Posts

Abaikan Komentar Negatif

Senin, 16 September 2019

Abaikan Komentar Negatif

Baca: Amsal 26:4-12

26:4 Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.

26:5 Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.

26:6 Siapa mengirim pesan dengan perantaraan orang bebal mematahkan kakinya sendiri dan meminum kecelakaan.

26:7 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh.

26:8 Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal.

26:9 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk.

26:10 Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat adalah seperti pemanah yang melukai tiap orang.

26:11 Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.

26:12 Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.

Pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih. —Kolose 4:5-6

Abaikan Komentar Negatif

Pernahkah kamu dinasihati untuk tidak menanggapi komentar-komentar negatif? Ada masalah baru yang marak di dunia digital sekarang, yaitu para pengguna media online yang berulang kali secara sengaja menuliskan komentar-komentar yang menghasut dan menyakitkan di kolom komentar berita atau media sosial. Mengabaikan komentar-komentar negatif tersebut akan menjaga arah percakapan untuk tidak keluar dari jalurnya.

Tentu, komentar yang negatif dan tidak produktif bukanlah persoalan yang hadir pada zaman sekarang saja. Nasihat untuk mengabaikannya dapat kita baca di Amsal 26:4, suatu nasihat yang memperingatkan kita bahwa berdebat dengan orang sombong dan bebal akan membuat kita menjadi sama seperti mereka.

Walaupun demikian, orang yang terlihat paling keras kepala sekalipun tetaplah manusia yang berharga karena menyandang gambar dan rupa Allah. Bila kita terburu-buru menolak seseorang, bisa jadi kitalah yang sombong dan bebal terhadap anugerah Allah (lihat mat. 5:22).

Mungkin itulah mengapa Amsal 26:5 memberikan nasihat yang berlawanan sama sekali dengan ayat sebelumnya. Sikap hati yang merendahkan diri dan bergantung penuh kepada Allah sangat kita perlukan untuk mengetahui cara terbaik dalam mengasihi sesama kita di setiap saat (lihat Kol. 4:5-6). Kita pun tahu kapan seharusnya kita berbicara dan kapan perlu berdiam diri.

Kiranya hati kita dipenuhi damai sejahtera saat menyadari bahwa Allah yang dahulu menarik kita kepada-Nya di saat kita masih menjadi seteru-Nya (rm. 5:6) juga sedang berkarya dengan penuh kuasa di dalam hati setiap orang. —Monica Brands

WAWASAN
Kitab-kitab Hikmat dalam Perjanjian Lama (Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung) adalah puisi Ibrani yang menggunakan berbagai teknik sastra. Dalam Amsal 26, dipakai majas metafora dan analogi. Orang bodoh dibandingkan dengan cuaca yang tidak cocok untuk musimnya (ay.1), binatang yang harus dikekang (ay.3), kaki yang tidak berguna (ay.7), dan perangkap yang tidak bisa digunakan (ay.8). Perbandingan tersebut mengingatkan kita bahwa pilihan-pilihan yang bodoh akan merusak diri sendiri. —Bill Crowder

Pernahkah kamu menyaksikan bagaimana Allah menggunakan cara yang berbeda-beda untuk menjamah hati seseorang? Bagaimana kamu dapat lebih peka dalam menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih?

Allah yang Mahakasih, mampukan aku membagikan kasih-Mu kepada orang-orang di sekitarku.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 25-26; 2 Korintus 9

Handlettering oleh Novelia

Penjinak Lidah

Kamis, 12 September 2019

Penjinak Lidah

Baca: Yakobus 3:1-6

3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.

3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.

3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.

3:6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. —Efesus 4:29

Penjinak Lidah

Dalam buku West with the Night, penulis Beryl Markham menerangkan usahanya menjinakkan Camciscan, seekor kuda jantan yang beringas. Ternyata upaya itu tidak mudah. Apa pun strategi yang diterapkan, Markham tidak pernah benar-benar berhasil menjinakkan kuda jantan itu, bahkan hanya pernah menaklukkannya satu kali.

Berapa banyak dari kita pernah merasakan kesulitan yang sama dalam pergumulan menjinakkan lidah kita? Ketika Yakobus membandingkan lidah dengan kekang pada mulut kuda atau dengan kemudi kapal (Yak. 3:3-5), ia juga mengeluhkan, “dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi” (ay.10).

Jadi, bagaimana kita dapat menjinakkan lidah? Rasul Paulus memberikan nasihat bagaimana kita dapat melakukannya. Pertama, hanya kebenaran yang boleh keluar dari mulut kita (ef. 4:25). Namun, bukan berarti kita boleh berbicara blak-blakan atau apa adanya dengan cara yang dapat menyakiti orang lain. Paulus menyambungnya dengan nasihat, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun” (ay.29). Kita juga harus membuang sampah yang mengotori: “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan” (ay.31). Apakah itu mudah? Tidak, jika kita berusaha melakukannya sendiri. Syukurlah, kita mempunyai Roh Kudus yang menolong kita jika kita bergantung kepada-Nya.

Markham menyadari bahwa dibutuhkan konsistensi untuk dapat menjinakkan Camciscan dan mengalahkan sifat keras kepalanya. Demikian juga jika kita hendak menjinakkan lidah. —Linda Washington

WAWASAN
Siapakah Yakobus, “hamba Allah” (1:1) dan penulis surat ini? Ada beberapa orang bernama Yakobus yang disebutkan dalam Perjanjian Baru. Yang paling menonjol adalah Yakobus anak Zebedeus sekaligus saudara Yohanes (Matius 4:21). Murid Kristus yang lain adalah Yakobus anak Alfeus (10:3). Yakobus Muda atau “yang muda” (BIS) disebutkan dalam Markus 15:40, tetapi beberapa pakar Alkitab mengatakan bahwa Yakobus Muda mungkin sama dengan Yakobus anak Alfeus. Ada pula Yakobus adalah ayah Yudas (bukan Iskariot, Lukas 6:16). Yang terakhir adalah Yakobus, saudara tiri Yesus (Matius 13:55; 1 Korintus 15:7; Galatia 1:19). Kemungkinan besar Yakobus saudara Yesus inilah yang menulis surat Yakobus. Yakobus anak Zebedeus adalah murid Kristus yang pertama dibunuh sebagai martir (Kisah Para Rasul 12:2), dan Yakobus yang lain tidak cukup penting untuk memberikan pengaruh sedemikian besar. —Bill Crowder

Menurutmu, hal apa yang paling sulit dalam usaha menjinakkan lidah? Langkah-langkah praktis apa yang dapat kamu ambil untuk berhasil di Minggu mendatang?

Tuhan Yesus, tolonglah aku mengawasi perkataan yang kuucapkan.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 13-15; 2 Korintus 5

Berjalan Mundur

Sabtu, 7 September 2019

Berjalan Mundur

Baca: Filipi 2:1-11

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,

2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Melainkan [Yesus] telah mengosongkan diri-Nya sendiri. —Filipi 2:7

Berjalan Mundur

Tanpa sengaja, saya menemukan potongan film milik kru berita Inggris yang merekam Flannery O’Connor saat masih berumur enam tahun di lahan pertanian keluarganya pada tahun 1932. Flannery menarik perhatian kru tersebut karena mengajari seekor ayam berjalan mundur. Bagi saya, terlepas dari uniknya perbuatan Flannery, potongan masa lampau itu adalah gambaran yang sempurna dari pencapaian Flannery di kemudian hari sebagai penulis terkenal. Lewat ketajaman sastra dan keyakinan imannya, Flannery menghabiskan tiga puluh sembilan tahun masa hidupnya berpikir dan menulis dengan “berjalan mundur”—melawan arus budaya pada masanya. Baik penerbit maupun pembaca dibuat tercengang karena tema-tema iman yang diangkatnya telah melawan arus pandangan agama yang lazim saat itu.

Kehidupan yang melawan arus juga tidak terhindarkan bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin meneladan Yesus. Dalam surat Filipi kita melihat bagaimana Yesus, yang “walaupun dalam rupa Allah”, melakukan sesuatu yang tak terduga dan tak lazim (flp. 2:6). Dia tidak menganggap kuasa-Nya “sebagai milik yang harus dipertahankan”, tetapi justru “mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba” (ay.6-7). Kristus, Tuhan atas seluruh ciptaan, telah menyerahkan nyawa-Nya karena kasih. Dia tidak mengejar gengsi tetapi justru menunjukkan kerendahan hati. Dia tidak merebut kekuasaan tetapi justru melepaskan kendali. Dengan kata lain, Yesus “berjalan mundur”—melawan arus dunia yang mengejar dan mengutamakan kuasa.

Kitab Suci memerintahkan kita untuk melakukan hal yang sama (ay.5). Seperti Yesus, kita dipanggil untuk melayani dan bukan mendominasi. Kita mengejar kerendahan hati dan tidak meninggikan diri. Kita harus lebih suka memberi daripada menerima. Dengan kuasa Tuhan Yesus, kita pun berani melawan arus. —Winn Collier

WAWASAN
Dalam Filipi 2:1-11, Paulus menasihati orang percaya untuk tidak terseret oleh kebudayaan mereka. Ia paham bahwa orang-orang percaya bisa saja digerakkan oleh “kepentingan sendiri” (ay.3), oleh ambisi atas kuasa atau kendali. Sangat wajar bila orang percaya di Filipi meneruskan kebiasaan yang mereka serap dari budayanya, suatu gaya hidup yang Paulus gambarkan sebagai “angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat” (ay.15). Namun, Paulus mendorong mereka untuk hidup “berpadanan dengan Injil Kristus” (1:27). Dalam pasal 2, ia memaparkan gaya hidup luar biasa yang seharusnya dinikmati oleh orang percaya, yaitu kasih yang berkorban (ay.1-4). Hidup dalam komunitas yang penuh kerukunan, sukacita, dan kebebasan hanya bisa terjadi bila kita mengikuti teladan Kristus (ay.5) dan tetap berakar dalam Roh, dipelihara, serta ditopang oleh-Nya (ay.1). —Monica Brands

Bagaimana Yesus memperlihatkan cara hidup yang melawan arus di dunia ini? Di manakah Allah memanggilmu untuk meneladan Kristus yang rendah hati?

Satu-satunya jalan menuju pemulihan, kebaikan, dan kemajuan, adalah dengan “berjalan mundur” dan melawan arus bersama Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 1-2; 1 Korintus 16