Posts

Tetangga Dekat

Selasa, 11 Februari 2020

Tetangga Dekat

Baca: Amsal 27:1-10

27:1 Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.

27:2 Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri.

27:3 Batu adalah berat dan pasirpun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh.

27:4 Panas hati kejam dan murka melanda, tetapi siapa dapat tahan terhadap cemburu?

27:5 Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.

27:6 Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.

27:7 Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.

27:8 Seperti burung yang lari dari sarangnya demikianlah orang yang lari dari kediamannya.

27:9 Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, tetapi penderitaan merobek jiwa.

27:10 Jangan kautinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang. Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh.

Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh.—Amsal 27:10

Tetangga Dekat

Seperti juga banyak tempat lain, lingkungan kediaman kami menggunakan situs web untuk membantu warga terhubung langsung dengan satu sama lain. Warga lingkungan kami saling memperingatkan manakala ada penampakan singa gunung yang berkeliaran, membagikan perintah evakuasi karena kebakaran hutan, atau menawarkan bantuan menjaga anak bila dibutuhkan. Situs web tersebut bahkan terbukti berguna untuk mencari hewan peliharaan yang hilang. Warga yang tinggal berdekatan satu sama lain dapat memanfaatkan kecanggihan internet untuk kembali terhubung dengan cara-cara yang sering kali terlalaikan di tengah arus dunia yang begitu cepat dewasa ini.

Berhubungan baik dengan orang-orang yang tinggal berdekatan juga dirasa penting pada zaman dahulu ketika Raja Salomo berkuasa. Meski hubungan keluarga sangat penting dan dapat menjadi sumber dukungan yang besar, Salomo menunjukkan bahwa peran seorang teman sangatlah penting—terutama “dalam kesukaran” (Ams. 27:10 BIS). Kerabat mungkin sangat peduli kepada anggota keluarganya dan berkeinginan membantu dalam hal tersebut. Namun, jika mereka tinggal berjauhan, tidak banyak yang bisa mereka lakukan ketika masalah terjadi. Sementara itu, karena tinggal berdekatan, tetangga bisa lebih cepat mengetahui kebutuhan yang mendesak itu dan lebih sigap membantu.

Karena teknologi telah memudahkan kita untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang kita cintai di mana pun mereka berada, kita mungkin terancam mengabaikan orang-orang yang tinggal di dekat kita. Ya Tuhanku, tolonglah kami untuk membina hubungan dengan orang-orang yang Engkau tempatkan di sekeliling kami!—Kirsten Holmberg

WAWASAN
Kitab Amsal terdiri dari dua bagian utama. Setelah pembukaan yang memperkenalkan kitab tersebut (1:1-7), sembilan pasal pertama mengandung wejangan. Isinya ajaran seorang ayah kepada anak lelakinya. Bagian kedua dari Amsal (pasal 10–31) mengandung amsal-amsal yang sesungguhnya. Amsal adalah observasi, dorongan, atau larangan singkat yang sering kali terlihat sebagai saran yang sederhana dan praktis. Keliru jika kita membaca amsal-amsal ini secara terpisah tanpa mempertimbangkan tema dari seluruh kitab tersebut—hubungan antara hikmat dan relasi dengan Allah—karena hanya kehidupan yang dikuatkan atau dipimpin Roh Kuduslah yang dapat menghidupi hikmat itu secara konsisten.

Siapa yang pernah menolongmu di saat kamu sangat membutuhkan pertolongan? Bagaimana kamu bisa hadir bagi orang-orang yang tinggal di dekatmu?

Terima kasih, ya Allah, karena Engkau memberikan kami tetangga-tetangga agar kami mempedulikan satu sama lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 11-12; Matius 26:1-25

Ikut Merasakan

Senin, 10 Februari 2020

Ikut Merasakan

Baca: Roma 12:9-16

12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.

12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

12:13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!

12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!

12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

12:16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!—Roma 12:15

Ikut Merasakan

Di tahun 1994, hanya dalam kurun waktu dua bulan, sebanyak satu juta orang Tutsi dibantai di Rwanda oleh suku Hutu yang begitu bernafsu menghabisi saudara-saudara sebangsanya itu. Usai terjadinya genosida yang mengerikan ini, Uskup Geoffrey Rwubusisi meminta istrinya Mary untuk melayani para wanita yang telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Jawab Mary, “Aku hanya ingin menangis.” Mary sendiri juga kehilangan banyak anggota keluarganya. Layaknya pemimpin yang bijaksana dan suami yang peduli, sang uskup menanggapi dengan berkata: “Mary, kumpulkan wanita-wanita itu dan menangislah bersama mereka.” Ia tahu kepedihan yang dialami istrinya telah menyiapkannya untuk mampu merasakan kepedihan yang dialami orang lain.

Sebagai keluarga Allah, gereja menjadi tempat bagi kita untuk membagikan seluruh hidup kita—yang baik maupun yang kurang baik. Kata “saling” dalam Perjanjian Baru sering kali digunakan untuk menjelaskan ketergantungan kita satu terhadap yang lain. “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. . . . Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama” (Rm. 12:10,16). Jangkauan keterhubungan kita diungkapkan di ayat 15: “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.”

Mungkin apa yang kita alami belum seberapa dibandingkan dengan para korban genosida, tetapi kepedihan kita juga terasa nyata dan menyakitkan. Seperti yang dialami Mary, oleh karena apa yang telah Allah kerjakan bagi kita, kita dapat menerima kepedihan itu dan berbagi penghiburan kepada orang lain demi kebaikan mereka.—Arthur Jackson

WAWASAN
Kebanyakan surat Paulus ditujukan kepada gereja-gereja yang dirintis olehnya dan timnya, tetapi Roma (seperti Kolose) merupakan pengecualian. Jadi bagaimana gereja Roma dirintis? Salah satu teori mengatakan bahwa gereja tersebut mulai terbentuk pada hari Pentakosta—hari terbentuknya gereja. Pada hari itu, ketika para murid Yesus yang kurang berpendidikan mulai berkata-kata dalam bahasa yang sebelumnya tidak mereka pelajari, Lukas mencatat asal tempat dari orang-orang yang telah berkumpul untuk ikut serta dalam perayaan di Yerusalem. Di antara mereka adalah “pendatang-pendatang dari Roma” (Kisah Para Rasul 2:10). Teorinya adalah bahwa para pendengar itu membawa pesan Inji kembali ke kampung halaman mereka dan mulai menginjil di kota tersebut—kota terkuat di dunia pada waktu itu. Hal ini menghasilkan pendirian gereja di Roma yang menerima surat Paulus yang paling kental nuansa teologinya, yaitu kitab Roma.—Bill Crowder

Pernahkah kamu mengizinkan orang lain ikut merasakan kepedihanmu? Bagaimana tubuh Kristus—gereja—membantumu mengatasi masa-masa sulit dalam hidup ini?

Allah yang Pemurah, ampunilah keenggananku untuk turut merasakan penderitaan orang lain. Tolonglah aku untuk hidup lebih sungguh sebagai anggota gereja-Mu yang terhubung dengan jemaat lainnya.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 8-10; Matius 25:31-46

Kabar Baik!

Kamis, 28 Februari 2019

Kabar Baik!

Baca: Mazmur 51:1-9

51:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud,51:2 ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba.51:3 Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!

51:4 Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!

51:5 Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.

51:6 Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.

51:7 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.

51:8 Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.

51:9 Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!

Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu. —Mazmur 51:3

Kabar Baik!

Saya membaca kisah yang begitu menyentuh dalam sebuah artikel singkat di surat kabar. Setelah mengikuti program pembinaan iman tentang cara mempererat ikatan keluarga, sekelompok narapidana memperoleh kesempatan langka. Mereka diizinkan menerima kunjungan terbuka dari keluarga mereka. Ada sejumlah narapidana yang bertahun-tahun belum pernah bertemu dengan anak-anak mereka. Kali ini, mereka tidak hanya berbicara melalui pembatas kaca, melainkan boleh bersentuhan dan berpelukan dengan keluarga yang mereka kasihi. Air mata pun mengalir ketika hubungan dalam keluarga para narapidana itu bertambah erat dan mengalami pemulihan.

