Hidup Lebih dari Sekadar Angka dan Kata
Oleh Hendra Winarjo, Surabaya
Sebagai seorang hamba Tuhan yang melayani jemaat, tidak jarang aku mendengar beberapa cerita dari mereka yang saat ini bisa bertahan di tengah resesi ekonomi global seperti ini: “Kalau aku hitung-hitung pemasukanku dan pengeluaranku, itu sebetulnya minus. Tapi aneh, kok aku masih bisa bertahan, ya?” Ada lagi yang pernah berkata, “Kata orang kalau baru jadi agen properti 6 bulan awal belum tentu bisa closing. Bahkan kalau pun ada setidaknya cuma 1. Tapi, kok aku sudah lebih dari dua, ya?”
Sayangnya, tak jarang pula aku mendengar kisah-kisah yang sebaliknya. Ada yang menurut perhitungan akan menguntungkan, tapi realitanya berkata lain. Justru yang ada hanyalah kerugian. Ada juga yang menurut kata orang, atau prediksi para ahli di bidangnya bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja, tapi ternyata ujungnya tidak demikian. Beberapa waktu lalu aku juga baru saja kehilangan seorang kerabat yang menurut kata banyak orang dia sebetulnya akan baik-baik saja. Cukup dirawat, diobati, dan melakukan transfusi darah di rumah sakit, maka akan sembuh pada waktunya, demikian yang kudengar. Namun, setelah dua hari dirawat di rumah sakit, aku justru mendengar kabar yang sebaliknya. Tuhan ternyata punya rencana lain untuknya. Ia pun kini telah pergi ke pangkuan Bapa.
Kisah-kisah ini menuntunku pada satu pemikiran penting yang harus kita sadari bersama sebagai anak-anak Tuhan, bahwa hidup itu lebih dari sekadar angka dan kata. Lebih dari sekadar angka bicara soal kehidupan kita yang sulit untuk dihitung, dikalkulasi, dan diprediksikan. Sekalipun ada lagu gereja yang berjudul “Hitung Berkatmu,” tapi percayalah ada terlalu banyak berkat Tuhan yang sebetulnya luput dari perhitungan kita. Kita juga terbatas untuk bisa mengira-ngira segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan.
Berkat Tuhan pun jauh lebih banyak daripada yang dapat kita hitung. Bayangkan, pernahkah kamu menghitung berapa banyak saturasi oksigen yang kamu hirup setiap hari? Pernahkah kamu menghitung keteraturan alam semesta, seperti gaya gravitasi yang memungkinkan adanya kehidupan di bumi ini sebagai berkat Tuhan? Atau, kita sudah terlalu lama hanya menikmatinya saja, tanpa pernah menghitungnya sebagai berkat Tuhan bagi kita? Tapi, sekali lagi, kalau pun kita menghitungnya, satu hal yang perlu kita sadari adalah Tuhan bekerja melampaui apa yang bisa kita hitung. Begitu juga dengan pergumulan dosa kita. Sudah berapa kali kita jatuh dan bangun di dalam dosa yang sama? Tapi anugerah Allah yang sama di dalam Kristus itu juga masih menopang kita untuk dapat bangkit lagi dan lagi melawan dosa.
Tidak hanya lebih angka, hidup juga lebih dari kata. Ketika hidup lebih dari sekadar kata, maka ini bicara soal kehidupan kita yang sulit untuk diatur dan diperkirakan. Ada berapa banyak orang yang hari ini punya berbagai teori, “kalau kamu lakukan X, maka kamu akan dapatkan Y.” Misalnya, aku pernah mendengar seorang yang berkata, “kalau kamu mau istrimu punya anak laki-laki, maka dia harus makan lebih banyak daging, daripada sayuran.” Pertanyaannya, apa jaminannya? Siapa kamu yang berteori seperti itu? Apakah teorimu cocok dengan kehendak Tuhan? Belum tentu, ‘kan?
Tuhan Yesus pun pernah dicobai oleh Iblis dengan teori “jika-maka” di padang gurun. Di antara ketiga teori sekaligus pencobaan itu, dalam Matius 4:9, misalnya, si Iblis berteori bahwa “semua itu (semua kerajaan dunia dengan kemegahannya) akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Pertanyaan yang sama bisa kita ajukan, apa jaminannya si Iblis akan memberikan semua itu pada Tuhan Yesus? Siapa dia untuk berteori begitu?
Pada kenyataannya, Tuhan Yesus tidak tunduk dan berusaha menyenangkan hati si Iblis dengan mengaplikasikan teori-teorinya. Kita semua tahu betul bahwa kisah pencobaan di padang gurun itu (Mat. 4:1-11 dan Luk. 4:1-13) justru menunjukkan bahwa bukan kata-kata Iblislah yang berkuasa, tapi kata-kata Tuhan. Setiap kali Tuhan Yesus menjawab Iblis, Ia selalu mengutip firman Tuhan (Mat. 4:4, 7, 10). Apa artinya? Kehidupan yang kita jalani memang betul lebih dari kata, tapi kata yang dimaksud ialah kata-kata manusia, termasuk kata-kata si jahat. Tidak ada satu pun kata-kata di dunia ini yang lebih berkuasa daripada kata-kata Tuhan. Karena itu, sangat aneh apabila selama hidup kita terus menuruti kata-kata orang, daripada kata-kata Tuhan.
Ketika kehidupan kita tunduk pada dua fakta, yaitu lebih dari angka dan lebih dari kata, maka itu artinya kita perlu menjalani hidup ini dengan penuh kerendahan hati. Jangan pernah berpikir kita bisa mengetahui semua yang akan terjadi di masa depan dengan pikiran kita sendiri. Bukankah sudah ada cukup banyak bukti yang acapkali bicara di luar perhitungan dan perkataan kita maupun orang lain?
Mari kita lebih andalkanlah Tuhan dan firman-Nya di dalam hidup ini. Aku berharap ketika kamu menemui jalan buntu dan seolah-olah tidak ada jalan keluar di dalam hidupmu, maka itu adalah ajakan untukmu untuk lebih percaya pada hati Tuhan dan hadirat-Nya. Sebab, sesungguhnya Tuhan sendiri pun bekerja melampaui angka dan kata, lebih dari yang dapat kita pikirkan dan perkatakan. Ia sudah pernah membuktikan itu ketika Ia merespons masalah dosa manusia, bukan hanya lewat kata-kata, tapi lewat aksi nyata di atas kayu salib. Kiranya Injil Kristus ini menolong kita untuk menjalani kehidupan kita yang serba tidak pasti seperti hari ini. Amin.
Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