat sama pentingnya dengan berlatih.”

Hal yang sama juga berlaku bagi perjalanan iman dan pelayanan kita. Waktu istirahat yang teratur sangat penting untuk menghindari habisnya tenaga dan hilangnya semangat. Yesus juga memerlukan keseimbangan rohani selama hidup-Nya di bumi, bahkan saat menghadapi tuntutan-tuntutan yang amat berat. Saat murid-murid-Nya kembali dari pelayanan mereka yang padat untuk mengajar dan menyembuhkan orang, Yesus berkata kepada mereka, “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (Mrk. 6:31). Namun, orang banyak masih mengikuti mereka sehingga Yesus mengajar mereka dan menyediakan makanan bagi mereka hanya dari lima roti dan dua ikan (ay.32-44). Ketika semua orang telah pergi, Yesus pun “pergi ke bukit untuk berdoa” (ay.46).

Jika hidup kita hanya diisi dengan pekerjaan, apa yang kita kerjakan semakin lama semakin tidak efektif. Yesus mengundang kita untuk secara teratur bersekutu dengan-Nya di suatu tempat yang sunyi untuk berdoa dan beristirahat. —David McCasland

Tuhan Yesus, terima kasih atas teladan-Mu berdoa seorang diri kepada Bapa-Mu. Berilah kami hikmat dan juga tekad untuk memprioritaskan waktu istirahat dalam perjalanan kami mengikut-Mu.

Dalam kehidupan iman dan pelayanan kita, istirahat sama pentingnya dengan bekerja.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 4-6; Lukas 1:1-20

Artikel Terkait:

5 Tanda Kita Terlalu Sibuk dengan Diri Sendiri

Mari bicara jujur. Kita semua punya kecenderungan menjadi orang narsis. Tidak ada yang terkecuali. Berikut adalah 5 indikator yang dapat menolong kita mengenali kecenderungan kita untuk sibuk dengan diri sendiri dan menghentikannya sebelum terlambat.

Letakkanlah Bebanmu

Minggu, 8 Januari 2017

Letakkanlah Bebanmu

Baca: Matius 11:25-30

11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.

11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. —Matius 11:28

Letakkanlah Bebanmu

Seorang pria yang sedang mengemudikan truk di jalan pedesaan melihat seorang wanita menggendong suatu beban yang berat. Pria itu menepikan truknya dan menawarkan tumpangan kepadanya. Wanita itu mengucapkan terima kasih dan langsung naik ke bagian belakang truk.

Sesaat kemudian, pria itu menyadari ada yang ganjil: wanita itu masih menggendong barangnya yang berat meskipun sudah duduk di dalam kendaraan! Dengan heran, pria itu berkata, “Bu, letakkan saja barang bawaanmu dan beristirahatlah. Truk ini cukup kuat untuk mengangkutmu dan barangmu. Santai saja.”

Apa yang kita lakukan dengan beban ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan yang sering kita pikul sembari menjalani hidup yang penuh tantangan ini? Alih-alih bersandar kepada Tuhan, saya justru sering bersikap seperti wanita tadi. Tuhan Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Namun ternyata saya masih saja memikul beban yang seharusnya saya serahkan kepada Yesus.

Kita menyerahkan beban kita dengan membawanya kepada Tuhan dalam doa. Rasul Petrus berkata, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada [Tuhan Yesus], sebab Ia yang memelihara kamu” (1Ptr. 5:7). Karena Dia memelihara kita, kita dapat berserah dan merasa tenang sambil terus belajar untuk mempercayai-Nya. Daripada terus-terusan memikul beban yang memberatkan dan melelahkan kita, marilah menyerahkan semua beban itu kepada Tuhan dan mengizinkan Dia menanggungnya bagi kita. —Lawrence Darmani

Tuhan, aku lelah. Hari ini aku menyerahkan beban hidupku kepada-Mu. Kumohon, ambil dan tanggunglah bebanku.

Doa adalah sarana untuk memindahkan beban dari bahu kita ke bahu Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 20-22; Matius 6:19-34

Artikel Terkait:

Mengapa Hidup Terasa Begitu Melelahkan

Belakangan ini aku merasa sangat lelah dengan hidupku. Mungkinkah penyebab kelelahan ini karena kita lebih mengandalkan diri sendiri daripada mengandalkan Tuhan? Temukan kesaksian Yuliani di dalam artikel ini.

Menenangkan Jiwa

Senin, 26 September 2016

Menenangkan Jiwa

Baca: Matius 11:25-30

11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.

11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”

Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! —Mazmur 46:11

Menenangkan Jiwa

Sewaktu menghadiri sebuah konser, benak saya mengembara saat memikirkan kesulitan yang terus-menerus menyita perhatian saya. Syukurlah gangguan itu segera berlalu ketika saya mulai menghayati lirik dari sebuah himne pujian yang indah. Kelompok pria yang bernyanyi akapela itu sedang melantunkan himne “Be Still, My Soul” (Tenang dan Sabarlah). Air mata saya mengalir ketika saya mendengarkan lantunan liriknya dan merenungkan tentang ketenangan dari damai sejahtera yang hanya bisa diberikan oleh Allah.

Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku; Tahan derita, jangan mengeluh; Serahkan sajalah pada Tuhanmu segala duka yang menimpamu. Allah setia, tak mengecewakan; yang di naungan-Nya ingin berteduh (Nyanyikanlah Kidung Baru, No. 169).

Yesus pernah mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat, padahal di sanalah Dia melakukan paling banyak mukjizat (Mat. 11:20-24). Namun Dia masih mengucapkan kata-kata penghiburan bagi mereka yang mau datang kepada-Nya. Dia berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, . . . belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (ay.28-29).

Sungguh pernyataan yang luar biasa! Segera setelah mengucapkan kecaman yang keras atas mereka yang menolak-Nya, Yesus mengulurkan undangan bagi semua orang supaya mereka datang mendekat kepada-Nya dan menemukan damai sejahtera yang selama ini selalu kita rindukan. Yesuslah satu-satunya yang dapat menenangkan kegelisahan dalam jiwa yang lelah. —Joe Stowell

Aku datang kepada-Mu saat ini, ya Tuhan, untuk menenangkan hatiku. Tolonglah aku untuk mempercayai-Mu dan meyakini kasih-Mu.

Ketika kita menaruh pikiran kita kepada Yesus, Dia menaruh damai sejahtera dalam pikiran kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 1-2; Galatia 5

Artikel Terkait:

4 Cara Mengendalikan Perasaan Negatif

4 tahun yang lalu, Jonathan menderita gangguan rasa cemas yang sangat mengganggunya. Bagaimana dia dapat melewati masa-masa sulit tersebut dan mengendalikan perasaan negatifnya? Yuk baca sharingnya di dalam artikel ini.

Waktu Beristirahat

Jumat, 22 Juli 2016

Waktu Beristirahat

Baca: Markus 6:7-13, 30-32

6:7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,

6:8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan,

6:9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.

6:10 Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu.

6:11 Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.”

6:12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat,

6:13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.

6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

[Yesus] berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika.” Markus 6:31

Waktu Beristirahat

Jam alarm berdering. Rasanya masih terlalu pagi. Namun kamu akan menjalani hari yang panjang nanti. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, janji yang harus ditepati, orang-orang yang perlu diperhatikan, dan masih banyak lagi. kamu tidak sendirian. Kebanyakan dari kita menjalani hari demi hari dengan terburu-buru dari satu hal ke hal yang lain.

Ketika para rasul kembali dari perjalanan misi mereka yang pertama, banyak hal yang ingin mereka laporkan. Namun Markus tidak menuliskan evaluasi Yesus terhadap pekerjaan para murid; ia justru mencatat perhatian Yesus yang meminta murid-murid untuk beristirahat sebentar. Yesus berkata, “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (6:31).

Akhirnya, kita mendapatkan peristirahatan sejati dengan menyadari kehadiran Allah dan mempercayai-Nya. Meski kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tanggung jawab kita, kita juga menyadari bahwa kita dapat melonggarkan sedikit keterikatan pada pekerjaan dan karier, keluarga dan pelayanan kita, dan menyerahkan semua itu kepada Allah dalam iman. Kita dapat mengambil waktu setiap hari untuk menyingkir sejenak dari gangguan di sekitar kita, meredakan ketegangan jiwa, dan merenungkan keajaiban kasih setia Allah dengan penuh ucapan syukur.

Jadi jangan ragu untuk berhenti sejenak dan menghela napas. Ambillah waktu untuk benar-benar beristirahat. —Poh Fang Chia

Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu untuk semua tugas yang telah Engkau berikan hari ini untuk kulakukan. Tolonglah aku untuk benar-benar beristirahat di dalam-Mu, baik secara jasmani, emosi, dan rohani.

Kita beristirahat bukan karena pekerjaan telah usai; Allah memerintahkannya dan menciptakan kita dengan kebutuhan untuk beristirahat. —Gordon MacDonald

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 31-32; Kisah Para Rasul 23:16-35

Artikel Terkait:

Hal Penting yang Kulupakan Ketika Aku Melayani Tuhan

Aku senang dan sangat aktif melayani Tuhan sejak muda. Bisa dibilang hari Minggu adalah hari yang sangat sibuk buatku. Hingga suatu hari firman Tuhan menegurku di sebuah ibadah remaja. Ada satu hal penting yang selama ini aku lupakan ketika melayani Tuhan. Baca kesaksian Maleakhi selengkapnya di dalam artikel ini.

Memperhatikan Diri Sendiri

Minggu, 13 Maret 2016

Memperhatikan Diri Sendiri

Baca: Keluaran 18:14-24

18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: “Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?”

18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: “Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah.

18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.”

18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: “Tidak baik seperti yang kaulakukan itu.

18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.

18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.

18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan.

18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.

18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.

18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya.”

18:24 Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya.

Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika! —Markus 6:31

Memperhatikan Diri Sendiri

Setelah suami saya menjalani operasi jantung, saya bermalam menemaninya di rumah sakit dengan rasa cemas. Keesokan paginya, saya teringat sudah membuat janji untuk memotong rambut di salon. “Aku harus membatalkannya,” kata saya, sembari menyusuri rambut saya yang acak-acakan.

“Ma, cucilah muka Mama dan pergilah ke salon,” kata Rosie, putri saya.

“Tidak,” saya bersikeras. “Tidak masalah. Aku harus tetap di sini.”

“Aku akan di sini,” kata Rosie. “Perhatikan saja dirimu, Ma. Papa akan lebih terbantu jika Mama memperhatikan diri Mama sendiri.”

Musa merasa begitu lelah setelah melayani seorang diri sebagai hakim atas umat Israel. Yitro memperingatkan menantunya itu: “Engkau akan menjadi sangat lelah, . . . sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja” (Kel. 18:18). Yitro pun menasihati Musa agar mendelegasikan tugas dan berbagi beban dengan orang lain.

Meski terlihat bertentangan bagi seorang Kristen untuk memperhatikan dirinya sendiri, tindakan tersebut sangatlah esensial bagi suatu kehidupan yang sehat (Mat. 22:37-39; Ef. 5:29-30). Kita memang harus pertama-tama mengasihi Allah dan juga mengasihi sesama, tetapi kita juga perlu menikmati istirahat yang cukup untuk menyegarkan tubuh dan jiwa kita. Terkadang memperhatikan diri sendiri berarti mundur sejenak dan mengizinkan orang lain menolong dengan meringankan beban kita.

Yesus sering menyepi untuk beristirahat dan berdoa (Mrk. 6:30-32). Dengan mengikuti teladan-Nya, kita akan menjadi lebih efektif dalam hubungan dengan sesama dan lebih mampu memperhatikan kebutuhan mereka. —Cindy Hess Kasper

Ya Tuhan, segarkanlah jiwaku hari ini. Tolonglah aku untuk menjaga keseimbangan hidup di tengah segala tanggung jawabku. Terima kasih atas kasih dan kepedulian-Mu.

Janganlah berusaha melakukan segala sesuatu—sediakanlah waktu untuk menyegarkan tubuh dan jiwamu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 20-22; Markus 13:21-37

Pelajaran Dari Hula Hoop

Jumat, 10 Oktober 2014

Pelajaran Dari Hula Hoop

Baca: Markus 6:34-44

6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.

6:36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini."

6:37 Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?"

6:38 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan."

6:39 Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau.

6:40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang.

6:41 Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.

6:42 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.

6:43 Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.

6:44 Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik. —Galatia 6:9

Pelajaran Dari Hula Hoop

Salah satu mainan kesukaan saya di masa kecil sekarang kembali marak dimainkan. Mainan itu adalah hula hoop. Saya dan teman saya, Suzi, suka menghabiskan waktu berjam-jam di halaman untuk menyempurnakan teknik kami dan bersaing untuk melihat siapa yang dapat paling lama memutar hula hoop tersebut di pinggang kami. Tahun ini saya mengingat kembali bagian dari masa kecil saya itu. Saat duduk di sebuah taman, saya menyaksikan anak-anak dari segala usia dan ukuran tubuh sedang berusaha keras untuk menjaga hula hoop-nya tidak jatuh ke tanah. Mereka meliuk dan memutar tubuh dengan sekuat tenaga, tetapi setelah mereka mengerahkan segala kemampuan mereka, hula hoop itu tetap jatuh ke tanah. Kemudian ada seorang wanita muda datang dan mengambil sebuah hula hoop. Tanpa banyak gerakan, ia memindahkan hula hoop itu naik-turun dari pinggang ke bahu dan kembali ke pinggangnya dengan mulus. Keberhasilannya bergantung pada gerakan yang tepat, bukan pada besarnya tenaga dari gerakan itu.

Dalam kehidupan rohani kita, kita dapat mengeluarkan segala macam jurus demi menyamai usaha orang lain dalam melayani Allah.

Namun bekerja hingga merasa jemu bukanlah hal yang patut dipuji (Gal. 6:9). Sebelum memberi makan ribuan orang dengan hanya lima roti dan dua ikan (Mrk. 6:38-44), Yesus mengajak murid-muridnya untuk pergi beristirahat, dan itu membuktikan bahwa Dia tidak membutuhkan jerih-lelah kita yang gila-gilaan untuk menuntaskan pelayanan-Nya. Kebenaran yang Yesus ajarkan kepada para murid-Nya juga Dia ajarkan kepada kita: Ketaatan yang tenang akan lebih banyak memberi hasil daripada aktivitas yang dikerjakan sembrono. —JAL

Tolonglah aku, Tuhan, untuk tidak membandingkan diriku dan apa
yang kulakukan dengan diri orang lain. Kiranya aku melayani
di tempat yang Engkau kehendaki dan melakukannya dengan
kuasa-Mu. Aku mengasihi-Mu dan menyerahkan diriku kepada-Mu.

Yesus menginginkan kerelaan, bukan jerih-lelah kita.

Memperlambat Diri

Minggu, 25 Mei 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140525-Memperlambat-Diri

Baca: Markus 6:30-36

6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.

6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

6:33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh bela
s kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.

6:36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.”

Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika! —Markus 6:31

Memperlambat Diri

Baru-baru ini saya mengalami masalah pada tubuh saya. Bahu dan lengan kiri saya terasa sakit. Saya menderita ruam yang menyakitkan pada lengan bawah dan jempol, serta saya merasa begitu lelah sepanjang hari. Ketika memeriksakan diri ke dokter, saya diberi tahu bahwa saya menderita penyakit cacar ular. Dokter pun memberikan obat-obatan antivirus dan mengatakan bahwa dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk sembuh total dari penyakit itu.

Karena penyakit itu, saya harus memaksakan diri untuk melakukan rutinitas baru. Saya harus tidur sebentar di pagi dan sore hari, karena kegiatan itu sangat penting untuk memberi kekuatan agar saya bisa bekerja. Sampai saya sembuh nanti, saya harus belajar untuk memperlambat diri.

Pada suatu waktu, ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk mengajar dalam nama-Nya, mereka begitu bersemangat dengan apa yang sedang mereka lakukan, sampai-sampai mereka melalaikan waktu untuk makan dan beristirahat dengan cukup. Saat mereka kembali, Kristus berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (Mrk. 6:31).

Setiap orang perlu beristirahat, dan apabila kita terus bekerja hingga melalaikan waktu istirahat, kita akan menderita secara fisik dan emosional. Kita juga tidak akan mampu menunaikan segala tanggung jawab kita sebagaimana seharusnya. Apakah Tuhan sedang menasihatkanmu untuk pergi “ke tempat yang sunyi . . . dan beristirahatlah seketika”? Ada saatnya kamu perlu mengambil waktu untuk beristirahat sejenak bersama-Nya. —HDF

Aku menyepi dari dunia yang penuh perselisihan
Dengan segala beban, cobaan, dan pergumulannya
Menuju ke tempat yang indah, hening, dan teduh
Tempatku bersekutu langsung dengan Yesus. —Brandt

Agar kamu tidak tumbang, beristirahatlah sejenak dan berdoa.

“Berbaring”

Selasa, 25 Februari 2014

Baca: Keluaran 20:8-11

20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:

20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,

20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. —Mazmur 23:2-3

Anjing golden retriever kesayangan kami sering mengalami kejang-kejang akibat terlampau bersemangat. Untuk mencegah hal itu terjadi, kami berusaha menenangkannya. Kami akan membelai-belainya, lalu berbicara padanya dengan suara yang lembut, dan memerintahkannya untuk berbaring. Namun saat mendengar kata “berbaring”, anjing kami akan mengalihkan pandangan matanya dari kami dan mulai mengeluh. Akhirnya, sambil mengeluarkan bunyi lenguhan panjang, ia pun menyerah dan merebahkan tubuh ke lantai.

Terkadang kita juga perlu diingatkan untuk berbaring. Dari Mazmur 23, kita belajar bahwa Gembala kita yang Baik “membaringkan [kita] di padang yang berumput hijau” dan menuntun kita “ke air yang tenang.” Dia tahu kita perlu ketenangan dan peristirahatan yang diberikan semua itu, bahkan saat kita tak menyadari kebutuhan itu.

Tubuh kita dirancang untuk beristirahat secara teratur. Allah sendiri beristirahat pada hari ketujuh setelah karya penciptaan-Nya (Kej. 2:2-3; Kel. 20:9-11). Yesus tahu ada saatnya untuk melayani orang banyak dan ada saatnya untuk beristirahat. Dia mengajak para murid-Nya pergi “ke tempat yang sunyi, . . . dan beristirahatlah seketika!’’ (Mrk. 6:31). Ketika beristirahat, kita menyetel ulang fokus kita dan disegarkan. Ketika kita mengisi seluruh waktu kita dengan kegiatan demi kegiatan—bahkan kegiatan yang penting—Allah sering menarik perhatian kita dengan “membaringkan” diri kita.

Istirahat adalah suatu pemberian—pemberian yang baik dari Pencipta kita yang tahu persis apa yang kita butuhkan. Pujilah Tuhan karena Dia kadang-kadang “membaringkan [kita] di padang yang berumput hijau.” —CHK

Bapa surgawi, terima kasih untuk perhatian-Mu atas
kesejahteraan kami dalam setiap area dari kehidupan kami.
Tolonglah kami untuk bisa mengambil waktu untuk
beristirahat dan disegarkan di dalam-Mu.

Jika tidak mengambil waktu untuk beristirahat seketika, kelak kita mungkin akan benar-benar ambruk! —Havner

Tidur Nyenyak

Selasa, 14 Januari 2014

Insomnia

Baca: Mazmur 4

4:1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Daud.

4:2 Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!

4:3 Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan? Sela

4:4 Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya.

4:5 Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela

4:6 Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN.

4:7 Banyak orang berkata: “Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?” Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!

4:8 Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.

4:9 Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.

Engkau telah memberikan sukacita kepadaku. —Mazmur 4:8

Tidur Nyenyak

Apa pun usaha yang kita lakukan— berguling, tengkurap, menepuk-nepuk bantal, memukul-mukul bantal—terkadang kita tetap tidak bisa tidur. Setelah memberikan sejumlah saran yang baik agar seseorang bisa tidur dengan lebih nyenyak, suatu artikel menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada “cara yang jitu” untuk tidur.

Ada banyak sebab mengapa kita sulit sekali untuk terlelap, dan banyak di antaranya tidak berdaya untuk kita atasi. Namun terkadang ketidakmampuan kita untuk tidur itu disebabkan karena kita sedang digelayuti pikiran yang gelisah, kekhawatiran, atau perasaan bersalah di dalam hati. Pada saat itulah teladan dari Daud dalam Mazmur 4 bisa menolong kita. Ia berseru kepada Allah, memohon belas kasihan dan meminta Allah mendengarkan doanya (ay.2). Ia juga mengingatkan dirinya sendiri bahwa Tuhan memang mendengarkannya ketika ia berseru kepada-Nya (ay.4). Daud mendorong kita: “Berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam” (ay.5). Dengan memusatkan pikiran kita pada kebaikan, anugerah, dan kasih Allah bagi dunia ciptaan-Nya, orang-orang yang kita kasihi, dan diri kita sendiri, kita akan ditolong untuk mempercayai Tuhan (ay.6).

Tuhan ingin menolong kita dalam menyingkirkan kekhawatiran kita yang hendak mencari-cari sendiri jalan keluar bagi segala masalah yang ada. Tuhan mau kita mempercayai Dia dalam penyelesaian masalah yang kita hadapi. Tuhan dapat “memberikan sukacita” dalam hati kita (ay.8), sehingga “dengan tenteram [kita] mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan [kita] diam dengan aman” (ay.9). —DCE

Berikanlah aku suatu jiwa yang damai, ya Tuhan,
Di tengah angin ribut dan badai yang menerjang,
Agar aku temukan kelegaan dan ketenangan batin,
Damai yang tertanam dalam di jiwaku. —Dawe

Bahkan ketika kita tak dapat tidur, Allah dapat memberi kita kelegaan.