Bagi kebanyakan pembaca, artikel itu hanya cerita biasa. Namun, bagi keluarga-keluarga tersebut, kesempatan untuk saling berpelukan adalah peristiwa yang mengubahkan hidup—bagi sebagian yang lain, hal itu menjadi awal dari pengampunan dan rekonsiliasi.

Pengampunan dosa dan perdamaian yang Allah tawarkan melalui Anak-Nya sesungguhnya lebih dari sekadar fakta dalam iman Kristen. Rekonsiliasi yang diceritakan dalam artikel di atas mengingatkan kita bahwa pengorbanan Yesus merupakan kabar baik, tak hanya bagi dunia, tetapi juga bagi kamu dan saya secara pribadi.

Pada saat kita tertekan oleh rasa bersalah karena pelanggaran yang pernah kita lakukan, kabar baik itu menjadi suatu kepastian yang dapat kita andalkan. Fakta tentang belas kasihan Allah yang tak berkesudahan itu patut kita terima secara pribadi: karena Yesus telah mati bagi kita, kita boleh datang kepada Bapa dalam kondisi suci, “lebih putih dari salju” (Mzm. 51:9). Ketika kita sadar bahwa kita tak layak untuk diampuni, kita dapat berpegang pada satu hal yang selalu bisa diandalkan: kasih setia Allah dan belas kasihan-Nya (ay.3). —Leslie Koh

Bapa, ampuni aku jika aku pernah memandang remeh belas kasih dan cinta-Mu. Terima kasih atas berkat dan hak istimewa yang indah ini, sesuatu yang tak layak kuterima tetapi yang Engkau berikan secara cuma-cuma.

Pengampunan adalah kabar baik yang luar biasa bagi setiap orang!

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 20-22; Markus 7:1-13

Ayah dan Anak

Kamis, 8 November 2018

Ayah dan Anak

Baca: Efesus 4:31-32

4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya. —Maleakhi 4:6

Ayah dan Anak

Ayah saya adalah ayah yang baik, dan saya pun anak yang cukup taat. Namun, saya telah lalai memberikan kepada ayah satu hal yang seharusnya bisa saya berikan, yaitu diri saya sendiri.

Ayah saya pendiam; saya juga. Kami sering bekerja bersama selama berjam-jam tanpa saling berbicara. Ia tak pernah menanyakan apa-apa kepada saya; saya juga tak pernah menceritakan keinginan, cita-cita, harapan, dan ketakutan saya kepadanya.

Suatu saat, saya menyadari sikap saya yang tidak terbuka itu. Rasanya kesadaran itu muncul saat putra sulung saya lahir, atau saat satu demi satu, putra-putra saya beranjak dewasa. Sekarang saya berharap seandainya dahulu saya bisa dekat dengan ayah saya.

Saya pun terpikir tentang semua hal yang seharusnya bisa saya bicarakan dengan ayah, juga segala hal yang bisa ia katakan kepada saya. Dalam pemakamannya, saya berdiri di samping peti jenazahnya sambil bergumul untuk memahami perasaan saya sendiri. “Sudah terlambat untuk semuanya, bukan?” kata istri saya dengan pelan. “Betul,” jawab saya.

Saya terhibur oleh keyakinan bahwa pemulihan yang sempurna akan terjadi di surga kelak, karena di sanalah Tuhan akan menghapus segala air mata (Why. 21:4).

Bagi orang beriman, kematian bukanlah akhir dari kedekatan kita, melainkan awal dari keberadaan kekal yang tidak lagi mengandung kesalahpahaman; hubungan akan dipulihkan dan kasih akan bertumbuh selamanya. Di sana, hati anak-anak akan berbalik kepada bapanya, dan hati para bapa berbalik kepada anak-anaknya (Mal. 4:6). —David H. Roper

Bapa, terima kasih karena Engkau mengampuniku dan memberiku kesempatan untuk menikmati hubungan yang telah dipulihkan dengan-Mu. Tolonglah usahaku untuk memperbaiki hubungan yang rusak dengan orang lain dan mempererat hubungan dengan orang-orang terdekat sembari menantikan pemulihan di hadapan-Mu kelak.

Dengan kasih dan kuasa Allah, upayakanlah menjalin kedekatan dengan orang lain selagi masih ada waktu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 43-45; Ibrani 5

Maafkan Saya

Rabu, 7 November 2018

Maafkan Saya

Baca: Kolose 3:12-17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. —Kolose 3:13

Maafkan Saya

Pada tahun 2005, Collins memalsukan sebuah laporan yang membuat McGee dipenjara selama empat tahun. McGee bersumpah akan mencari Collins saat ia keluar dari penjara dan “membalaskan sakit hatinya”. McGee akhirnya terbukti tidak bersalah, tetapi ia sudah kehilangan semuanya. Sementara itu, semua laporan palsu Collins terbongkar. Ia pun dipecat dari pekerjaannya dan dijebloskan ke dalam penjara. Namun, kedua pria itu percaya kepada Kristus saat mereka berada di penjara.

Pada tahun 2015, keduanya baru mengetahui bahwa mereka sama-sama bekerja di lembaga pelayanan. Collins mengingat kembali pertemuannya, “Saya [berkata pada McGee], ‘Jujur, aku tak bisa membela diri, aku hanya bisa minta maaf.’” “Hanya itu yang perlu kudengar,” kata McGee yang memaafkan Collin dengan tulus. Kedua pria itu dapat berdamai karena mereka sama-sama mengalami kasih dan pengampunan Allah yang tiada bandingnya. Allah akan memampukan setiap kita untuk mengampuni “sama seperti Tuhan telah mengampuni [kita]” (Kol. 3:13).

Sekarang kedua pria itu bersahabat dekat. “Kami punya misi bersama, . . . untuk mengatakan kepada dunia bahwa jika kamu harus meminta maaf kepada seseorang, tanggalkan kebanggaan dirimu, dan mintakanlah maaf,” kata Collins. “Jika kamu masih bermasalah dengan seseorang, buanglah kepahitan yang ada, karena menyimpan kepahitan sama seperti kita meminum racun dan berharap itu melukai orang lain.”

Allah memanggil orang percaya untuk hidup dalam kedamaian dan kesatuan. Jika kita “menaruh dendam terhadap yang lain,” kita dapat membawa perasaan kita itu kepada Allah. Dia akan menolong kita untuk berdamai kembali (ay.13-15, Flp. 4:6-7). —Alyson Kieda

Bapa, terima kasih karena Engkau telah mengampuni kami saat kami datang kepada-Mu dengan penuh penyesalan atas dosa-dosa kami. Tolonglah kami untuk menerima pengampunan-Mu dan rela mengampuni orang lain juga.

Kristus membebaskan kita agar kita dapat mengampuni sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 40-42; Ibrani 4

Pertemanan yang Unik

Jumat, 9 Februari 2018

Pertemanan yang Unik

Baca: Yesaya 11:1-10

11:1 Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.

11:2 Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;

11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.

11:4 Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.

11:5 Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.

11:6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.

11:7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.

11:8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.

11:9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.

11:10 Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.

Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama. —Yesaya 11:6

Pertemanan yang Unik

Teman-teman saya di Facebook sering mengunggah video pertemanan antarbinatang yang unik dan menarik. Baru-baru ini saya menonton video tentang anak anjing dan babi yang tak terpisahkan, pertemanan antara rusa dan kucing, serta tentang orang utan yang menjadi induk beberapa anak harimau.

Saat menonton pertemanan yang manis tetapi tidak lazim itu, saya teringat pada Taman Eden. Dalam lingkungan tersebut, hubungan Adam dan Hawa bersama Allah dan di antara mereka berdua terjalin harmonis. Karena Allah memberi mereka tumbuhan untuk dimakan, saya membayangkan bahwa binatang pun hidup bersama dalam damai (Kej. 1:30). Namun, lingkungan yang harmonis itu terganggu saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (3:21-23). Sekarang, baik dalam hubungan antarmanusia maupun antarciptaan, kita melihat pergumulan dan konflik di mana-mana.

Namun, Nabi Yesaya meyakinkan kita bahwa suatu hari nanti, “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama” (yes. 11: 6). Banyak yang menafsirkan bahwa hal itu akan terjadi suatu hari kelak ketika Yesus datang kembali untuk memerintah. Saat Dia datang kembali, tidak akan ada lagi perpecahan dan “maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi . . . dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why. 21:4). Di bumi yang diperbarui itu, keharmonisan ciptaan akan dipulihkan seperti semula dan orang-orang dari setiap suku, bangsa, dan bahasa akan bersama menyembah Allah (7:9-10; 22:1-5).

Sebelum itu tiba, selama kita masih di dunia, Allah dapat menolong kita memulihkan hubungan yang retak dan menjalin pertemanan baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. —Alyson Kieda

Bapa, tolong kami untuk meruntuhkan penghalang dan berusaha berteman dengan orang lain; dan saat melakukannya, mampukan kami menjadi saksi Injil-Mu.

Kelak Allah akan memulihkan damai yang sempurna di dalam dunia.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 6-7; Matius 25:1-30

Mampir Sebentar

Sabtu, 2 Juli 2016

Mampir Sebentar

Baca: Lukas 19:1-9

19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.

19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.

19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.

19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”

19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.

19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

19:9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.

Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu. —Lukas 19:5

Mampir Sebentar

Semasa saya kanak-kanak, keluarga kami melakukan perjalanan dari Ohio ke Virginia Barat setiap bulannya untuk mengunjungi orangtua dari ibu saya. Setiap kali kami tiba di depan pintu peternakan mereka, nenek akan menyambut kami dan berkata, “Ayo, mampir sebentar.” Itulah caranya mengajak kami masuk ke rumahnya, menikmati waktu, dan bercengkerama sambil melepas rasa rindu.

Kesibukan bisa menyita kehidupan kita. Di dunia yang menuntut kita terus bergerak, sangatlah sulit untuk bisa benar-benar mengenal orang lain. Tidak mudah untuk meminta seseorang “mampir sebentar” dan meluangkan waktu bersama kita. Kita merasa bisa menyingkat waktu dengan mengirimkan pesan pendek melalui telepon seluler dan langsung menyampaikan pokok permasalahannya.

Namun lihatlah apa yang dilakukan Yesus ketika Dia ingin mengubahkan hidup seorang pemungut cukai. Dia hendak mengunjungi rumah Zakheus untuk “mampir sebentar” dan berkata, “Aku harus menumpang di rumahmu” (Luk. 19:5). Ucapan Yesus menunjukkan bahwa Dia tidak sekadar mampir, melainkan Dia hendak meluangkan waktu bersama Zakheus. Hidup Zakheus pun berubah karena pertemuannya dengan Yesus.

Di bagian depan garasi rumah nenek saya terdapat sejumlah kursi. Kursi-kursi itu menjadi lambang dari sambutan hangat yang diberikan kepada siapa saja yang mampir sebentar untuk bercengkerama di sana. Jika kita ingin mengenal seseorang dan memberikan pengaruh yang mengubahkan hidupnya—seperti yang Yesus lakukan bagi Zakheus— kita perlu meluangkan waktu bersamanya. —Dave Branon

Ya Tuhan, saat aku melihat orang-orang yang mengisi hidupku, tolonglah aku untuk menyediakan waktu bagi mereka—untuk menguatkan, mendorong, atau bahkan sekadar berbincang dengan mereka.

Bisa jadi, hadiah terbaik yang dapat kamu berikan kepada orang lain adalah waktumu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 22-24; Kisah Para Rasul 11

Artikel Terkait:

Aku Menutup Akun Media Sosialku, dan Inilah yang Terjadi

Dahulu, Albert adalah orang yang mempunyai banyak sekali media sosial. Suatu hari, sebuah kata-kata temannya membuatnya merenungkan mengapa dia menggunakan semua media sosial tersebut.