Hai namaku Febronia, aku mengenal handlettering sejak 2016 dan sangat senang dapat bergabung bersama WarungSaTeKaMu. Semoga kedepannya bisa lebih melayani Tuhan bakat yang di beri-Nya

Posts

Menghadapi New Normal

New Normal! Frasa ini semakin sering kita dengar. Pemerintah dan banyak instansi sudah membuat protokol untuk menghadapi era kenormalan yang baru.

Tapi, meski keadaan dan cara kita beraktivitas banyak berubah, tetapkanlah hati pada Firman yang teguh dan kekal.

Kompilasi gambar handlettering ini dibuat oleh Febronia ( @febroniak ) untuk sobat muda sekalian.

Kekuatan Baru

Senin, 22 April 2019

Kekuatan Baru

Baca: Yesaya 40:27-31

40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. —Matius 11:28

Kekuatan Baru

Di usia ke-54 saya mengikuti perlombaan maraton Milwaukee dengan dua target—mencapai garis akhir dan menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 5 jam. Pencapaian saya akan sangat mengagumkan seandainya saja paruh kedua ditempuh selancar paruh pertama. Namun, pada kenyataannya, perlombaan tersebut sangat melelahkan, dan kekuatan baru yang saya butuhkan untuk menuntaskan paruh kedua itu tidak pernah datang. Saat saya mencapai garis finis, langkah-langkah mantap saya di awal perlombaan telah berubah menjadi langkah yang tertatih-tatih.

Perlombaan lari bukan satu-satunya yang membutuhkan kekuatan baru—perlombaan hidup ini pun membutuhkannya. Agar mampu bertahan, orang-orang yang letih lesu membutuhkan pertolongan Allah. Yesaya 40:27-31 memadukan puisi dengan nubuatan dengan sangat indah untuk menghibur dan memotivasi mereka yang membutuhkan kekuatan untuk terus maju. Kata-kata yang abadi mengingatkan mereka yang letih lesu dan kecewa bahwa Tuhan tidaklah jauh dan masih peduli (ay.27), bahwa keadaan kita yang sulit tidak pernah luput dari perhatian-Nya. Kata-kata ini memberikan penghiburan dan jaminan, mengingatkan kita pada Allah yang kuasa-Nya tak terbatas dan pengetahuan-Nya tak terhingga (ay.28).

Kekuatan baru yang dijelaskan dalam ayat 29-31 sangatlah tepat untuk kita—entah kita sedang berjuang membesarkan anak-anak dan mencari nafkah untuk keluarga, berjuang menjalani hidup yang dibebani masalah fisik maupun keuangan, atau sedang dikecewakan oleh hubungan yang renggang atau pergumulan dalam hal spiritual. Kekuatan baru itulah yang akan diterima—lewat perenungan firman Tuhan dan berdoa—oleh mereka yang menanti-nantikan Tuhan. —Arthur Jackson

WAWASAN

Yesaya—namanya berarti “TUHAN menyelamatkan”—memperingatkan Yehuda yang tidak juga mau bertobat bahwa Allah akan menggunakan dua negara adidaya, Asyur dan Babel, untuk menghukum Yehuda karena ketidaksetiaan dan penyembahan berhala mereka (Yesaya 1-39). Yesaya juga menghibur Yehuda dengan janji pemulihan dan berkat Allah setelah hukuman mereka selesai dijalani (pasal 40-66). Dalam pasal 40, Yesaya mengalihkan pandangan kepada otoritas, kedaulatan, kebesaran, dan kemuliaan Allah (ay.1-26) serta dengan lembut berbicara tentang kasih dan pemeliharaan Allah (ay.11, 27-31). Menjawab rasa terabaikan yang dialami Yehuda (ay.27), Yesaya meyakinkan mereka bahwa Allah tidak hanya berketetapan untuk memberkati mereka, tetapi juga memiliki kuasa mutlak untuk melakukannya (ay.28). Sebagai Allah Pencipta yang kekal dan maha kuasa, Dia adalah sumber kekuatan mereka (ay.29). Yesaya mengundang bangsa Yahudi yang patah semangat ini untuk bangkit memulai komitmen baru saat mereka percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya (ay.30-31).—K.T. Sim

Kapan kehidupan ini begitu menguras tenaga dan membebani Anda? Dalam area tertentu apa Anda membutuhkan kekuatan Tuhan hari ini?

Tuhan, aku datang kepada-Mu dalam kelemahan dan kelelahan, berikanlah kepadaku kekuatan yang baru.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 14–15; Lukas 17:1-19

Handlettering oleh Febronia

Kasih yang Tidak Terselami

Selasa, 2 April 2019

Kasih yang Tidak Terselami

Baca: Yohanes 13:31-35

13:31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.

13:32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.

13:33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.

13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.

13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. —Yohanes 13:34

Kasih yang Tidak Terselami

Jemaat kecil kami memutuskan memberi kejutan pada anak lelaki saya pada ulang tahunnya yang keenam. Mereka menghiasi ruang kelas Sekolah Minggu dengan balon-balon dan menyiapkan satu meja kecil dengan kue diatasnya. Ketika anak saya membuka pintu, semua orang pun berteriak: “Selamat ulang tahun!”

Belakangan, saat saya memotong kue, anak saya datang menghampiri dan berbisik di telinga saya, “Ibu, mengapa semua orang di sini sayang padaku?” Saya juga memiliki pertanyaan yang sama! Kami baru enam bulan mengenal mereka tetapi mereka memperlakukan kami seolah-olah kawan lama.

Kasih mereka kepada anak saya mencerminkan kasih Allah kepada kita. Kita tidak bisa memahami mengapa Dia mengasihi kita, tetapi itulah yang Dia lakukan—dan kasih-Nya diberikan secara cuma-cuma. Kita tidak melakukan apa pun yang membuat kita layak menerima kasih-Nya, tetapi Dia melimpahi kita dengan kasih-Nya. Kitab Suci mengatakan: “Allah adalah kasih” (1yoh. 4:8). Itulah Dia.

Allah telah mencurahkan kasih-Nya kepada kita supaya kita dapat menunjukkan kasih yang sama kepada sesama. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:34-35)

Jemaat di gereja kecil kami mengasihi karena kasih Allah ada dalam mereka. Kasih itu terpancar dan menandai mereka sebagai pengikut-pengikut Yesus. Kita tidak sepenuhnya bisa memahami kasih Allah, tetapi kita dapat mencurahkan kasih itu kepada sesama, sehingga kita menjadi contoh kasih-Nya yang tidak terselami. —Keila Ochoa

WAWASAN

Kata kunci dalam bacaan hari ini adalah mulia (dipermuliakan). Lima kali kata itu dipakai dalam ayat 31-32. Yesus berbicara tentang kemuliaan-Nya (dipermuliakan), kemuliaan Allah (Bapa), dan hubungan antara dua kemuliaan tersebut. Hubungannya timbal balik: ketika Yesus dipermuliakan, Allah dipermuliakan; ketika Allah dipermuliakan, Yesus pun dipermuliakan.
Menurut kamus konkordansi Strong, mempermuliakan artinya “memberi bobot dengan mengakui nilai sesungguhnya.” “Mempermuliakan Allah” berarti mengakui Dia sebagaimana Pribadi-Nya yang sesungguhnya. Sebagai contoh, “memberi kemuliaan kepada Allah” ialah secara pribadi mengakui Allah dalam karakter (esensi)-Nya yang sejati.”
Yesus mengungkapkan siapa Dia sebenarnya; ketika jati diri-Nya disingkapkan, Dia juga mengungkapkan Bapa. —J.R. Hudberg

Bentuk kasih Allah apa yang baru-baru ini Anda alami melalui orang lain? Apa yang dapat Anda lakukan untuk menunjukkan belas kasih-Nya kepada sesama hari ini?

Karena Allah mengasihi kita, kita dapat mengasihi sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 16–18; Lukas 7:1-30

Handlettering oleh Febronia

Persahabatan dengan Dunia

Hari ke-22 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Persahabatan dengan Dunia

Baca: Yakobus 4:4-6

4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

4:5 Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: “Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!”

4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”

Persahabatan dengan Dunia

Beberapa tahun lalu, aku pernah menjadi seorang pekerja lepas untuk sebuah majalah yang banyak membahas soal pacuan kuda.

Semua berjalan dengan baik pada awalnya. Namun, setelah mengerjakan beberapa tugas, aku menyadari bahwa pacuan kuda itu ternyata lebih dari sekadar kuda mana yang berhasil lebih dahulu tiba di garis akhir. Mataku lalu terbuka melihat dunia perjudian, tempat orang akan melakukan segala sesuatu hanya demi memenangkan lebih banyak uang. Para pengelola pacuan kuda akan berusaha meningkatkan nilai pertaruhan dengan menyelenggarakan berbagai aktivitas menarik yang menyenangkan dan semula tidak tampak berbahaya—misalnya pawai anak dan orangtua, dengan sesi gratis manikur dan pedikur (perawatan kuku tangan dan kaki). Sebenarnya, aktivitas semacam itu dimaksudkan bukan sekadar untuk menjaga dan membuat anak-anak sibuk dengan aktivitas sendiri, melainkan untuk mendorong orang memasang lebih banyak taruhan. Mereka menawarkan, misalnya, memasang 5 taruhan akan mendapatkan satu sesi gratis perawatan manikur.

Aku mulai merasa terganggu saat mengetahui bahwa di balik semua aktivitas yang tampak hebat itu ada sisi gelap yang meraup keuntungan dari keserakahan para penjudi. Banyak orang menghabiskan uang lebih dari kemampuan mereka—seringkali ribuan dolar sekali jalan. Seorang wanita pernah memberitahuku bahwa semua uangnya sudah habis dan ia pulang ke rumah tanpa uang sepeserpun.

Semua itu membuatku berpikir. Bagaimana bisa aku, seorang Kristen, terus bekerja untuk majalah yang mempromosikan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai yang penting bagiku? Alkitab dengan jelas memanggil kita untuk menjadi para pengelola uang yang bijaksana (Matius 25:14-29) dan menjaga diri kita agar tidak serakah dan tidak cinta uang (Ibrani 13:5).

Aku pun memutuskan untuk keluar karena aku tidak ingin menempatkan diriku dalam posisi yang bisa mempengaruhiku untuk berjudi dan mengompromikan nilai-nilai yang aku pegang. Aku takut suatu hari nanti aku juga bisa ikut mereka berjudi.

Yakobus menunjukkan konflik nilai, keinginan, dan gaya hidup antara orang-orang duniawi dan umat Tuhan dalam ayat 4. Ia menyebut mereka yang mengaku percaya Tuhan, tetapi menjalin asmara dengan dunia sebagai “orang-orang yang tidak setia”. Ia memperingatkan mereka atas ketidaksetiaan mereka terhadap Tuhan.

Yakobus juga mengajar kita bahwa persahabatan dengan dunia menjadikan kita sebagai musuh Allah. Dalam persahabatan kita saling berbagi dan menerima nilai-nilai serta keyakinan satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, kita bisa makin menyerupai sahabat kita. Karena ada rasa saling percaya, sahabat bisa saling memberi masukan dan saling mempengaruhi. Seorang penulis bernama Jim Rohn berkata, “Kamu adalah rata-rata dari lima orang yang paling sering melewatkan waktu bersamamu.”

Bila kita mengizinkan diri kita untuk dipengaruhi dunia dan “bersahabat” dengan dunia, kita pun akan mulai mencintai dunia, kita akan mulai menyukai perilaku dan kebiasaannya. Pada saat itu terjadi, kita akan menjadi musuh-musuh Allah.

