Posts

Maksud dari Penderitaan?

Minggu, 3 Maret 2019

Maksud dari Penderitaan?

Baca: 2 Korintus 1:3-7

1:3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,

1:4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.

1:5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.

1:6 Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.

1:7 Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.

[Allah] menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. —2 Korintus 1:4

Daily Quotes ODB

Ketika Siu Fen menerima kabar bahwa dirinya mengalami gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah seumur hidup, rasanya ia ingin menyerah saja. Sebagai pensiunan yang hidup melajang, ia merasa tidak ada gunanya lagi hidup. Namun, teman-teman meyakinkannya untuk bertahan dan melakukan cuci darah, serta terus percaya bahwa Tuhan akan menolongnya.

Dua tahun kemudian, ia mengunjungi seorang teman gereja yang sakit parah dan mendapati keadaannya persis dengan apa yang pernah dialaminya. Teman itu merasa kesepian, karena tidak banyak orang yang benar-benar memahami kondisinya. Namun, Siu Fen memahami betul penderitaan fisik dan emosional wanita itu sehingga ia bisa menjadi dekat dengannya. Pengalaman Siu Fen membuatnya bisa mendampingi wanita itu dan memberikan penghiburan yang tidak dapat diberikan oleh orang lain. “Kini saya melihat Allah masih bisa memakai saya,” katanya.

Mungkin sulit dimengerti mengapa kita menderita. Namun, Allah dapat memakai penderitaan kita dengan cara yang tidak terduga. Saat kita berpaling kepada-Nya untuk menerima penghiburan dan kasih di tengah masalah, kita juga dikuatkan untuk menolong orang lain. Tidak heran Paulus pun belajar melihat maksud dari penderitaannya sendiri: Ia mendapat kesempatan menerima penghiburan dari Allah, yang kemudian dapat digunakannya untuk memberkati orang lain (2Kor. 1:3-5). Kita tidak diminta untuk menyangkali kesakitan dan penderitaan kita, tetapi kita percaya Allah sanggup menggunakannya untuk kebaikan. —Leslie Koh

Bagaimana Allah telah memakaimu untuk menghibur orang lain? Bagaimana imanmu telah menolongmu bertahan selama ini?

Tuhan, tolong aku tetap mempercayai-Mu di tengah kesulitan, karena yakin bahwa aku akan menerima penghiburan yang tak terbatas dari-Mu dan dimampukan untuk membagikannya kepada orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 28–30; Markus 8:22-38

Mari Saling Mendorong

Rabu, 14 November 2018

Mari Saling Mendorong

Baca: Ibrani 10:19-25

10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,

10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. —Ibrani 10:24

Mari Saling Mendorong

The Steven Thompson Memorial Centipede adalah lomba lari lintas alam yang unik. Tiap tim yang beranggotakan tujuh orang harus berlari sebagai satu rangkaian dengan memegang seutas tali sampai jarak 3,2 km dari total jarak 4,8 km. Saat mencapai titik 3,2 km, tali itu mereka lepaskan dan tiap pelari menyelesaikan perlombaannya masing-masing. Oleh karena itu, waktu tempuh setiap pelari merupakan kombinasi dari kecepatan bersama sebagai tim dan kecepatannya sendiri.

Tahun ini, tim putri saya memilih strategi yang belum pernah saya lihat: Mereka menempatkan pelari yang paling lambat tepat di belakang pelari tercepat yang ada di posisi terdepan. Tujuannya adalah agar pelari tercepat itu cukup dekat sehingga ia dapat menyemangati pelari yang paling lambat di belakangnya.

Bagi saya, rencana mereka menggambarkan satu bagian dari kitab Ibrani. Penulis kitab itu mendorong kita untuk “teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita” (Ibr. 10:23) sambil kita “saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (ay.24). Tentu ada banyak cara untuk menerapkan hal tersebut, tetapi penulis menekankan salah satunya: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati” (ay.25). Berkumpul dengan sesama saudara seiman selagi kita masih bisa melakukannya merupakan bagian yang sangat vital dalam kehidupan iman kita.

Adakalanya perlombaan hidup ini terasa terlalu sulit untuk kita jalani, dan kita mungkin tergoda untuk “melepaskan talinya” karena putus asa. Saat kita berlari bersama, marilah kita juga saling mendorong agar kita tetap kuat untuk terus berlari! —Kirsten Holmberg

Tuhan Yesus, terima kasih untuk harapan yang Kauberikan. Terima kasih karena Engkau tak pernah melemahkan semangat kami. Tolong kami meneladani-Mu dengan menguatkan satu sama lain hari ini.

Dorongan semangat merupakan penyegar bagi jiwa.

Bacaan Alkitab Setahun: Ratapan 3-5; Ibrani 10:19-39

Berkat dari Kehadiran Pendukung

Sabtu, 22 September 2018

Berkat dari Kehadiran Pendukung

Baca: Kisah Para Rasul 9:26-31

9:26 Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid.

9:27 Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.

9:28 Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan.

9:29 Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia.

9:30 Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.

9:31 Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.

Tetapi Barnabas menerima [Saulus] dan membawanya kepada rasul-rasul. —Kisah Para Rasul 9:27

Berkat dari Kehadiran Pendukung

Film The King’s Speech yang dirilis pada tahun 2010 mengisahkan tentang Raja George VI dari Inggris yang tanpa diduga menjadi raja setelah sang kakak memilih untuk melepas takhtanya. Di saat negara sedang menghadapi ancaman Perang Dunia II, para pejabat pemerintahan menginginkan seorang pemimpin yang fasih bicara karena semakin meningkatnya pengaruh radio di tengah masyarakat. Namun, Raja George VI mempunyai masalah gagap bicara.

Saya sangat terpikat pada peran Elizabeth, istri George, di film itu. Dalam perjuangan George mengatasi kesulitan bicaranya, Elizabeth terus menjadi sumber semangat. Dengan setia, Elizabeth memberikan dukungan yang dibutuhkan George untuk mengatasi masalahnya dan memerintah dengan baik selama masa perang.

Alkitab menyoroti kisah-kisah dari para pemberi semangat yang memberikan dukungan luar biasa dalam situasi-situasi yang sulit. Musa mempunyai Harun dan Hur yang mendukungnya selama Israel berperang (Kel. 17:8-16). Elisabet menguatkan Maria, kerabatnya yang sedang mengandung (Luk. 1:42-45).

Setelah pertobatannya, Paulus membutuhkan dukungan Barnabas, yang namanya secara harfiah berarti “anak penghiburan”. Saat murid-murid ketakutan melihat Paulus, Barnabas mempertaruhkan reputasinya dengan menyatakan dukungannya kepada Paulus (Kis. 9:27). Dukungan Barnabas sangat penting bagi Paulus untuk dapat diterima oleh komunitas Kristen. Barnabas lalu melayani sebagai rekan seperjalanan dan sepelayanan Paulus (Kis. 14). Di hadapan bahaya yang menghadang, mereka bekerja bersama untuk memberitakan Injil.

Hari ini, umat Tuhan yang percaya kepada Yesus Kristus masih dipanggil untuk “[menasihati] seorang akan yang lain dan saling membangun” (1Tes. 5:11). Kiranya kita selalu siap memberikan dorongan dan dukungan kepada orang lain, terutama kepada mereka yang sedang mengalami masa-masa sulit. —Lisa Samra

Dukungan seorang teman dapat mengubah segalanya.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkotbah 10-12; Galatia 1

Mangkuk Berkat

Selasa, 13 Februari 2018

Mangkuk Berkat

Baca: Roma 1:1-10

1:1 Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

1:2 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,

1:3 tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,

1:4 dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

1:5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.

1:6 Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.

1:7 Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.

1:8 Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia.

1:9 Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu:

1:10 Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.

Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. —Filipi 1:3

Mangkuk Berkat

Ketika sedang mengetik di komputer, terdengar bunyi denting tanda e-mail masuk. Biasanya saya berusaha menahan diri untuk tidak mengecek setiap e-mail, tetapi subjeknya kali ini sangat menarik perhatian saya: “Kamu sudah menjadi berkat”.

Langsung saja saya membuka e-mail itu dan ternyata itu adalah pesan dari seorang kawan yang tinggal di tempat yang jauh. Ia mengatakan bahwa ia sedang mendoakan keluarga saya. Setiap minggu, ia menaruh satu foto kartu Natal ke dalam “Mangkuk Berkat” di atas meja dapurnya dan mendoakan keluarga yang ada di kartu tersebut. Ia menulis, “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu” (Flp. 1:3), lalu menyemangati usaha kami untuk membagikan kasih Allah kepada orang lain. Itulah persekutuan kami dalam berita Injil (ay.5).

Berkat teman saya tadi, kata-kata Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi mengisi kotak masuk e-mail saya dan menghadirkan sukacita dalam hati saya. Saya pikir, sukacita yang sama juga dirasakan oleh para penerima ucapan syukur Paulus pada abad pertama. Kelihatannya Rasul Paulus mempunyai kebiasaan mengucap syukur atas diri orang-orang yang melayani bersamanya. Frasa yang serupa mengawali sebagian besar suratnya, salah satunya: “Aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia” (Rm. 1:8).

Pada abad pertama, Paulus memberkati rekan-rekan sepelayanannya dengan ucapan syukur disertai doa. Pada abad ke-21, kawan saya menggunakan Mangkuk Berkat untuk mewarnai hari itu dengan sukacita. Bagaimana cara kita bersyukur hari ini atas orang-orang yang melayani bersama kita dalam pekerjaan Allah? —Elisa Morgan

Bapa, tolonglah kami untuk menjadi berkat bagi mereka yang melayani bersama kami.

Kepada siapa Anda akan mengucapkan terima kasih hari ini?

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 14; Matius 26:51-75

Kehidupan Sehari-hari

Kamis, 28 Desember 2017

Kehidupan Sehari-hari

Baca: Amsal 15:13-15

15:13 Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.

15:14 Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan.

15:15 Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.

Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. —Amsal 15:13

Kehidupan Sehari-hari

Saya memasukkan belanjaan ke dalam mobil dan dengan hati-hati mengendarai mobil saya keluar dari tempat parkir. Tiba-tiba saja seorang pria muncul menyeberangi jalan persis di depan saya dengan tidak menyadari laju mobil saya. Saya segera menginjak rem dan berhasil menghindari tabrakan dengan orang itu. Pria itu terkejut, mengangkat wajahnya, dan menatap saya. Saat itu juga, saya tahu saya punya dua pilihan: meluapkan rasa frustrasi sambil menatapnya dengan tajam, atau memberikan senyum pengampunan. Saya memilih untuk tersenyum.

Perasaan lega terlihat pada wajah pria itu, dan ia balik tersenyum tanda berterima kasih.

Amsal 15:13 berkata, “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” Apakah penulis amsal itu meminta kita untuk selalu tersenyum di setiap gangguan, kekecewaan, dan ketidaknyamanan yang kita alami dalam hidup ini? Tentu tidak! Ada waktunya bagi kita untuk berduka, patah hati, atau bahkan marah atas ketidakadilan yang kita alami. Namun dalam kehidupan kita sehari-hari, sebuah senyuman dapat memberikan kelegaan, pengharapan, dan kasih yang kita perlukan untuk terus melangkah maju.

Mungkin amsal tersebut hendak menyatakan bahwa senyum merupakan dampak alami yang keluar dari kondisi batin kita. “Hati yang gembira” adalah hati yang merasa damai, puas, dan berserah kepada kebaikan Allah. Ketika hati kita memancarkan kegembiraan yang berasal dari dalam batin, kita dapat menanggapi situasi-situasi tak terduga yang kita alami dengan senyuman yang tulus. Siapa tahu, orang lain yang kita temui juga akan tergerak untuk mau menerima pengharapan dan damai sejahtera dari Allah. —Elisa Morgan

Ya Bapa, hari ini saat aku bertemu orang-orang, buatlah hatiku bergembira agar aku dapat membagikan kepada mereka pengharapan sejati yang hanya datang dari-Mu.

Nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu. —1 Tesalonika 5:11

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 5-8 dan Wahyu 19

Mencapai Garis Finis

Rabu, 20 September 2017

Mencapai Garis Finis

Baca: Pengkhotbah 4:9-12

4:9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.

4:10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!

4:11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?

4:12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.

Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri . . . . Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. —Pengkhotbah 4:9-10 BIS

Mencapai Garis Finis

Pada Olimpiade Rio 2016, perhatian dunia tertuju kepada dua atlet wanita dalam lomba lari 5.000 meter. Setelah menempuh jarak sekitar 3.200 meter, Nikki Hamblin asal Selandia Baru dan Abbey D’Agostino asal Amerika Serikat sempat bertabrakan dan sama-sama jatuh. Abbey segera berdiri kembali, tetapi ia berhenti untuk menolong Nikki. Beberapa saat setelah kedua atlet tersebut kembali berlari, Abbey mulai tertatih-tatih karena kaki kanannya cedera akibat jatuh tadi. Sekarang giliran Nikki yang berhenti dan memberi semangat kepada Abbey untuk menyelesaikan perlombaan. Ketika Abbey akhirnya melewati garis finis, Nikki telah menunggu di situ untuk memeluknya. Alangkah indahnya teladan yang mereka tunjukkan dalam saling memberi semangat!

Saya pun teringat pada ayat di Alkitab: “Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri . . . . Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian, celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya” (Pkh. 4:9-10 BIS). Sebagai pelari dalam perlombaan rohani, kita membutuhkan satu sama lain—bahkan terlebih lagi karena kita tidak berlomba untuk saling mengalahkan melainkan sebagai anggota dari tim yang sama. Akan ada masanya kita tertatih-tatih dan memerlukan seseorang untuk menolong kita; pada saat lainnya, seseorang mungkin memerlukan dorongan semangat melalui doa atau kehadiran kita.

Perlombaan rohani tidak dimaksudkan untuk dijalani sendiri. Apakah Allah menuntunmu untuk menjadi seperti Nikki atau Abbey bagi seseorang? Tanggapilah kesempatan yang diberikan-Nya hari ini, dan capailah garis finis itu bersama-sama! —Poh Fang Chia

Tuhan, terima kasih untuk dorongan dari saudara seiman yang menguatkanku dalam perjalanan imanku. Tolonglah aku agar juga dapat menguatkan orang lain.

Kita membutuhkan satu sama lain untuk tiba ke tempat yang Allah mau kita tuju.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 4-6 dan 2 Korintus 12

Jangan Berlari Seorang Diri

Sabtu, 2 September 2017

Jangan Berlari Seorang Diri

Baca: Keluaran 17:8-13

17:8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim.

17:9 Musa berkata kepada Yosua: “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.”

17:10 Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit.

17:11 Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek.

17:12 Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam.

17:13 Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.

Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita . . . berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. —Ibrani 12:1

Jangan Berlari Seorang Diri

Jack, suami saya, sudah kehabisan tenaga setelah berlari sejauh 40 km dalam lomba maraton sepanjang 42 km.

Itulah pertama kalinya ia mengikuti lomba lari maraton, dan ia berlari seorang diri. Setelah berhenti sejenak untuk minum di salah satu pos bantuan, ia merasa sangat letih dan memutuskan untuk duduk di atas rumput di pinggir jalan. Menit demi menit berlalu, tetapi kekuatannya tidak juga kembali. Saat ia terpikir untuk menyerah dan keluar dari lomba, lewatlah dua guru sekolah berusia paruh baya asal Kentucky. Meskipun tidak kenal, mereka menyapa Jack dan bertanya apakah ia mau berlari bersama mereka. Tiba-tiba, Jack merasa kembali bersemangat. Ia pun berdiri lalu menyelesaikan lomba bersama kedua wanita tersebut.

Dua wanita tersebut mengingatkan saya kepada Harun dan Hur, dua teman yang menolong Musa, pemimpin bangsa Israel, pada suatu saat yang genting (Kel. 17:8-13). Ketika itu bangsanya sedang diserang oleh musuh. Dalam pertempuran itu, selama Musa mengangkat kedua tangannya, bangsa Israel pun unggul (ay.11). Karena itu, ketika tangan Musa mulai penat, Harun dan Hur menopang masing-masing tangan Musa sampai matahari terbenam (ay.12).

Mengikut Allah bukanlah perjalanan yang bisa ditempuh seorang diri. Dia tidak menciptakan kita untuk berlomba seorang diri dalam hidup ini. Ketika kita taat melakukan apa yang Allah kehendaki, Dia memberikan orang-orang tertentu yang dapat menolong kita bertahan di tengah berbagai pergumulan hidup. —Amy Peterson

Tuhan, terima kasih atas orang-orang yang Engkau berikan untuk menguatkanku agar tetap setia mengikut-Mu. Tolonglah aku untuk juga menguatkan sesamaku.

Siapakah yang hari ini dapat saya beri dukungan semangat agar tetap bertahan di tengah segala kesulitan hidupnya?

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 137-139 dan 1 Korintus 13

Membagikan Penghiburan

Rabu, 21 Juni 2017

Membagikan Penghiburan

Baca: 2 Korintus 1:3-11

1:3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,

1:4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.

1:5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.

1:6 Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.

1:7 Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.

1:8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.

1:9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.

1:10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,

1:11 karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami.

Pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami. —2 Korintus 1:7

Membagikan Penghiburan

Seorang teman mengirimkan sejumlah keramik buatannya kepada saya. Saat membuka kotaknya, saya mendapati barang-barang berharga itu rusak dalam perjalanan. Salah satu cangkir pecah menjadi kepingan besar, kepingan kecil, dan serbuk. Setelah suami saya merekatkan kepingan-kepingan itu kembali, saya memajang cangkir retak yang tetap indah itu di rak.

Seperti keramik yang direkatkan kembali, saya memiliki bekas-bekas luka yang menunjukkan bahwa saya masih berdiri teguh setelah Allah membawa saya melewati masa-masa sulit. Penghiburan itu mengingatkan saya bahwa membagikan karya Tuhan di dalam dan melalui hidup saya dapat menolong orang lain di tengah penderitaan mereka.

Rasul Paulus memuji Allah karena Dialah “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (2Kor.. 1:3). Tuhan memakai ujian dan penderitaan kita untuk membuat kita makin serupa dengan-Nya. Penghiburan-Nya dalam pergumulan kita memperlengkapi kita untuk menguatkan orang lain dengan bersaksi tentang pertolongan yang kita terima dari-Nya (ay.4).

Saat kita merenungkan penderitaan Kristus, kita dapat terilhami untuk bertahan di tengah penderitaan kita, dengan mengimani bahwa Allah memakai pengalaman kita untuk menguatkan kita dan sesama hingga menghasilkan ketekunan (ay.5-7). Seperti Paulus, kita dapat terhibur saat mengetahui Tuhan memakai ujian kita untuk kemuliaan-Nya. Kita dapat membagikan penghiburan-Nya dan membawa harapan yang menenteramkan bagi mereka yang terluka. —Xochitl Dixon

Tuhan, terima kasih Engkau memakai kami untuk memberikan penghiburan, semangat, dan harapan pada sesama kami yang sedang menderita. Kami memuji-Mu untuk segala penghiburan-Mu dahulu, kini, dan yang akan datang.

Allah menghibur sesama kita ketika kita bersaksi tentang penghiburan yang kita terima dari-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 3-5 dan Kisah Para Rasul 5:22-42

href=’http://bit.ly/line-warungsatekamu-via-website’>Add Friend