Posts

4 Pelajaran tentang Pertumbuhan Rohani yang Kudapatkan Saat Bermain Pokemon Go

pokemon-go

Oleh Sheila May

Pokemon Go!

Pembicaraan tentang game ini telah mewarnai hampir semua group chat dan media sosialku. Pokemon Go adalah sebuah permainan yang baru saja dirilis 2 minggu lalu, namun sudah menjadi sangat populer di berbagai belahan dunia. Misi dari game ini adalah untuk mengumpulkan berbagai jenis Pokemon di berbagai tempat yang ada di dunia maya yang adalah cermin dari tempat-tempat yang ada di dunia nyata.

Meskipun baru 2 minggu dirilis, game ini telah menyebar bagaikan virus, dan begitu banyak orang telah membicarakan dan memainkannya. Ada yang mengajak ibunya berburu Pokemon bersama. Ada yang menyewa jasa ojek untuk berburu Pokemon. Bahkan, Museum Nasional Indonesia mengajak para trainer (sebutan untuk pemain Pokemon Go) untuk datang dan berburu Pokemon di sana!

Karena penasaran, aku pun mencoba permainan ini. Ini adalah game pertama yang aku install di ponselku. Saat bermain game ini, ada beberapa pelajaran tentang pertumbuhan rohani yang aku dapatkan. Berikut adalah 4 pelajaran yang kudapatkan.

1. Aku perlu ikut dalam komunitas yang mendukung pertumbuhan rohani

Di dalam game Pokemon Go, Pokemon jenis tertentu berada di area tertentu. Misalnya, Pokemon jenis air biasanya bertebaran di area dekat laut, sungai, danau, atau area-area basah lainnya. Sedangkan Pokemon jenis tanah akan berkeliaran di taman, jalanan, dan area berumput.

Dari pengamatan tersebut, aku belajar bahwa jika aku menginginkan pertumbuhan rohani, aku perlu berada di tempat yang memungkinkanku untuk bertumbuh. Contohnya, aku dapat mengikuti persekutuan di gereja, atau ikut dalam komunitas yang berisi orang-orang yang juga rindu untuk bertumbuh. Lingkungan yang mendukung akan mendorongku untuk bertumbuh dengan lebih baik.

2. Aku perlu pertolongan Tuhan dan saudara seiman

Di dalam game Pokemon Go, saat berperang di gym (arena perang virtual), Pokemon akan banyak kehilangan darah dan melemah. Pokemon tidak dapat pulih dengan sendirinya, ia harus dibantu dengan potion dan revive.

Dari pengamatan tersebut, aku belajar bahwa ketika aku mengalami masa-masa sulit dalam hidupku, aku perlu meminta pertolongan Tuhan untuk memulihkan kondisiku. Aku sadar, tanpa Tuhan aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku belajar untuk menjadi rendah hati, dan meminta bantuan saudara seiman lainnya untuk menguatkanku.

3. Aku perlu melepaskan keinginan dagingku

Di dalam game Pokemon Go, kita dapat melepaskan Pokemon yang kita miliki kepada Profesor Willow, dan sebagai gantinya kita akan mendapatkan candy dan stardust. Candy berguna agar Pokemon dapat berevolusi. Stardust berguna untuk memperkuat Pokemon. Kadang, kita membutuhkan pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Dari pengamatan tersebut, aku belajar tentang pengorbanan. Kadang ada waktu di mana Tuhan menantangku untuk melepaskan keinginan dagingku. Aku bergumul antara menuruti keinginanku dan keinginan Tuhan. Ketika akhirnya aku melepaskan keinginan dagingku, Tuhan menggantinya dengan sukacita yang tidak bisa diberikan oleh hal yang aku korbankan tersebut.

4. Aku perlu setia menjalani proses pertumbuhan rohani

Di dalam game Pokemon Go, kita dapat menetaskan telur-telur Pokemon dengan cara berjalan kaki sejauh 2 km, 5 km, atau 10 km, sesuai dengan jenis telur Pokemon yang ingin ditetaskan. Telur-telur tersebut harus dimasukkan ke dalam inkubator dan akan menetas setelah kita berjalan dengan jarak tempuh yang sesuai dengan jenisnya. Game ini dapat mendeteksi kecepatan pergerakan kita. Jika kecepatan kita melebihi kecepatan rata-rata orang berjalan kaki, maka jarak tempuhnya tidak dihitung. Jadi, untuk menetaskan telur-telur ini, kita harus benar-benar berjalan kaki. Tidak ada cara instan.

Dari pengamatan tersebut, aku belajar bahwa tidak ada cara instan untuk mengalami pertumbuhan rohani. Aku harus menjalani sebuah proses sampai akhirnya aku belajar bagaimana aku dapat memiliki karakter yang serupa dengan Kristus. Proses ini seringkali tidak mudah, dan dalam menjalaninya, terkadang aku mengeluh dan meminta Tuhan segera mengangkat bebanku. Seringkali, aku merasa Tuhan seolah-olah mendiamkanku. Tapi pada akhirnya, aku menyadari bahwa Tuhan sebenarnya memperhatikanku meskipun aku mungkin tidak merasakannya, dan Dia ingin aku dengan setia menjalani proses yang akan membentukku untuk menjadi semakin serupa dengan Dia.

* * *

Meskipun game Pokemon Go ini bisa menjadi sangat menyenangkan dan aku belajar banyak hal yang baik saat bermain game tersebut, aku juga mengingatkan diriku untuk tidak tenggelam di dalamnya. Permainan ini hanyalah sebuah permainan. Kehidupanku yang sesungguhnya ada di dalam dunia nyata, jadi jangan sampai permainanku di dunia maya ini mengganggu kehidupanku di dunia nyata, apalagi relasiku dengan Tuhan dan sesama. Aku perlu mengejar pertumbuhan rohani dan relasiku dengan Tuhan dan sesama lebih daripada aku mengejar Pokemon!

Selamat bermain dan selamat bertumbuh!

Baca Juga:

Karena Penyakit Ini, Wajahku Membeku!

Suatu hari, Joey merasakan ada yang tidak beres dengan wajahnya. Sebuah penyakit membuatnya tidak dapat merasakan dan mengontrol wajahnya. Baca kesaksiannya tentang bagaimana dia menghadapi penyakit ini dalam artikel ini.

5 Hal yang Menolongku Lepas dari Kecanduan Bermain Game

lepas-dari-kecanduan-bermain-game

Oleh Charles Christian

Beberapa tahun yang lalu, aku mengenal sebuah game ponsel yang bernama “Temple Run”. Cara bermain game itu begitu sederhana: Larilah sejauh yang kamu bisa (jangan sampai jatuh ke jurang, menabrak penghalang, atau diterkam oleh monster) sambil menyelesaikan berbagai misi yang ada. Setiap hari, aku menghabiskan berjam-jam bermain dengan ponselku, mencoba untuk menyelesaikan beberapa misi dan mengumpulkan “koin-koin” sehingga aku bisa mendapatkan power-up dan berbagai karakter yang baru. Singkatnya, aku jadi kecanduan.

Setelah sebulan, aku menyadari ada sesuatu yang salah. Aku tidak menjawab ibuku yang meminta pertolonganku secepat biasanya. Aku tidak berdoa dan berelasi dengan orang-orang sebanyak biasanya. Aku juga jadi kurang tidur dan mataku seringkali menjadi lelah karena terus-menerus menatap layar ponselku—setelah 8 jam aku menatap layar komputer di kantor. Meskipun aku harus mengakui bahwa game ini sangat menyenangkan, aku tahu aku tidak boleh terus-menerus seperti ini. Game ini telah menyita terlalu banyak waktu-waktuku yang berharga.

Jadi aku memutuskan untuk berhenti bermain game itu sama sekali. Aku mempertimbangkan untuk membuang game tersebut dari ponselku, tapi memikirkan bahwa aku akan kehilangan dalam sekejap semua pencapaian yang telah susah-payah aku raih membuatku membatalkan niat itu. Tapi akhirnya, dua alasan yang meyakinkanku untuk membuang game itu: Itu adalah cara yang pasti untuk menghilangkan godaan secara total dan itu membantu menambah memori ponselku.

Sejak saat itu, aku mulai menggunakan waktu-waktu yang ada untuk membaca Alkitab dan belajar membuat aplikasi web. Ketika aku melihat lagi ke masa-masa itu, aku menemukan beberapa hal yang menolong melepaskanku dari kecanduan bermain game ini.

1. Pahami akar masalahnya

Masalah di balik kecanduan bermain game bukanlah game itu sendiri. Masalahnya adalah diriku—kekeliruanku dalam menentukan apa yang menjadi prioritasku. Mencari kesenangan telah menjadi prioritasku di atas hal-hal lain yang lebih penting seperti hubunganku dengan Tuhan dan keluargaku.

Yesus berkata, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:24). Meskipun Yesus sedang berbicara tentang uang di dalam ayat tersebut, aku percaya prinsip ini berlaku untuk untuk apapun yang mengambil alih tempat Tuhan di dalam hidup kita.

Aku tahu aku perlu mengatur ulang prioritasku, menempatkan Tuhan sebagai yang pertama di atas segala hal lain dalam hidupku. Namun itu adalah sesuatu yang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, dan kita membutuhkan pertolongan Tuhan dan butuh diingatkan secara rutin untuk membuat prioritas yang benar di dalam hidup kita.

2. Timbang keuntungan dan risiko jangka panjangnya

Secara alami kita akan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan dan risiko-risiko jangka pendek, dan berpikir bahwa kita baik-baik saja. Jika kita melihat jangka pendek, keuntungan-keuntungan yang ada akan selalu lebih besar daripada risiko-risiko yang ada. Pada awalnya, aku tidak melihat ada risiko yang signifikan dari bermain “Temple Run”—bagaimanapun juga, game ini begitu menyenangkan.