Meski demikian, tidak berarti kita lantas harus menjauhkan diri dari segala hal yang ada di dunia ini. Sebaliknya, kita dipanggil untuk berhati-hati agar tidak menjadi serupa dengan apa yang diajarkan dunia (Roma 12:2), tetapi mengarahkan pikiran kita pada apa yang Tuhan sukai (Kolose 3:2). Kita dapat menerapkan firman Tuhan tersebut dengan tidak menjadi hamba uang, memilih untuk hidup sederhana, dan secara konsisten memberi kepada orang lain.

Tuhan, melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam kita menghendaki kita mengikuti Dia dengan sepenuh hati (Yakobus 4:5). Dia Allah yang cemburu (Keluaran 20:5) dan Dia satu-satunya pribadi yang patut kita ikuti dengan setia. Seorang pengajar Alkitab bernama Kent Hughes dalam buku tafsiran surat Yakobus yang ia tulis, mencatat bahwa cemburu merupakan elemen yang esensial dari cinta sejati. Ia berkata: “Cinta sejati Roh Kudus kepada kita membuat-Nya tidak bisa menoleransi saat kita berpaling kepada yang lain. Cinta yang sangat personal ini seharusnya membuat kita tidak lagi perlu mencari cinta yang lain.”

Namun, yang membuat kita bisa tetap setia kepada Tuhan jelas bukan usaha kita sebagai manusia yang terbatas. Yakobus meyakinkan kita dalam ayat 6 bahwa Tuhan memberikan kita kasih karunia yang lebih besar. Dia berjanji untuk menolong kita dalam kelemahan, hambatan, dan tantangan yang kita hadapi. Janji-Nya ini nyata bagi semua orang yang rendah hati dan yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan sepenuh hati, mereka yang bersedia hidup menurut jalan-Nya.

Setiap hari kita menghadapi peperangan antara mengikuti kepentingan dunia dan kepentingan Tuhan. Kiranya kita terus berpegang pada cinta Tuhan yang begitu besar kepada kita dan selalu memilih Dia lebih dari dunia—berapapun harga yang harus dibayar. —Alvin Chia, Singapura

Handlettering oleh Febronia

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Adakah sesuatu di hidupmu yang dapat menjauhkanmu dari Tuhan?

2. Apa yang dapat kamu lakukan agar kamu tidak menjadi sahabat dunia?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Alvin Chia, Singapura | Alvin Chia selalu lapar. Dua hal yang tidak bisa dia lakukan adalah berhenti makan setelah makan makanan berat dan berdiri diam di halte bus. Tapi, meski begitu dia tahu betul bahwa hanya Tuhan yang bisa memberinya kepuasan sejati, dan hanya Tuhan jugalah yang memampukannya untuk berdiam. Alvin pernah bekerja sebagai jurnalis olahraga, tapi dia sendiri tidak berolahraga.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus

Perkataan yang Munafik

Hari ke-18 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Perkataan yang Munafik

Baca: Yakobus 3:9-12

3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,

3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?

3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

Perkataan yang Munafik

Aku membanting telepon dan mendesah panjang.

“Itu telepon paling lama dalam hidupku!” kataku dengan marah. “Kalau orang itu menelepon lagi, bisakah ada orang lain yang mengangkat telepon dan bilang bahwa aku tidak ada di sini? Memangnya dia pikir aku ini seharian tidak ada kerjaan?”

Belakangan ini, salah satu klienku suka menelepon berulang kali untuk “membahas” salah satu proyeknya. Percakapan satu arah itu seringkali tidak ada hasilnya, hanya membuat waktuku terbuang sia-sia.

Rekan kerjaku tertawa melihat raut masamku dan berkata, “Suara penyiar yang bagus sekali!”

“Apa?” tanyaku.

“Suaramu di telepon tadi kedengaran seperti seorang penyiar radio!” Ia menirukan suaraku yang sangat sopan dan bersemangat saat menerima telepon, “Selamat pagi! Dengan Karen di sini. Ya, terima kasih sudah menelepon!”

Rekan kerjaku bercanda, tetapi kata-katanya membuatku tercekat. Benarkah tadi aku berbicara semanis itu? Bagaimana bisa aku terdengar begitu manis di telepon dan begitu kasar setelah telepon ditutup?

Yakobus membahas soal kemunafikan ini di ayat 9-12. Adakalanya mulut kita menjadi sumber air segar—mengeluarkan perkataan yang jujur, penuh kasih, dan membawa kehidupan—adakalanya mulut kita mengeluarkan ”air pahit” —perkataan yang beracun dan penuh kesombongan—“dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk”, demikian pengamatan Yakobus.

Namun, ada yang salah dengan dualisme itu. Satu sumber air tidak bisa menghasilkan air segar dan pahit sekaligus. Demikian pula, tidaklah normal bila lidah kita mengeluarkan perkataan yang penuh kasih sekaligus perkataan yang beracun. Yakobus tampaknya hendak mengajarkan bahwa lidah yang suka mengutuk menandakan hati yang tidak dipenuhi kasih Kristus.

Sebagai orang-orang Kristen, kita dipanggil untuk mengasihi tak hanya teman-teman kita, tetapi juga musuh-musuh kita, untuk menunjukkan kepada mereka kasih dan kebaikan yang sejati, bukan sekadar basa-basi. Salah satu indikator awal dari sikap kita yang sesungguhnya terhadap orang lain dapat terlihat dari cara kita berbicara tentang mereka dan kepada mereka.

Yakobus mengingatkan bahwa saat kita mengutuk orang lain melalui umpatan marah, sanjungan kosong, atau ejekan, kita sedang menyerang seseorang yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (ayat 9). Setiap manusia memiliki gambar Sang Pencipta dan dibentuk oleh tangan-Nya. Sungguh tak pantas bila kita mengata-ngatai orang lain dan tidak sudi memaafkan mereka, padahal kita tahu bagaimana Tuhan selalu memperlakukan anak-anak-Nya dengan penuh cinta dan belas kasihan, bahkan sudah mengampuni kesalahan mereka. Perkataan “pahit” menyiarkan penghukuman; perkataan “segar” mewartakan pengampunan.

Jadi, apa yang harus kita lakukan saat kita memang kehilangan perkataan yang tulus dan penuh kasih?

1. Jujur. Jangan tutupi perasaanmu dengan bersandiwara. Bagiku, ini bisa berarti mengakui bahwa aku sedang tidak bisa melayani panggilan telepon dan menawarkan agar klien tersebut menelepon di waktu lain saat aku bisa memberinya perhatian penuh.

2. Bersikap baik. Mohon Tuhan menolongmu untuk sabar dan menjawab dengan kasih. Sekarang aku selalu menaikkan doa singkat sebelum aku mengangkat telepon. Aku menahan diri saat ingin memberi komentar negative. Aku juga berusaha mengingat hal-hal baik yang aku hargai dari klienku itu dan proyek yang sedang ia kerjakan.

Kita punya pilihan hari ini—memancarkan air segar atau air pahit. Kita tidak bisa memancarkan keduanya. Mana yang akan kamu pilih? —Karen Pimpo, Amerika Serikat

Handlettering oleh Febronia

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Kapan terakhir kamu pernah membicarakan hal yang buruk atau berbicara kasar kepada orang lain? Apa kata Alkitab mengenai hal itu?

2. Perubahan apa yang perlu kamu lakukan dalam hidupmu hari ini?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Karen Pimpo, Amerika Serikat | Karen tinggal di Michigan, Amerika Serikat, tempat di mana banyak orang mengeluh tentang cuacanya, tapi suka dengan lingkungannya. Ketika masih kecil, Karen ingin menjadi seorang pustakawan. Sekarang, tidak banyak yang berubah. Di samping buku-buku, dia juga suka mendengarkan dan bermain musik. Dia bernyanyi dan menulis untuk membantu mengurai simpul di kepalanya, dan dengan bercerita, itu menolong kita menyadari bahwa kita tidak sendirian.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus