3 Alasan Orang Kristen Harus Mendalami Imannya dengan Serius
Penulis: Vincent Tanzil
“Banyak yang mencari pengetahuan untuk mendapatkan pengetahuan, itu adalah keingintahuan.
Ada juga yang mencari pengetahuan untuk mencari nama, itu adalah keegoisan.
Ada yang mencari pengetahuan supaya bisa mencari keuntungan, itu tidak terpuji.
Tetapi, beberapa orang mencari pengetahuan untuk memperkaya hidup sesamanya: itulah kasih.”
Bernard dari Clairvaux
Dalam perjalanan hidup saya sebagai seorang Kristen, saya punya banyak pertanyaan tentang apa yang saya imani. Sebab itu, saya banyak membaca buku Kristen, ikut seminar-seminar pembinaan, sekolah teologi malam, bahkan belajar di seminari. Namun, tidak sedikit respons negatif yang datang dari orang-orang di sekitar saya.
“Jangan terlalu banyak belajar, nanti jadi orang Farisi!”
“Hati-hati makin pintar, nanti kamu malah jadi murtad!”
Siapakah orang Kristen serius yang tidak akan terhenyak ketika diberikan nasihat-nasihat seperti itu? Saya sempat berpikir, salahkah bila saya serius mendalami iman saya? Namun, makin dipikirkan, makin saya yakin bahwa sebagai orang Kristen, kita perlu untuk terus mempelajari iman kita dengan serius. Setidaknya ada tiga alasan untuk melakukannya:
1. Iman Kristen itu tidak sesederhana yang kita bayangkan.
“Minum air putih di pagi hari itu baik untuk kesehatan,” sebuah nasihat sederhana yang mungkin sering kita dengar. Kita mungkin mengikuti nasihat itu karena banyak orang yang mengatakannya, meski sebenarnya tidak tahu mengapa air putih itu menyehatkan, dan mengapa harus diminum di pagi hari.
Namun kemudian, kita sendiri menemukan dari sebuah sumber yang terpercaya bahwa air yang masuk ke dalam tubuh kita di pagi hari terbukti dapat membuang racun-racun yang sudah menumpuk di dalam tubuh. Selain itu, asupan air segar di pagi hari akan membuat otak yang terdiri dari sekitar 78% air akan mampu beraktivitas secara optimal.
Kita terkejut—nasihat yang tampaknya begitu sederhana ternyata memiliki penjelasan yang sangat dalam. Kita mulai melihat hubungan antara air putih dan kesehatan dengan cara yang berbeda. Kita jadi bersemangat minum air putih setiap pagi, bahkan terus melakukannya sekalipun orang lain berhenti melakukan hal itu.
Demikian juga dengan iman Kristen. Tampaknya sederhana. Kita diberitahu bahwa asal percaya kepada Yesus kita akan diselamatkan. Kita lahir dalam keluarga Kristen. Semua orang yang kita kenal percaya kepada Yesus. Jadi, kita pun menjadi orang Kristen, meski sebenarnya kita tidak tahu mengapa percaya kepada seseorang yang disalibkan itu bisa menghapus dosa.
Namun kemudian, kita belajar dan menemukan siapa sebenarnya pribadi Yesus. Kita jadi memahami apa yang membedakan-Nya dari tokoh-tokoh agama lain. Kita belajar mengapa seseorang yang mati di kayu salib 2000 tahun yang lalu bisa memiliki pengaruh terhadap keselamatan semua orang.
Kita mulai menyadari bahwa iman Kristen tidak sesederhana yang kita bayangkan. Iman Kristen bukan “asal percaya.” Kita mulai melihat Yesus secara berbeda. Cara pandang dan sikap hidup kita berubah, tidak lagi bergantung pada apa yang dikatakan orang lain, tetapi pada kebenaran-kebenaran yang kita temukan saat kita mau serius mendalami iman kita.
2. Tuhan memberikan kita kapasitas yang besar untuk belajar.
Pernah mendengar istilah esofagus, Homo Sapiens, metamorfosis, atau atom? Kapan pertama kali kita mempelajari istilah-istilah semacam itu? Mungkin sekali kebanyakan di antara kita sudah mempelajarinya sejak SD atau SMP. Mempelajari istilah-istilah biologi, ekonomi, politik, teknologi, dan berbagai bidang lainnya itu terasa wajar dan memperkaya pemahaman kita. Jadi, mengapa kita harus alergi mempelajari berbagai istilah-istilah atau konsep yang agak kompleks dalam teologi Kristen? Adanya beberapa terminologi yang tidak umum dalam teologi Kristen hanyalah pertanda bahwa kita belum terbiasa, bukan tidak bisa. Saya sendiri menemukan banyak hal yang sangat menyegarkan iman ketika mempelajari kekristenan lebih dalam. Saya bisa menjelaskan tentang kesatuan dua natur Yesus menurut Alkitab misalnya, ketika ada orang menanyakan tentang mengapa saya percaya Yesus sebagai manusia sekaligus Tuhan.
Tuhan telah memberikan kita kapasitas yang besar untuk belajar. Dia mengaruniakan kita akal budi, dan menghendaki kita mengasihi-Nya dengan segenap kapasitas itu (Matius 22:37). Saya pikir kita harus menggunakan kapasitas belajar yang Tuhan berikan tidak hanya untuk mendalami biologi, ekonomi, politik, atau teknologi, tetapi juga untuk mendalami firman Tuhan, memahami teologi Kristen dengan benar. Tidak hanya untuk memahami dunia dan kompleksitasnya, tetapi juga memahami karakter dan rencana Tuhan bagi dunia ini. Kesulitan memahami istilah-istilah tidak dapat dibandingkan dengan kedalaman pengertian yang didapatkan.
Sebagian orang mungkin punya pengalaman buruk, melihat orang yang belajar banyak tentang kekristenan berubah menjadi sombong dan tidak bersahabat. Ada yang mendalami teologi, tetapi malah jadi sesat atau berubah keyakinan. Tetapi, pengalaman buruk tidak perlu membuat kita jadi membatasi diri dalam belajar, bukan? Saya belum pernah bertemu dengan orang yang dengan sengaja tidak mau belajar matematika atau bahasa asing agar mereka tidak menjadi sombong.
Kesombongan adalah masalah hati, tidak berkaitan langsung dengan banyaknya pengetahuan seseorang. Ada banyak orang Kristen yang pandai, tetapi tetap bersahaja dan bijak dalam berkata-kata. Sebaliknya, banyak juga orang yang tidak punya pemahaman iman yang memadai, malah berseru-seru dengan penuh kesombongan. Begitu juga dengan kesesatan. Kita tidak bisa mengatakan orang yang terlalu banyak belajar pasti menjadi sesat dan berubah keyakinan. Banyak sekali orang yang justru makin percaya dan mendekat kepada Tuhan setelah mereka mempelajari kompleksitas dunia ini dan argumen intelektual iman Kristen, termasuk para profesor.
3. Pemahaman iman yang kuat akan menolong kita menjadi orang yang makin bijak dan berdampak.
Pemahaman yang makin baik tentang teologi Kristen sewajarnya membawa kita menjadi orang Kristen yang lebih baik, lebih bijak, lebih berdampak bagi komunitas kita. Ibarat dokter yang lebih bisa membantu banyak orang sakit ketika ia mendalami dan menerapkan ilmunya dengan baik. Ibarat petani yang bisa menuai panen lebih baik ketika ia belajar dan menerapkan pengetahuannya tentang pupuk, irigasi, dan teknologi pertanian terbaru.
Bila kehidupan kita sebagai orang Kristen hari ini sama saja dengan hidup kita lima-sepuluh tahun lalu, kita perlu waspada. Jangan-jangan kita sudah tidak bertumbuh lagi dalam pengenalan kita akan Tuhan. Paulus meminta kita untuk terus-menerus berubah melalui “pembaharuan budi” supaya kita dapat “membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2b). Kita yang sudah menerima Kristus seharusnya menjadi ciptaan baru yang “terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:10b).
Orang Kristen sudah sepatutnya menjadi orang yang bersemangat secara intelektual di dunia ini, karena Allah mau kita mengasihi-Nya dengan segenap hati dan segenap akal budi kita. Jangan biarkan “rasa malas berpikir” menghalangi kita untuk memuliakan Tuhan dalam berbagai bidang kehidupan. Mari dengan serius mendalami iman kita!