Posts

Garis Besar Kitab Filipi 4:10-23

Sobat muda, tidak terasa perjalanan kita bersaat teduh bersama-sama telah tiba di akhir. Filipi 4:10-23 mengajak kita untuk selalu merasa cukup, karena Allah menyediakan. Dan, hendaknya kita pula saling mendukung sama lain sebagai saudara seiman di dalam Kristus.

Adakah bagian dari saat teduh Kitab Filipi selama lima hari ke belakang yang menginspirasi atau menegurmu?

Yuk kita simak infografik ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan pelajaran dari saat teduh bersama Kitab Filipi yang sudah kita pelajari selama lima hari ke belakang.

Bagikan Gambar ini melalui Facebook

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Garis Besar Kitab Filipi 4:4-9

Sobat muda, tantangan dalam hidup sering membuat kita khawatir, tetapi Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi mengajak kita untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Kita tidak perlu khawatir akan apapun, kita dapat mendoakan kekhawatiran tersebut kepada Tuhan dan Dia akan mengaruniakan kita damai sejahtera yang melampaui segala akal.

Yuk kita simak infografik ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan pelajaran dari saat teduh bersama Kitab Filipi yang sudah kita pelajari selama lima hari ke belakang.

Bagikan Gambar ini melalui Facebook

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Garis Besar Kitab Filipi 3:7-4:3

Sobat muda, saat teduh kita bersama Kitab Filipi 3:7-4:3 memberi kita tuntunan untuk mengarahkan hidup kita kepada Kristus. Bagian manakah yang paling menginspirasi atau menegurmu?

Yuk kita simak infografik ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan pelajaran dari saat teduh bersama Kitab Filipi yang sudah kita pelajari selama lima hari ke belakang.

Bagikan Gambar ini melalui Facebook

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Garis Besar Kitab Filipi 2:14-3:6

Sobat muda, tidak terasa sudah dua minggu kita bersama-sama mempelajari Kitab Filipi, bagian manakah yang paling menginspirasi atau menegurmu?

Yuk kita simak infografik ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan pelajaran dari saat teduh bersama Kitab Filipi yang sudah kita pelajari selama lima hari ke belakang.

Bagikan Gambar ini melalui Facebook

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Perhatikan Rambu-rambunya

Hari ke-14 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 3:1-3

3:1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.

3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,

3:3 karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

Beberapa tahun lalu, aku melakukan camping solo pertamaku. Setelah seharian mendaki, akhirnya aku tiba di tempat perkemahan, sebuah pantai yang tenang dikelilingi oleh pegunungan dan laut yang luas. Karena takjub akan pemandangannya, aku pun berjalan-jalan santai setelah mendirikan tenda.

Aku sangat terpikat dengan pemandangan sampai-sampai tidak menyadari gonggongan anjing dari kejauhan. Tak lama kemudian, aku terpaksa lari tunggang langgang menghindari sekawanan anjing galak.

Seumur hidup, aku tinggal dengan aman di perkotaan, dan selama ini, gonggongan anjing yang kudengar selalu berasal dari balik pagar sehingga aku yakin tak akan diserang.

Itu sebabnya aku sudah kebal dengan suara anjing yang menakutkan. Hari itu, ketika berjalan-jalan di pinggir pantai, aku lengah akan tanda-tanda hewan yang hendak menyerangkau. Dengan santainya, aku mengabaikan gonggongan anjing-anjing itu, membuat mereka berpikir kalau aku ingin mengusik wilayah mereka.

Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus juga menulis tentang anjing sebagai kiasan—yaitu guru-guru palsu yang memaksa gereja Filipi untuk mencari kebenaran selain iman dalam Kristus.

Para guru palsu itu mengajar jemaat bahwa memercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan saja tidaklah cukup, mereka harus melakukan adat agama Yahudi juga—misalnya sunat. Hal ini tampak dalam ayat 2 ketika Paulus menyebut mereka “penyunat-penyunat yang palsu”, juga pada ayat 3 ketika Paulus meyakinkan jemaat Filipi bahwa merekalah “orang-orang bersunat yang sesungguhnya”.

Seperti yang dapat kita lihat dalam seluruh Filipi 3, iman kepada Yesus Kristus adalah satu-satunya yang diperlukan oleh orang Kristen untuk dibenarkan—atau berdamai dengan Allah. Bahkan, Paulus mengajarkan bahwa seorang Kristen sejati “tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” dalam menentukan kebenaran (ayat 3). Namun, selama perjalananku sebagai orang Kristen, aku menyadari bahwa aku harus terus melawan godaan untuk percaya pada hal lahiriah.