Tapi ketika aku mulai melihat risiko-risiko jangka panjang yang ada dan membandingkannya dengan keuntungan-keuntungan jangka panjangnya, aku menyadari betapa banyak hal yang aku korbankan. Dalam jangka panjang, aku akan membuang banyak waktu, melewatkan banyak kesempatan, memperburuk banyak hubungan, dan bahkan, merusak kesehatanku. Adakah keuntungannya? Yah, mendapatkan kesenangan. Tapi itu tidak sebanding dengan apa yang harus aku korbankan.

Kita perlu untuk secara sengaja mempertimbangkan dampak-dampak jangka panjang yang mungkin muncul dari tindakan kita. Inilah yang Yesus katakan tentang diri-Nya ketika Dia tahu bahwa Dia harus mati di atas kayu salib. Ibrani 12:2 memberitahu kita, “Yesus … dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Meskipun memikul salib adalah sebuah penderitaan bagi-Nya, Dia melihat keuntungan jangka panjang yang ada—sukacita yang dihasilkan dari pengorbanan-Nya—dan dengan setia dan taat memikul salib tersebut.

3. Berhenti sepenuhnya

Beberapa orang percaya bahwa menghilangkan kebiasaan buruk adalah sebuah proses sedikit demi sedikit. Contohnya, jika kamu ingin menghilangkan kebiasaan bermain game di ponselmu, mulailah dengan mengurangi jumlah jam bermain setiap minggu: 5 jam minggu ini, lalu kurangi jadi 4 jam pada minggu berikutnya, dan seterusnya. Pada akhirnya, kamu akan berhenti bermain sepenuhnya. Meskipun beberapa orang berhasil menggunakan cara ini, cara ini tidak berhasil untukku. Cara ini hanya membuatku mencari alasan untuk tetap bermain “satu kali lagi”.

Berhenti sama sekali adalah cara yang paling efektif bagiku. Itu menghindariku dari lingkaran “bermain-satu-kali-lagi-saja” yang membuatku jauh lebih sulit untuk berhenti. Selain itu, aku juga mendapatkan keuntungan instan. Tiba-tiba, aku mempunyai begitu banyak waktu kosong!

Untukku, pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria yang berdosa telah menolongku untuk mengambil keputusan ini. Ingat apa yang Yesus katakan di akhir kisah tersebut? Yesus berkata kepada perempuan itu, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8:11). Itu adalah sebuah perintah untuk berubah 180 derajat. Tuhan ingin kita meninggalkan dosa-dosa kita sepenuhnya.

4. Ganti kebiasaan lama dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik

Dengan waktu kosong yang kini kamu peroleh, penting untuk menemukan sebuah hobi baru atau kebiasaan baru yang memungkinkanmu menggunakan waktumu dengan bijak dan tidak tergoda untuk kembali kepada cara hidupmu yang lama. Dalam pengalamanku, aku memutuskan untuk menggunakan waktuku untuk membaca Alkitab dan mempelajari keahlian baru, yaitu membuat aplikasi web.

5. Cari orang yang kamu percaya untuk membantumu

Alkitab memberitahu kita bahwa kita menjadi lebih kuat ketika kita berjalan bersama-sama. Pengkhotbah 4:9-10 berkata, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” Aku percaya ada banyak manfaat yang kita dapatkan dari mempunyai seseorang yang dapat kita percayai untuk membantu kita, seseorang yang dapat kita ajak berbagi pergumulan-pergumulan kita dan menolong kita mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Kita juga dapat menjadi bagian dari sebuah kelompok yang saling mendukung satu sama lain.

Sebagai seorang introvert, tidak mudah bagiku untuk menceritakan masalahku dengan orang lain. Jadi awalnya, aku belajar untuk menceritakan pergumulanku dengan Tuhan di dalam doa. Dan oleh karena anugerah-Nya, Dia memberikanku beberapa teman yang dapat dipercaya. Mereka telah menjadi bagian penting dalam menolongku untuk tetap setia dalam komitmen yang telah aku buat.

Apakah kamu ingin lepas dari kecanduanmu juga? Satu hal penting yang perlu kita ingat adalah ini: tindakan-tindakan kita tidak hanya mempengaruhi diri kita sendiri. Pikirkanlah orang-orang yang kita kasihi dan pikirkanlah bagaimana tindakan-tindakan kita mempengaruhi mereka jika kita tidak berubah. Namun di atas segalanya, pikirkanlah segala hal yang telah Tuhan berikan bagi kita dan harga yang telah Yesus bayar di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita.

Karena Dia, hidup kita diubahkan. Dan kiranya kita dapat terus diubahkan oleh-Nya menjadi pribadi yang lebih baik.

Baca Juga:

Sebuah Pesan Berharga dari Christina Grimmie

Berita pembunuhan Christina Grimmie, penyanyi Amerika berusia 22 tahun yang begitu terkenal di YouTube dan finalis The Voice USA (Musim ke-6), begitu mengejutkan. Dunia berduka mendengarnya. Namun, ada satu pesan berharga yang ditinggalkan oleh Christina.