Posts

5 Pertanyaan untuk Menguji Apakah Idolamu Telah Menjadi Berhalamu

apakah-idolamu-telah-menjadi-berhalamu

Oleh Grace Debora

Aku terbawa dalam demam Korea dan menjadi penggemar berat K-pop di tahun 2009. Pada waktu itu, aku sangat terobsesi dengan boyband yang beranggotakan 12 orang, Super Junior. Setiap jam istirahat, aku dan teman-temanku berkumpul dan dengan semangat membicarakan tentang personil-personil favorit kami, video Youtube yang semalam kami tonton, dan juga informasi-informasi yang kami gali tentang mereka.

Kultur pop telah mendarah daging dan menjadi bagian dari kehidupan anak muda sehari-hari. Siapa yang tidak kenal ratu pop, Taylor Swift, grup boyband terkenal asal Inggris, One Direction, boyband populer Korea, EXO, atau aktor pemeran drama hits Descendants of the Sun, Song Joong-ki? Dengan kemudahan memperoleh informasi, sangatlah gampang bagi kita untuk menjadi terobsesi dengan “idola” favorit kita dan tersedot ke dalam dunia dan keseharian mereka. Pada kasusku ini, kebiasaanku yang demikian berlangsung kira-kira selama 1 tahun hingga Tuhan menarikku kembali dan mengingatkanku bahwa fokus hidupku telah bergeser.

Istilah “idola” (dalam bahasa Inggris: idol), kini sering digunakan untuk menjelaskan siapapun yang kita puja atau idolakan. Namun di Alkitab, kata “idol” (“berhala”) menunjuk pada allah asing atau apapun yang menggantikan Allah dalam kehidupan kita. Bahkan, perintah pertama yang diberikan Allah kepada bangsa Israel adalah, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20:3). Di tengah-tengah kultur penyembahan berhala, Allah secara jelas memberi perintah pada umat-Nya agar mereka hanya menyembah Dia saja.

Allah juga menginginkan hal yang sama dari kita hari ini. Namun mula-mula, kita perlu mengidentifikasi apakah “berhala” yang kita miliki dalam hidup kita. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang menolongku mengidentifikasi ketika sesuatu sudah menggantikan Allah di hidupku:

1. Bagaimana kamu menggunakan waktumu?

Banyak waktu yang kita habiskan untuk melakukan sesuatu menunjukkan seberapa penting hal tersebut dalam hidup kita. Ketika aku sedang tergila-gila pada Super Junior, aku bisa menghabiskan seluruh waktuku sepulang sekolah hingga larut malam untuk mengunduh dan menonton video, dan membaca semua artikel tentang mereka.

2. Bagaimana kamu menggunakan energi dan uangmu?

Selain waktu, kita juga tanpa sadar akan menuangkan seluruh tenaga dan hal lain yang kita miliki untuk mengembangkan hal yang kita sukai. Aku rela menghabiskan banyak uangku untuk membeli album mereka, menonton konser, membeli merchandise mereka, bahkan dengan rela mengikuti program sosial yang diselenggarakan oleh klub fans internasional mereka. Selain itu, terkadang aku juga bisa tersulut emosi ketika orang menjelekkan grup favoritku ini—bahkan aku bisa membenci dan menjadi sangat marah kepada mereka.

3. Seberapa banyak konten tentang idolamu yang kamu simpan dalam ponselmu?

Apa yang kita cari di dunia maya, yang kita dengarkan, dan yang kita lihat di dalam media sosial kita mengindikasikan apa yang mengisi hidup kita. Ketika masa itu, ponselku benar-benar dipenuhi dengan gambar dan foto-foto Super Junior. Daftar musikku penuh dengan hampir seluruh lagu dari semua album yang pernah mereka keluarkan. Media sosialku penuh dengan update dari klub fans atau artis idolaku itu. Aku mengikuti banyak situs berita K-pop dan bahkan membuat akun dalam situs-situs tersebut hanya untuk dapat mengikuti perkembangan artis favoritku ini.

