Posts

Mengapa Aku Sulit Merasakan Sukacita?

Hari ke-21 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 4:4

4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Nick Vujicic adalah seorang penulis, motivator, dan evangelis asal Australia. Ia berselancar, bermain dengan anak-anaknya, dan berkeliling dunia. Terdengar biasa-biasa saja. Yang membuatnya menjadi inspirasi bagi banyak orang adalah kenyataan bahwa ia terlahir tanpa tangan dan kaki. Kondisi fisik Nick membuatnya menjadi bahan rundungan. Ia tidak hanya menghadapi tantangan secara fisik, tetapi juga turut menanggung luka batin.

Namun, Nick sadar bahwa Tuhan bisa menggunakan kecacatannya dengan cara yang luar biasa untuk membawa harapan dan kedamaian Yesus bagi mereka yang terluka. Dalam otobiografinya yang berjudul Life Without Limits (Hidup Tanpa Batasan), ia berkata, “Aku dan kamu sama sekali tidak berkuasa menentukan apa yang terjadi dalam kehidupan, kenyataan ini tidak terelakkan. Tetapi, kita dapat mengatur bagaimana kita merespon. Kamu dapat ditenggelamkan oleh ombak raksasa, atau kamu dapat berselancar di atasnya sampai ke pesisir.”

Dalam kisah awal kitab Filipi, Paulus melihat umat percaya di Filipi tengah menghadapi sejumlah pertentangan (1:28). Jika Paulus meminta mereka untuk meresponi Tuhan berdasarkan bagaimana mereka diperlakukan oleh orang lain, sudah pasti mereka akan putus asa. Sebaliknya, dari dalam jeruji besi Paulus menulis: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4). Paulus tidak meminta jemaat Filipi untuk bersukacita sewaktu-waktu. Ia menasihati mereka untuk bersukacita senantiasa.

Iman kita kepada Kristus mungkin tidak sampai membuat kita dipenjara atau dianiaya, tetapi banyak dari kita berhadapan dengan berbagai kesulitan di luar kendali kita. Bersukacita di dalam Tuhan bisa jadi adalah hal terakhir yang ingin kita lakukan. Kabar baiknya adalah, kita tidak perlu mengumpulkan kekuatan kita sendiri sebab Tuhanlah yang akan memampukan kita untuk bersukacita! Kita hanya perlu memegang teguh janji-Nya bagi kita, yaitu kasih yang tidak terukur tinggi, panjang, dalam, dan lebarnya.

Meskipun di tengah-tengah penderitaan, Paulus mampu tetap bersukacita di dalam Tuhan karena ia dapat melihat tangan Tuhan yang membimbingnya saat suka maupun duka. Aku sempat mengalami hal ini tahun lalu ketika kedua teman baikku meninggal dunia secara berturutan hanya dalam kurun waktu beberapa bulan.

Aku diliputi kedukaan. Di samping rasa sedih yang menggenang, rasa kehilangan juga membangkitkan amarah dalam hatiku. Bagaimana bisa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi padaku? Mengapa Ia mengambil kedua temanku di usia yang masih muda? Apa yang dapat kulakukan tanpa kehadiran dua teman yang membuatku bahagia?

Aku hancur, hingga terasa sulit bagiku untuk menyanyikan pujian penyembahan kepada Bapa Surgawi. Satu-satunya hal yang dapat kulakukan adalah berseru kepada-Nya, dan Ia menemuiku dalam rasa sakitku. Roh Kuduslah yang menjadi perantaraku dalam doa (Roma 8:26-27) dan memberiku kedamaian yang tidak bisa kuperoleh dengan kekuatanku sendiri. Tuhan telah mengubah cara pandangku. Daripada terus menangisi kehilangan, aku mulai bersukacita dengan sebuah pemahaman bahwa teman-temanku ada di tempat yang lebih indah.

Selama melewati musim kesedihan ini, aku diingatkan bahwa dengan menjadi pengikut Kristus bukan berarti jalan selalu lurus dan rata. Kesulitan akan tetap ada. Rasa sakit akan tetap dialami. Akan tiba saat di mana kita merasa kewalahan, dan menyerah nampaknya menjadi satu-satunya jalan keluar.

Tetapi, kehidupan Paulus dan Nick Vujicic mendorong kita untuk tetap menemukan sukacita besar di tengah kesukaran ketika kita berpengharapan di dalam Ia yang sanggup meredakan badai dan angin ribut kehidupan. Percayalah kepada Tuhan, dan pada waktu-Nya, Ia akan mengubah tangisan menjadi tarian dan kedukaan menjadi kesukaan (Mazmur 30:11-120)! Jangan biarkan dirimu ditenggelamkan ombak, belajarlah untuk berselancar di atasnya sampai ke pesisir. Bersukacitalah di dalam Tuhan senantiasa. Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah!—Deborah Fox, Australia

Handlettering oleh Robby Kurniawan

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Bagimu, bagaimanakah bersukacita “di dalam Tuhan”? Bagaimanakah ayat ini mengubah caramu melihat keadaan sekitarmu?

2. Apakah saat ini kamu sedang mengalami situasi sulit? Berdoalah dan minta Tuhan menolongmu melihat situasi yang kamu hadapi dengan cara pandang-Nya.

3. Adakah temanmu yang sedang bergumul? Renungkan bagaimana kamu dapat menjadi berkat baginya minggu ini.

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Deborah Fox, Australia | Deborah adalah penyuka sejarah yang terobsesi dengan musik Jazz, pakaian-pakaian retro, berdansa, melukis, dan kopi. Dia diberkati dengan kesempatan-kesempatan untuk berbagi kisah tentang kehidupan yang diubahkan Injil.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi