Posts

Apa yang Terjadi Jika Kita Lupa Berdoa?

Oleh Daniel Ryan Day
Artikel asli dalam bahasa Inggris: What Happens When We Forget To Pray

Tahun lalu, aku melamar pekerjaan di perusahaan yang sangat aku sukai. Aku sangat bersemangat dan percaya diri bahwa aku orang yang kompeten untuk masuk di posisi itu. Selama dua tahun, aku telah bekerja paruh waktu untuk perusahaan ini. Oleh karenanya, ketika muncul lowongan untuk menjadi staf sepenuh waktu, aku pun langsung memasukkan aplikasi lamaranku. Aku suka perusahaan ini, orang-orangnya, juga pekerjaannya.

Aku pun berdoa, berdoa dan berdoa. Suatu hari, aku menerima panggilan telepon. Aku diminta untuk datang ke sesi wawancara! Waaah! Aku mempersiapkan diri dengan mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan diajukan. Aku berdoa. Aku mencatat. Dan, aku menanti.

Seiring dengan hari wawancara mendekat, aku mulai gugup. Perutku sakit, kakiku tidak bisa diam, dan jantungku berdebar-debar.

Hari wawancara pun tiba. Namun, aku malah terlambat bangun dan lupa berdoa. Pagi itu, aku sempat berpikir Tuhan mungkin tidak akan memberkati wawancaraku karena aku lupa meluangkan waktuku untuk-Nya.

Menilik kembali ke masa itu, aku memahami bahwa ternyata aku mempercayai beberapa mitos tentang doa. Kepercayaanku akan mitos-mitos itu menunjukkan bahwa aku salah dalam memahami Tuhan. Aku berharap aku dapat mengatasi hal ini, namun terkadang pemikiran palsu tentang bagaimana Tuhan bekerja berkecamuk di dalam pikiranku, terutama di saat ada sesuatu yang aku inginkan dan butuhkan.

Inilah 3 kesalahpahaman tentang Tuhan yang aku temukan dalam proses pergumulanku ini:

1. Jika aku tidak berdoa, Tuhan mungkin akan menghukumku

Ketika aku lupa meluangkan waktu untuk Tuhan, seketika itu juga aku merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Aku juga merasakan hal yang sama tatkala aku berbuat dosa. Seperti halnya di hari wawancaraku, aku berandai-andai jika Tuhan tidak memberkatiku karena aku terlambat bangun dan lupa berdoa.

Namun sejatinya, tidak ada doa yang terlupakan atau kegagalan yang dapat menghentikan-Nya untuk tetap menjadi Tuhan yang baik dan peduli kepada kita. Contoh yang paling baik dapat kita temukan pada Roma 5:8, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Ayat di atas tidak menyebutkan bahwa “Jika kita hidup lebih baik, maka Kristus akan mati untuk kita,” atau “Karena kita berdoa dan membaca Kitab Suci, maka Kristus mati untuk kita” melainkan “Kristus telah mati bagi kita ketika kita masih berdosa.”

Kenyataannya ialah: kebaikan kita tidak akan pernah cukup. Namun, tidak ada kesalahan yang bisa memisahkan kita dari cinta Tuhan. Jadi, jika kamu lupa untuk berdoa atau tersandung di saat kamu berjalan bersama-Nya, ingatlah bahwa itu tidak akan mengubah pandangan-Nya terhadap dirimu. Kita akan selalu bisa berbalik kepada-Nya dan menemukan bahwa Dia masih mencintai kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita.

2. Jika aku menggunakan kata-kata bagus dan banyak berdoa, maka Tuhan akan mendengarkanku

Sampai di hari wawancaraku, aku menghabiskan berjam-jam berdoa kepada Tuhan agar Ia mengabulkan keinginanku untuk bekerja di perusahaan yang aku impikan. Aku ingin terus mendaraskan keinginanku di hadapan-Nya. Aku merasa harus terus menerus mengingatkan-Nya akan permohonanku sehingga jika tiba saatnya, Ia akan melakukan kehendak-Nya.

Namun perlahan aku sadar, jika frekuensi doaku memengaruhi kehendak Tuhan, justru itu berarti Tuhan telah dimanipulasi oleh kehendakku. Itu pula yang dipikirkan oleh orang-orang dalam Perjanjian Baru! Seperti dalam Matius 6: 7-8, Yesus mengatakan, “Lagipula dalam doamu itu, janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.

Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan. “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Kita bisa berdoa kepada-Nya dan percaya bahwa Ia senantiasa mendengarkan kita—bukan karena kita banyak berdoa atau menggunakan kata-kata yang fasih, namun karena Ia sendiri mengenal, mengasihi dan tidak akan pernah melupakan kita.

3. Berdoa dapat membantuku untuk mendapatkan keinginan yang spesifik

Aku melakukan riset dan menghitung berapa banyak uang yang harus aku keluarkan. Aku membuat daftar pro dan kontra tentang tanggung jawab baru yang aku emban. Aku bisa melihat dengan jelas apa yang akan terjadi pada keluargaku. Aku bisa menguasai segala yang terjadi dalam hidupku.

Kenyataannya, semua hal di atas adalah salah besar! Ya, nyatanya aku sendiri tidak pernah tahu tentang apa yang terbaik bagi diriku. Namun sebaliknya, Tuhan selalu tahu. Jika melihat ke belakang, sebenarnya ini bukan kali pertama aku berdoa untuk mendapatkan pekerjaan. Beberapa tahun silam, aku memohon kepada-Nya untuk memberikanku pekerjaan di perusahaan lain yang menurutku bisa membantu perekonomian keluargaku. Namun, aku justru tidak mendapatkannya. Aku kecewa dan frustasi. Aku bahkan bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak menjawab doaku.

Sebenarnya tidak ada yang salah tatkala aku merencanakan apa yang terbaik bagiku. Namun semakin ke sini, aku belajar bahwa meskipun aku merencanakan segala sesuatunya, hanyalah Tuhan yang tahu dan bisa menuntun langkahku (Amsal 16: 9). Dalam kejadian ini, Tuhan menjawab tidak untuk pekerjaan pertamaku.

Bertolak ke setahun yang lalu, aku menyelesaikan wawancaraku dengan baik,padahal saat itu aku datang terlambat dan tidak sempat berdoa. Beberapa minggu kemudian, aku diterima untuk bekerja di perusahaan ini.

Melihat kebelakang, aku bersyukur tidak diterima di pekerjaan yang kupikir tepat buatku. Dalam beberapa aspek, pekerjaan yang kutekuni sekarang jauh lebih baik daripada pekerjaan yang dulu kudambakan, tapi butuh waktu sampai aku bisa melihat kebaikan ini. Tuhan tahu apa yang Dia sedang kerjakan. Tanggung jawab yang Tuhan percayakan padaku pada tahun-tahun sebelumnya menolongku untuk punya pengalaman yang bermanfaat bagi pekerjaanku sekarang.

Aku sangat bersyukur karena kasih sayang-Nya menuntun aku dan kamu. Ketika kita mengungkapkan kebutuhan kita, ketakutan, dan harapan kita kepada Bapa, Dia memberikan kita penghiburan dan jaminan bahwa segala sesuatu terjadi tidak lepas dari kendali tangan-Nya yang bijaksana.

Alih-alih memahami doa sebagai daftar kebutuhan atau cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita dapat berterima kasih pada Tuhan karena Dia telah mengundang kita untuk bersandar pada kebaikan-Nya. Doa adalah cara untuk kita tumbuh semakin dekat dengan Dia yang amat peduli pada kita. Dia yang tahu yang terbaik, dan Dia senantiasa dapat kita percaya. Tuhan melakukan segalanya demi kebaikan kita.

Baca Juga:

Berkat yang Kuterima dari Kegagalanku

Setiap tahun akan ada orang-orang yang gagal masuk PTN sepertiku. Gagal ini memilukan dan terasa getir. Namun, kawanku, ingatlah gagal bukanlah akhir kisah hidup kita.