4. Bagaimana kondisi hidupmu saat ini?

Ketika Allah bukan lagi yang pertama dan yang terutama, maka hal ini akan tercermin melalui kondisi hidup kita. Hidup kita tidak akan lagi teratur dan semuanya menjadi kacau. Ketika masa-masa itu, jam tidurku menjadi kacau, tugas dan tanggung jawabku di sekolah berantakan dan hanya dikerjakan seadanya, pelayananku di gereja pun serasa kosong. Walaupun aku membaca Alkitab, pikiranku jauh sekali dari firman-Nya.

5. Apakah lingkungan pergaulanmu membawamu mendekat kepada Allah?

Ada peribahasa yang mengatakan bahwa burung yang sejenis terbang bersama dalam satu kelompok. Hal ini juga yang aku alami. Teman-temanku adalah mereka yang juga menyukai grup idola yang sama dan melakukan hal yang sama denganku. Perbincangan dan persahabatan kami awalnya terlihat asyik, tetapi sebenarnya ini pergaulan ini tidak membawaku ke mana-mana.

Aku pun mulai membatasi keterlibatanku di gereja dan tidak berusaha bergaul dengan orang lain di luar teman-temanku yang menyukai Super Junior. Aku pun merasa tidak perlu bergaul dengan kelompok yang lain karena merasa teman-temanku ini yang paling asyik. Di kemudian hari, aku pun menemukan bahwa beberapa temanku berhenti bergaul denganku karena mereka merasa tidak nyambung dan tidak nyaman.

* * *

Walaupun Allah telah menggunakan teman-temanku dan berbagai khotbah serta renungan untuk memperingatkanku, aku mengabaikan peringatan tersebut hingga suatu khotbah memaksaku untuk berpikir ulang mengenai siapa aku dan untuk apa aku hidup. Ketika itulah, aku menemukan bahwa aku telah menyia-nyiakan hidupku. Rasa bersalah dan penyesalan menyelimuti diriku ketika aku berhadapan dengan kenyataan bahwa bukan lagi Allah yang aku sembah. Aku telah menjadikan Super Junior berhalaku.

Aku pun bertobat. Aku menghapus semua video, membuang semua merchandise yang telah aku kumpulkan, intinya aku menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan Super Junior. Awalnya, hal ini sangat sulit—tetapi perasaan itu hanya bertahan seminggu. Hal yang paling sulit adalah tidak bisa mengikuti pembicaraan dengan teman-temanku. Meskipun demikian, aku bersyukur kepada Allah karena Ia menolongku mempertahankan teman-temanku. Allah juga mengembalikan sahabat-sahabatku yang sudah menjauh.

Berhala dapat memiliki berbagai macam bentuk. Itu bisa saja berupa pekerjaan kita, media sosial, drama televisi, atau bahkan pelayanan kita di gereja—apapun yang menyebabkan kita kehilangan fokus dan waktu pribadi dengan Allah. Pada waktu kuliah, aku terikat dengan film dan drama televisi. Tetapi, Allah kembali mengingatkanku dan memampukanku untuk berubah.

Allah tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berkubang dalam dosa. Ia mau kita hidup sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Karena itu, Ia pasti akan memakai berbagai cara untuk membawa kita kembali kepada-Nya. Jika kita merasa dan sadar bahwa Allah sedang mengingatkan kita untuk kembali kepada-Nya, segeralah taat dan berbalik. Mari jadikan Dia sebagai yang utama dalam hidup kita.

Baca Juga:

Hati-Hati, Jangan Sampai Hiburan Membuatmu Menjadi 3 Hal Ini

Joanna menyadari bahwa kecintaannya akan berita-berita dunia hiburan telah membuatnya menjadi 3 hal ini, dan sebuah ayat Alkitab telah menolongnya untuk dapat berubah. Baca kesaksian selengkapnya di dalam artikel ini.