Tantangan kita mungkin bukan sunat atau peraturan makan ala Yahudi, tetapi kita sering tergoda untuk terlalu percaya diri akan pekerjaan kita. Misalnya, semakin banyak kita terlibat dalam urusan gereja, atau semakin disiplin membaca renungan harian, kita semakin cenderung berpikir bahwa hal-hal itulah yang membuat kita layak berdiri di hadapan Allah.

Sepanjang perjalanan iman, ada banyak rambu peringatan. Biasanya hal itu dimulai dari pikiran sederhana yang tercetus, mungkin berasal dari pujian teman setelah sesi pendalaman Alkitab yang bagus, lantas kita pun berbangga akan pekerjaan atau “wawasan” kita sendiri. Namun, ketika kita tidak waspada terhadap pikiran-pikiran tersebut, kita bisa menjadi kebal dan tidak peka terhadap akibatnya. Perlahan, pikiran-pikiran itu mulai menguasai kita. Seperti pengalamanku di pantai tadi, kita tidak menyadari peringatan awal. Tanpa sadar, kita telah melanggar peringatan Paulus dalam surat Filipi—kita menaruh percaya pada hal lahiriah.

Setelah mendapat dua gigitan di bokong, pantai itu tak lagi senyaman sebelumnya. Esoknya, saat kembali turun ke kota, aku berjaga-jaga terhadap segala suara anjing yang mungkin ada.

Demikian pula kita sebagai orang Kristen harus berhati-hati ketika rasa percaya diri kita mulai beralih dari Kristus kepada perbuatan kita sendiri. Kita harus mematikan pemikiran seperti itu ketika mulai muncul dan terus memusatkan pikiran kita kepada Kristus dan karya-Nya di kayu salib. Tak ada perbuatan baik yang dapat menggantikan pengorbanan-Nya.—Andrew Koay, Australia

Handlettering oleh Kent Nath

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Adakah prestasi atau perbuatan yang kamu anggap merupakan hasil kerja kerasmu sendiri dan bukan dari Tuhan? Tuliskanlah.

2. Doakan semua yang telah kamu tulis dan mintalah Tuhan untuk menolongmu percaya hanya kepada karya Kristus.

3. Bagaimana cara melindungi imanmu dari ajaran-ajaran palsu?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Andrew Koay, Australia | Andrew meluangkan waktunya untuk menonton film dokumenter. Andrew juga suka mendengarkan suara Tuhan lewat firman-Nya dalam Alkitab.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Rahasia untuk Tidak Mengeluh

Hari ke-11 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 2:14-18

2:14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,

2:15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,

2:16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.

2:17 Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.

2:18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku.

Tidaklah sulit untuk mengingat kapan terakhir kali aku menggerutu tentang sesuatu atau seseorang—kemarin, lebih tepatnya. Aku sedang melewati masa-masa sulit di kantorku dan aku pun mengeluh. Semakin aku menggerutu, semakin aku merasa tidak bahagia; semakin aku merasa tidak bahagia, semakin banyak aku menggerutu.

Itu bukanlah hidup dan sikap yang Tuhan ingin kita jalani, baik itu di rumah, di gereja, di sekolah, atau di kantor. Tuhan, melalui Paulus, mendorong kita untuk “berperilaku yang layak bagi Injil Kristus” (Filipi 1:27). Kita dapat membuktikan kesetiaan kita kepada Kristus dengan cara menaati Tuhan dengan hormat. Dan satu cara untuk menghidupi ketaatan kita adalah melakukan semuanya “tanpa mengeluh atau membantah” (2:14).

Ya, ketika Paulus mengatakan semuanya, ia serius: bahkan ketika kita diminta melakukan hal yang tidak kita mengerti atau tidak kita suka, ketika doa-doa kita tidak dijawab, dan ketika kita sedang melewati kesulitan dan penganiayaan. Semuanya.

Ketika aku membaca ayat-ayat ini, aku teringat bagaimana orang Israel dulu menggerutu dan mempertanyakan pemimpin mereka saat berada di tengah padang gurun (Keluaran 15:24, 16:8). Sikap orang-orang Israel yang sering mengeluh dan mempertanyakan Tuhan akan situasi mereka merupakan suatu bentuk ketidaktaatan. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan. Begitu juga segala keluh kesah dan gerutuan kita. Ketika kita melakukannya, semuanya itu tidak hanya diarahkan kepada sesuatu atau seseorang saja, tetapi kita juga melakukannya kepada Tuhan sendiri.

Gerutuan kita bukan hanya merupakan sebuah bentuk ketidaktaatan, itu juga adalah sebuah kesaksian yang buruk bagi orang-orang sekitar kita. Sebagai orang-orang Kristen yang adalah bagian—tapi terpisah dari—dunia ini, kita seharusnya bersinar layaknya terang, mengikuti teladan Kristus (Yohanes 8:12). Tapi, seringkali kita gagal hidup seperti itu. Ketika aku mengeluh kepada teman sekerjaku, aku bertanya-tanya, siapakah yang mereka lihat: Kristus hidup di dalamku, atau aku yang berlaku layaknya salah satu dari mereka?

Tapi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa menemukan kekuatan untuk melakukan semuanya tanpa mengeluh?

Dengan berpegang kepada firman Tuhan (ayat 16), kata Paulus. Bukan hanya itu, kita sudah dijanjikan bahwa Tuhan akan memungkinkan dan melengkapi kita untuk melakukan kehendak-Nya melalui Roh Kudus (Filipi 2:13).

Ketika kita bisa menahan diri dari menggerutu, mungkin kakak rohani atau pemimpin rohani kita pun turut berbangga atas kita. Paulus mendorong para jemaat Filipi untuk hidup taat dalam Tuhan, agar ia punya alasan untuk berbangga ketika Kristus kembali. Buah yang dihasilkan para jemaat Filipi sangat membahagiakan Paulus (ayat 17), dan merupakan bukti bahwa pengorbanannya untuk mereka tidaklah sia-sia.

Tidaklah mudah untuk menghentikan diri kita sendiri dari mengeluh tentang hal-hal yang tidak kita sukai. Bagiku, masih sulit sekali untuk mengendalikan ucapanku ketika aku mengalami hari yang buruk di kantor, terutama ketika semua orang sekitarku sedang mengeluh karena frustrasi. Tapi ketika aku mengingat identitasku dalam Kristus—bahwa aku telah dikuatkan untuk hidup berbeda dari yang lain—aku sedang belajar untuk mengendalikan kata-kataku setiap hari. Alih-alih marah dan melontarkan kata-kata kasar, aku memilih untuk diam sejenak. Alih-alih mengomel kepada orang-orang di sekitarku, aku menenangkan diri dan berdoa. Aku pun mengalami kebahagiaan dan ketenangan yang didapat dari mengikuti-Nya dengan taat dan beristirahat dalam kekuasaan-Nya.

Memang tidak mudah. Tapi, ketika kita berdoa dan merenungkan tentang mengapa dan bagaimana, kita dapat menghindar dari tingkah laku tersebut. Kita akan tahu bahwa kepuasan yang kita dapatkan dari menggerutu dan mengeluh tidak sebanding dengan hidup dalam sikap yang layak di hadapan firman Tuhan, dan kebahagiaan yang dirasakan oleh pemimpin kita, diri kita, dan Kristus sendiri.—Wendy Wong, Singapura

Handlettering oleh Vivi Lio

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Pernahkah kamu merasa tergoda untuk mengeluh dan marah-marah? Apa yang terjadi ketika kamu melakukannya?

2. Adakah hal-hal dalam kehidupanmu yang membuatmu susah untuk tidak mengeluh atau marah-marah? Tuliskanlah semuanya itu dan doakanlah.

3. Apakah kita bersinar terang bagaikan bintang di tengah-tengah dunia yang penuh dengan orang yang jahat? Apakah cara kita untuk dapat bersinar di dalam dunia seperti itu?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Wendy Wong, Singapura | Hari yang sempurna menurut Wendy adalah menyantap peanut buter, hiking, naik sepeda, atau saat teduh bersama Tuhan. Sebagai seoang penulis, Wendy berharap tiap tulisannya jadi alat untuk memuliakan Tuhan.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Garis Besar Kitab Filipi 1:29-2:13

Sobat muda, saat teduh kita dari Kitab Filipi 1:29-2:13 mengingatkan kita kembali bahwa penderitaan yang kita hadapi adalah hak istimewa, dan ada kemuliaan yang kelak disediakan bagi kita.

Yuk kita simak infografik ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan pelajaran dari saat teduh bersama Kitab Filipi yang sudah kita pelajari selama lima hari ke belakang.

Bagikan Gambar ini melalui Facebook

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi