Posts

Hei, aku tahu cerita ini bicara tentang apa!

out-of-the-box-id

Sang singa melompat, merebut buah yang dipegang si pemanah muda, lalu memakannya. Sedetik kemudian, tubuhnya jatuh ke tanah. Si pemanah muda tertegun saat menyadari bahwa buah itu ternyata beracun dan sang singa telah berkorban nyawa untuk menyelamatkannya. Pengorbanan. Pemberian terbesar yang melambangkan anugerah Allah dalam Yesus Kristus. Sama seperti sang singa menggantikan si pemanah muda memakan buah beracun itu, kita tahu bahwa Yesus juga menggantikan kita yang berdosa dengan mati di kayu salib bagi dosa-dosa kita. Dan sama seperti si pemanah muda, sebenarnya kita tidak layak menerima anugerah itu.

Jika kita merasa cerita ini bukan untuk kita yang sudah lama mengikut Kristus, mari ambil waktu sejenak memikirkan bagaimana hidup kita telah bertumbuh sejak kita menerima Kristus. Adakah kita mengalami sukacita dalam hubungan kita dengan Allah? Apakah kita menemukan kepuasan hidup di dalam Dia dan di dalam ketetapan-ketetapan-Nya? Atau, apakah kita terus menerus merasa tidak puas dan menginginkan apa yang ditawarkan dunia ini?

Ingatlah kapan terakhir kali kita melanggar batasan moral yang Allah berikan (sama seperti si pemanah muda memanjat keluar batas) untuk melakukan sesuatu yang melawan kehendak-Nya. Mungkin kita ikut bergosip, menggunjingkan orang lain, atau menghalalkan segala cara demi menjadi kaya, berkuasa, dan terkenal. Mungkin kita sulit bersyukur, tidak pernah merasa puas dengan hidup kita, selalu merasa rumput tetangga lebih hijau. Mengapa kita memilih untuk tidak menghiraukan Allah, dan apa akibatnya bagi hidup kita?

Kita tentu tahu bahwa menjadi seorang Kristen tidak menjamin kehidupan kita berjalan mulus, bebas dari godaan, kesulitan, dan penderitaan. Faktanya, hidup kita mungkin justru akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Tetapi, tak peduli seberapa sering kita gagal, kita dapat selalu berpegang pada satu kebenaran yang tidak pernah berubah selamanya. Yesus telah mati menebus dosa-dosa kita—dosa-dosa di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Kita dapat selalu kembali kepada-Nya, kapan pun, di mana pun kita berada. Jika Allah sendiri tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Dia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Kita mendapat penghiburan yang besar mengetahui bahwa Allah ada di pihak kita. Tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Baca Roma 8:31-39).

Ini waktunya untuk kembali hidup dalam batas-batas yang telah ditetapkan Allah, kembali menjalani hidup bersama Dia yang tahu dan menginginkan apa yang terbaik bagi kita.