Posts

Hal Itu Menakjubkan

Minggu, 4 Februari 2018

SR:04-02-2018

Baca: Wahyu 21:1-3,10-11,23

21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

21:10 Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.

21:11 Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

21:23 Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya.

Kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin. —Mazmur 72:19

SR:04-02-2018

Dalam natur alami kita, kita semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan hal itu (Rm. 3:23).

Ia adalah cahaya dari hal itu (Ibr. 1:3), dan mereka yang mengenal-Nya telah melihat hal itu (Yoh. 1:14).

Dalam Perjanjian Lama, hal itu memenuhi Kemah Suci (Kel. 40:34-35), dan bangsa Israel dipimpin oleh hal itu.

Dan di akhir zaman, kita dijanjikan bahwa surga tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab hal itu akan meneranginya dengan begitu luar biasa (Why. 21:23).

Apakah hal itu dalam semua pernyataan di atas?

Hal itu merujuk pada kemuliaan Allah. Dan Allah memang sangat menakjubkan!

Di sepanjang Alkitab, kita diberi tahu bahwa kita dapat menikmati sekilas kemuliaan Allah yang mengagumkan itu selama kita hidup di atas bumi ciptaan-Nya. Kemuliaan Allah di sini adalah wujud yang tampak dari keberadaan-Nya. Karena kita tidak dapat melihat Allah, Dia memberi kita gambaran yang jelas akan kehadiran dan karya-Nya di dalam hal-hal seperti kemegahan alam semesta, keagungan dari keselamatan kekal yang kita terima, dan kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita.

Hari ini, cobalah menikmati kemuliaan Allah dan saksikanlah bukti dari kebesaran-Nya. Anda dapat melihatnya dalam alam yang indah, tawa anak-anak, dan kasih dari sesama. Allah masih terus memenuhi dunia ini dengan kemuliaan-Nya. —Dave Branon

Bapa Surgawi, terima kasih untuk sekilas kemuliaan-Mu yang kami lihat sekarang, untuk kemuliaan yang kami percaya ada di dalam Yesus, Juruselamat kami, dan untuk pengharapan pasti akan kemuliaan penuh yang akan kami alami di surga kelak.

Kita dapat melihat dan menikmati kemuliaan Allah sekarang dan sampai selama-lamanya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 34-35; Matius 22:23-46

Janji demi Janji

Minggu, 21 Januari 2018

Janji demi Janji

Baca: 2 Petrus 1:1-9

1:1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.

1:3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.

1:4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

1:5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,

1:6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,

1:7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

1:8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

1:9 Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.

Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi. —2 Petrus 1:4

Janji demi Janji

Saya dan putri saya yang bungsu senang memainkan permainan yang kami sebut “Cubit”. Cara bermainnya begini: Ketika ia menaiki tangga, saya akan mengejarnya dan berusaha mencubitnya. Aturannya adalah saya hanya boleh mencubitnya (dengan lembut tentunya) ketika ia berada di tangga. Begitu ia tiba di lantai atas, ia selamat. Namun, adakalanya ia sedang tidak ingin bermain. Bila saya coba mengejarnya, ia akan dengan tegas berkata, ”Jangan cubit!” Dan saya akan menjawab, “Oke, tak ada cubitan sekarang. Ayah janji.”

Janji saya mungkin terlihat sepele. Namun ketika saya menepati janji itu, putri saya mulai belajar sesuatu tentang karakter saya. Ia merasakan konsistensi saya. Ia tahu bahwa janji saya pasti ditepati, dan ia dapat mempercayai saya. Menepati janji seperti itu tidaklah sulit. Namun, janji—lebih tepatnya “janji yang ditepati”—merekatkan hubungan antara kedua belah pihak. Janji yang ditepati menjadi dasar untuk membangun kasih dan rasa percaya.

Menurut saya, itulah yang dimaksudkan oleh Rasul Petrus ketika menulis bahwa janji-janji Allah membuka jalan bagi kita untuk “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2Ptr. 1:4). Ketika kita mempercayai firman Allah, segala sesuatu yang Dia katakan tentang diri-Nya dan tentang kita, kita melihat isi hati-Nya kepada kita. Dia berkenan mengungkapkan kesetiaan-Nya ketika kita mempercayai kebenaran firman-Nya. Saya sungguh bersyukur Kitab Suci dipenuhi dengan janji-janji-Nya. Semua itu mengingatkan dengan jelas kepada saya bahwa “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi” (Rat. 3:22-23). —Adam Holz

Tuhan, terima kasih untuk “janji-janji yang berharga dan yang sangat besar”. Tolonglah kami untuk memahami dan mempercayai firman-Mu sebagai kebenaran sehingga kami dapat sepenuhnya mengalami kebaikan-Mu yang indah.

