Pengaruh yang Lemah Lembut
Selasa, 30 Agustus 2016
Baca: Kolose 3:12-17
3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. —Kolose 3:12
Beberapa tahun sebelum menjadi presiden Amerika Serikat ke-26 (1901-1909), Theodore Roosevelt mendapat kabar bahwa putra sulungnya, Theodore Jr. (Ted), sedang sakit. Walaupun anaknya kembali pulih, penyebab dari penyakit Ted membuat Roosevelt terpukul. Dokter memberitahukan kepada Roosevelt bahwa dirinyalah penyebab sakitnya sang anak. Ted menderita “kelelahan mental” karena ditekan begitu keras oleh sang ayah untuk menjadi tipe “jagoan” yang tak bisa dicapai Roosevelt sendiri di masa kecilnya yang sakit-sakitan dahulu. Setelah mendengar hal itu, Roosevelt pun berjanji: “Mulai sekarang, aku takkan pernah lagi menekan Ted, baik secara jasmani maupun rohani.”
Sang ayah menepati janjinya. Sejak Kejadian itu, ia sangat berhati-hati dalam memperlakukan putranya. Kelak sang putra akan menjadi pahlawan yang dengan gagah berani memimpin penerjunan tentara sekutu di Pantai Utah dalam Perang Dunia II.
Allah telah mempercayakan kepada setiap dari kita kemampuan untuk mempengaruhi hidup orang lain. Kita memiliki tanggung jawab besar dalam setiap hubungan kita dengan sesama, tidak hanya kepada pasangan dan anak-anak kita, tetapi juga kepada teman, karyawan, dan pelanggan kita. Godaan untuk menekan mereka dengan keras, menuntut terlalu banyak, memaksakan diri untuk maju, atau mengakali cara-cara mencapai sukses dapat membuat kita tanpa sadar menyakiti orang lain. Karena itulah, pengikut Kristus dinasihati untuk bersabar dan saling bersikap lemah lembut (Kol. 3:12). Karena Yesus, Anak Allah, datang dalam kerendahan hati, bagaimana mungkin kita tidak bersikap sedemikian rupa kepada satu sama lain? —Randy Kilgore
Apakah yang kamu harapkan untuk orang-orang yang ada dalam hidupmu—di tempat kerja dan di rumah? Pikirkanlah pengaruh yang bisa kamu berikan kepada mereka. Bagaimana kamu bisa lebih mencerminkan karakter Yesus?
Yang Allah lakukan bagi kita sepatutnya kita lakukan juga bagi sesama.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 129-131; 1 Korintus 11:1-16
Saat Aku Merasa Tidak Dicintai
Semua manusia haus akan perhatian, cinta dan kasih sayang. Tidak terkecuali dengan Kelty. Sejak kecil hingga SMA, Kelty sangat sering merasa tidak dicintai, terutama oleh mamanya. Hal ini membuat dia sering membandingkan mamanya dengan mama orang lain. Bagaimana kisah lengkapnya? Baca kesaksiannya di dalam artikel ini.