Allah mengungkapkan isi hati-Nya kepada kita melalui firman-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 1–3; Matius 14:1-21

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Teguh Arianto

Terus Maju

Selasa, 2 Januari 2018

Terus Maju

Baca: Filipi 3:7-14

3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,

3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

[Aku] berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah. —Filipi 3:14

Terus Maju

Ketika berjalan di luar gedung kantor tempat saya bekerja, saya tercengang melihat sebatang tanaman bunga yang indah tumbuh di suatu celah lempengan beton yang menutupi tanah. Meskipun keadaannya tidak mendukung, tanaman itu berhasil menemukan tempat untuk berakar di retakan yang kering dan bertumbuh dengan baik. Saya kemudian menyadari bahwa tepat di atas tanaman itu terpasang unit pendingin udara yang meneteskan air pada tanaman itu sepanjang hari. Jadi, meskipun lingkungannya tidak bersahabat, tanaman tersebut menerima pertolongan yang dibutuhkannya untuk bertumbuh dari tetesan air itu.

Dalam hidup kita sebagai orang percaya, terkadang kita menemui berbagai hambatan untuk bertumbuh. Namun, jika kita bertekun dalam Kristus, hambatan-hambatan itu dapat diatasi. Mungkin lingkungan kita tidak bersahabat dan kekecewaan hidup bisa jadi menghalangi kita untuk bertumbuh. Akan tetapi, jika kita terus maju dalam persekutuan dengan Allah, kita akan dapat bertumbuh seperti tanaman bunga di atas. Itulah yang dialami oleh Rasul Paulus. Meskipun menghadapi kesulitan dan tantangan yang sangat berat (2Kor. 11:23-27), ia tidak pernah menyerah. “Aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus,” demikian tulis Paulus. “[Aku] berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah” (Flp. 3:12,14).

Paulus menyadari bahwa ia sanggup menanggung segala perkara di dalam Tuhan yang memberikan kekuatan kepadanya (4:13). Demikian juga kita dapat terus maju dengan pertolongan Kristus yang memberikan kekuatan kepada kita. —Lawrence Darmani

Hari ini adalah hari yang Engkau ciptakan, Bapa. Terima kasih karena Engkau akan selalu menyertaiku dalam segala hal yang kuhadapi hari ini.

Allah memberikan kekuatan yang kita perlukan untuk bertekun dan bertumbuh.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 4–6; Matius 2

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Mesulam Esther

Allah Kita yang Mahakuasa

Selasa, 28 November 2017

Allah Kita yang Mahakuasa

Baca: Amos 4:12-13

4:12 “Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel. —Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel!”

4:13 Sebab sesungguhnya, Dia yang membentuk gunung-gunung dan menciptakan angin, yang memberitahukan kepada manusia apa yang dipikirkan-Nya, yang membuat fajar dan kegelapan dan yang berjejak di atas bukit-bukit bumi—TUHAN, Allah semesta alam, itulah nama-Nya.

Sebab sesungguhnya, Dia yang membentuk gunung-gunung dan menciptakan angin, . . . Tuhan, Allah semesta alam, itulah nama-Nya. —Amos 4:13

Allah Kita yang Mahakuasa

Suatu hari di tepi laut, saya sangat menikmati saat menonton beberapa peselancar layang berselancar di permukaan air dengan digerakkan oleh kekuatan angin. Ketika salah satu dari mereka tiba di pantai, saya bertanya kepadanya apakah melakukan selancar layang itu sesulit yang saya bayangkan. “Tidak,” katanya, “Ini justru lebih mudah daripada berselancar biasa karena kami memanfaatkan kekuatan angin untuk melaju.”

Setelah itu ketika saya menyusuri pantai, sambil memikirkan tentang kemampuan angin yang tidak hanya dapat mendorong para peselancar tetapi juga menyibakkan rambut ke wajah saya, saya berhenti sejenak untuk mengagumi Allah Sang Pencipta. Seperti yang kita baca di kitab Amos dalam Perjanjian Lama, Allah yang “membentuk gunung-gunung” dan “menciptakan angin” juga dapat “membuat fajar dan kegelapan” (ay.13).

Melalui sang nabi, Tuhan mengingatkan umat-Nya tentang kuasa-Nya sembari memanggil mereka kembali kepada-Nya. Karena mereka tidak menaati Allah, Dia berkata bahwa Dia akan menyatakan diri-Nya kepada mereka (ay.13). Meskipun yang kita lihat di sini adalah penghakiman-Nya, dari bagian lainnya di Alkitab kita mengetahui tentang kasih pengorbanan-Nya ketika Dia mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita (lihat Yoh. 3:16).

Kekuatan angin pada hari yang sejuk di Inggris Selatan itu mengingatkan saya pada kemahakuasaan Tuhan. Jika kamu merasakan tiupan angin hari ini, mengapa tidak berhenti sejenak dan merenungkan tentang Allah kita yang Mahakuasa? —Amy Boucher Pye

Ya Bapa, terima kasih untuk kuasa dan kasih-Mu. Tolong aku bersandar kepada-Mu hari demi hari.

Dengan kasih-Nya, Allah menciptakan dunia. Terpujilah Dia!

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 33-34; 1 Petrus 5

Siapa Nama Ayahmu?

Jumat, 15 September 2017

Siapa Nama Ayahmu?

Baca: Yohanes 8:39-47

8:39 Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.

8:40 Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.

8:41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.”

8:42 Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.

8:44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

8:45 Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku.

8:46 Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?

8:47 Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.”

Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. —Yohanes 1:12

Siapa Nama Ayahmu?

Ketika hendak membeli ponsel di Timur Tengah, saya menerima sejumlah pertanyaan yang biasa diajukan: siapa nama saya, apa kewarganegaraan saya, dan di mana alamat saya. Namun saat pramuniaga mengisi formulir, ia bertanya: “Siapakah nama ayahmu?” Pertanyaan itu mengejutkan saya, dan saya heran mengapa hal itu penting untuk ditanyakan. Mengetahui nama ayah tidaklah penting dalam budaya saya. Namun di Timur Tengah, mengetahui nama ayah itu penting untuk menegaskan identitas seseorang. Silsilah keluarga dianggap penting dalam sejumlah budaya di dunia.

Orang Israel juga meyakini pentingnya silsilah keluarga. Mereka membanggakan Abraham sebagai leluhur mereka, dan berpikir bahwa dengan menjadi bagian dari garis keturunan Abraham, mereka otomatis menjadi anak-anak Allah. Menurut mereka, silsilah jasmani mereka berkaitan dengan keluarga rohani mereka.

Ratusan tahun kemudian, ketika Yesus berbicara kepada orang Yahudi, Dia menegaskan bahwa pandangan mereka itu tidak benar. Mereka dapat berkata bahwa Abraham adalah nenek moyang mereka di bumi, tetapi jika mereka tidak mengasihi Yesus—Pribadi yang diutus oleh Bapa—mereka bukanlah bagian dari keluarga Allah.

Hal yang sama berlaku di masa kini. Kita tidak dapat memilih keluarga jasmani kita di bumi, tetapi kita dapat memutuskan keluarga rohani yang ingin kita miliki. Jika kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan, Allah memberi kita kuasa untuk menjadi anak-Nya (Yoh. 1:12).

Siapakah Bapa rohanimu? Sudahkah kamu memutuskan untuk mengikut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Kiranya hari ini kamu percaya kepada Tuhan Yesus untuk menerima pengampunan atas dosa-dosamu dan diangkat menjadi anggota keluarga Allah. —Keila Ochoa

Ya Tuhan, Engkaulah Bapa Surgawiku yang kekal. Terima kasih untuk Yesus, Tuhan dan Juruselamatku.

Allah adalah Bapa kita yang kekal.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 22-24 dan 2 Korintus 8

Keindahan Allah yang Terpancar

Kamis, 31 Agustus 2017

Keindahan Allah yang Terpancar

Baca: Roma 1:18-25

1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.

1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.

1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.

1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

Semenjak Allah menciptakan dunia, sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan, yaitu keadaan-Nya sebagai Allah dan kuasa-Nya yang abadi, sudah dapat difahami oleh manusia melalui semua yang telah diciptakan. —Roma 1:20 BIS

Keindahan Allah yang Terpancar

Pulau Lord Howe adalah surga kecil di lepas pantai timur Australia dengan pantai yang berpasir putih dan airnya sebening kristal. Ketika berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu, saya terpana oleh keindahannya. Di sana, orang dapat berenang dengan kura-kura dan gerombolan ikan yang memancarkan warna-warni neon saat sinar bulan menerpa. Di laguna, saya menemukan terumbu karang yang dipenuhi ikan berwarna jingga cerah dan ikan bergaris-garis kuning yang bergegas mencium tangan saya. Terkagum oleh keindahan semacam itu, saya hanya bisa menyembah Allah.

Rasul Paulus memberikan alasan untuk tanggapan saya itu. Tujuan utama ciptaan adalah mengungkapkan sesuatu dari sifat Allah (Rm. 1:20). Keajaiban Pulau Lord Howe membuka mata saya untuk melihat sekilas kuasa dan keindahan-Nya.

Ketika Nabi Yehezkiel bertemu Allah, kepadanya ditunjukkan sesuatu yang kelihatan seperti rupa manusia di takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit dan sinar yang mengelilinginya (Yeh. 1:25-28). Rasul Yohanes melihat sesuatu yang serupa: Seorang yang nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis (Why. 4:2-3). Ketika Allah menyatakan diri-Nya, Dia tidak hanya baik dan berkuasa, tetapi juga indah. Ciptaan mencerminkan keindahan itu, sama seperti karya seni merefleksikan senimannya.

Seringkali, alam ciptaan lebih disembah daripada Allah (Rm. 1:25). Alangkah malangnya. Namun, kiranya laut yang sebening kristal dan makhluk-makhluk laut yang berkilauan dapat mengarahkan kita kepada Pribadi di balik semua ciptaan itu, Allah yang lebih berkuasa dan indah daripada segala sesuatu di dunia ini. —Sheridan Voysey

Keindahan ciptaan mencerminkan keindahan Pencipta kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 132-134 dan 1 Korintus 11:17-34

Artikel Terkait:

Allah di Balik Kabut Asap

Perubahan

Minggu, 20 Agustus 2017

Perubahan

Baca: Ester 8:11-17

8:11 yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya,

8:12 pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.

8:13 Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan di tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang Yahudi harus bersiap-siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada musuhnya.

8:14 Maka dengan terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan.

8:15 Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susanpun bertempiksoraklah dan bersukaria:

8:16 orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan.

8:17 Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di tiap-tiap kota, di tempat manapun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.

Orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan. —Ester 8:16

Perubahan

Ketika sang pendeta berkhotbah pada pemakaman seorang veteran perang yang lanjut usia, ia membahas tentang di mana kemungkinan almarhum berada. Namun, bukannya menjelaskan bagaimana orang dapat mengenal Allah, ia malah berspekulasi tentang hal-hal yang tidak ada di Alkitab. Di manakah pengharapan dalam semua itu? pikir saya.

Akhirnya pendeta meminta kami menyanyikan himne penutup. Ketika kami berdiri dan menyanyikan “Bila Kulihat Bintang Gemerlapan”, orang mulai memuji Allah dari lubuk hati mereka. Dalam sekejap, semangat orang di ruangan tersebut berubah. Tiba-tiba secara mengejutkan, di tengah-tengah pujian bait kedua, emosi mewarnai suara saya.

Ya Tuhanku, pabila kurenungkan
Pemberian-Mu dalam Penebus,
‘Ku tertegun: bagiku dicurahkan
Oleh Putra-Mu darah-Nya kudus.

Sebelum kami menyanyikan himne tersebut, saya bertanya-tanya apakah Allah akan hadir di pemakaman itu. Kenyataannya, Allah senantiasa hadir. Kitab Ester mengungkapkan kebenaran tersebut. Bangsa Yahudi sedang di pengasingan, dan para penguasa ingin membunuh mereka. Namun pada momen kegelapan itu, raja yang tidak mengenal Allah itu memberikan hak bagi orang Israel yang tertawan untuk mempertahankan diri dari orang yang menginginkan kematian mereka (EST. 8:11-13). Mereka berhasil mempertahankan diri dan merayakannya (9:17-19).

Seharusnya tidak mengherankan bahwa Allah hadir melalui lirik himne yang dinyanyikan saat pemakaman itu. Bagaimanapun juga, Allah mengubah upaya pembunuhan terhadap suatu bangsa menjadi perayaan, dan penyaliban diubah menjadi kebangkitan dan penyelamatan! —Tim Gustafson

Allah kita yang tak terduga sering menyatakan kehadiran-Nya pada saat-saat yang tidak kita harapkan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 105-106 dan 1 Korintus 3

Sungguh Amat Baik!

Senin, 26 Juni 2017

Sungguh Amat Baik!

Baca: Kejadian 1:24-31

1:24 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian.

1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

1:29 Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian.

1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. —Kejadian 1:31

Sungguh Amat Baik!

Adakalanya sebuah hari terasa memiliki tema yang sama untuk sepanjang hari itu. Baru-baru ini saya mengalaminya. Hari itu, pendeta kami memulai khotbahnya dari Kejadian 1 dengan menampilkan potret bunga-bunga mekar yang menawan selama dua menit. Kemudian di rumah, ketika menjelajahi media sosial, saya melihat sejumlah gambar bunga yang dikirimkan oleh beberapa teman. Masih pada hari yang sama, saat berjalan-jalan di hutan, kami dikelilingi oleh bunga-bunga liar khas musim semi yang indah—bunga trillium, marigold, dan iris.

Allah menciptakan segala jenis bunga dan beragam tanaman lainnya (beserta tanah tempatnya bertumbuh), pada hari ketiga dari penciptaan. Dan dua kali pada hari itu, Allah menyatakan itu “baik” (Kej. 1:10,12). Hanya pada satu hari penciptaan lainnya—hari keenam—Allah kembali menyatakan “baik” sebanyak dua kali (ay.25,31). Bahkan pada hari ketika Allah menciptakan manusia dan mahakarya-Nya telah lengkap, Dia melihat semua yang telah diciptakan-Nya dan menyatakan, “sungguh amat baik!”

Dalam kisah penciptaan, kita melihat Allah Pencipta yang senang melihat ciptaan-Nya—bahkan merasa bersukacita dalam mencipta. Mungkinkah itu memang tujuan-Nya ketika Dia merancang sebuah dunia dengan keanekaragaman yang berwarna-warni dan sangat indah? Allah menciptakan mahakarya-Nya pada hari terakhir ketika Dia “menciptakan manusia . . . menurut gambar-Nya” (ay.27). Sebagai citra Allah, kita terberkati dan terilhami oleh karya tangan-Nya yang indah. —Alyson Kieda

Ya Allah Pencipta kami, kami bersyukur karena Engkau menciptakan dunia ini dengan seluruh keindahannya untuk kami nikmati dan juga untuk sukacita-Mu. Terima kasih juga karena Engkau menciptakan kami menurut gambar-Mu sehingga kami pun terinspirasi untuk mencipta dan berkarya.

Seluruh alam ciptaan merupakan karya tangan Allah sendiri.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 5-7 dan Kisah Para Rasul 8:1-25

Ayah yang Sempurna

Minggu, 18 Juni 2017

Ayah yang Sempurna

Baca: Amsal 20:3-7

20:3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.

20:4 Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.

20:5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.

20:6 Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?

20:7 Orang benar yang bersih kelakuannya—berbahagialah keturunannya.

Orang benar yang bersih kelakuannya—berbahagialah keturunannya. —Amsal 20:7

Ayah yang Sempurna

Ayah saya pernah mengaku kepada saya, “Saat kamu beranjak dewasa, Ayah sering sekali tidak ada di sisimu.”

Jujur saja, saya tidak mengingatnya. Selain bekerja penuh waktu, Ayah sering pergi keluar rumah pada malam hari untuk melatih paduan suara di gereja, dan sesekali melakukan perjalanan selama satu atau dua minggu bersama grup kwartet prianya. Namun, pada semua peristiwa penting (dan banyak peristiwa yang biasa saja) dalam hidup saya, ia selalu hadir.

Misalnya, waktu berumur 8 tahun, saya mendapat peran kecil dalam drama di sekolah. Semua ibu datang, tetapi hanya ada seorang ayah, yaitu ayah saya. Dalam banyak cara dan kesempatan, ia selalu memberi tahu saya dan kakak-kakak bahwa kami sangat berarti baginya dan ia menyayangi kami. Melihat cara ayah memperhatikan ibu dengan sabar di tahun-tahun terakhir masa hidup ibu benar-benar mengajarkan saya tentang wujud kasih yang rela berkorban. Ayah bukanlah orang yang sempurna, tetapi ia selalu menjadi ayah yang menggambarkan dengan baik Allah Bapa saya di surga. Itulah yang sepatutnya dilakukan oleh seorang ayah Kristen.

Adakalanya ayah kita di dunia mengecewakan atau menyakiti anakanaknya. Namun, Bapa kita di surga adalah “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mzm. 103:8). Ketika seorang ayah yang mengasihi Allah menegur, menghibur, mengajar, dan menyediakan kebutuhan anak-anaknya, ia memberikan bagi mereka contoh yang baik dari Bapa Surgawi kita yang sempurna. —Cindy Hess Kasper

Bapa Surgawi, terima kasih atas kasih setia-Mu yang selalu dapat kuandalkan. Tolonglah aku untuk menjalani hidup hari ini sehingga kelak aku bisa mewariskan teladan kasih dan kesetiaan.

Hidup yang dijalani bagi Kristus merupakan warisan terbaik yang dapat kita teruskan kepada anak-anak kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 10-11 dan Kisah Para Rasul 4:1-22