Posts

Shrek Si Domba Pelarian

Kamis, 19 Juni 2014

Shrek Si Domba Pelarian

Baca: Yehezkiel 34:11-16

34:11 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya.

34:12 Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan.

34:13 Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu.

34:14 Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel.

34:15 Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH.

34:16 Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.

Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. —Yehezkiel 34:11

Shrek Si Domba Pelarian

Shrek adalah seekor domba pelarian. Ia pernah terpisah dari kawanannya dan menghilang selama 6 tahun. Akhirnya, seseorang menemukan Shrek tinggal dalam gua di sebuah tempat yang tinggi dan terjal di Selandia Baru. Orang itu bahkan tidak mengenali Shrek sebagai seekor domba. “Domba itu kelihatan seperti sesosok makhluk yang cuma ada dalam Alkitab,” kata orang itu. Komentar itu ada benarnya. Shrek merupakan gambaran dari apa yang terjadi pada seekor domba yang telah terpisah dari gembalanya.

Untuk turun dari gunung, Shrek harus digendong karena bulunya sudah terlalu berat (27 kg) dan itu membuatnya tidak dapat berjalan sendiri. Untuk meringankan Shrek dari beban beratnya itu, badannya harus ditelentangkan agar ia tidak bergerak-gerak dan tidak terluka ketika bulunya yang berat itu dicukur habis.

Cerita Shrek ini menggambarkan metafora yang Yesus gunakan ketika Dia menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang Baik (Yoh. 10:11), dan ketika Allah menyebut umat-Nya sebagai domba-domba-Nya (Yeh. 34:31). Seperti Shrek, kita terjerumus pada keputusan-keputusan yang buruk ketika kita bergantung kepada diri sendiri, dan hidup kita ditimpa oleh berbagai beban berat dengan segala akibat yang harus kita tanggung (Yeh. 33:10). Untuk melepaskan kita dari beban tersebut, kita mungkin harus berada dalam posisi tidak berdaya untuk sementara waktu. Ketika kita berada dalam keadaan tersebut, alangkah baiknya apabila kita tetap bersikap tenang dan mempercayai Sang Gembala yang Baik itu untuk melakukan bagian-Nya tanpa melukai kita. —JAL

Sang Rajalah gembalaku
Yang baik dan penyayang.
Tak kurang aku apa pun
Selama ‘ku milik-Nya. —Baker
(Kidung Jemaat, No. 377)

Latihan Allah dirancang untuk menumbuhkan iman kita.

Tulang Yang Patah

Sabtu, 16 Maret 2013

Tulang Yang Patah

Baca: Mazmur 51:1-15

Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak- sorak kembali! —Mazmur 51:10

Bertahun-tahun yang lalu, saya ikut bermain dalam tim sepakbola kampus sebagai penjaga gawang. Pada saat itu, saya merasa asyik sekali, tetapi semua keasyikan itu harus dibayar mahal dengan akibat yang masih saya rasakan hingga saat ini. Sebagai penjaga gawang, saya harus terus-menerus menjatuhkan badan dalam posisi yang berbahaya untuk mencegah tim lawan mencetak gol, hingga saya sering cedera. Dalam salah satu musim pertandingan, saya menderita patah tulang kaki, beberapa tulang rusuk retak, tulang bahu yang bergeser, dan juga gegar otak! Sekarang, rasa sakit pada sendi yang saya alami, terutama pada musim dingin, menjadi pengingat yang pahit akan cedera tulang di masa lalu tersebut.

Daud juga memiliki pengingat yang pahit, akan tetapi cedera yang dialaminya bersifat rohani dan bukan jasmani. Setelah kejatuhan moral Daud karena hubungan gelapnya dengan Batsyeba dan pembunuhan suami Batsyeba, Allah secara tegas menghajar Daud. Namun Daud kembali kepada-Nya dalam sikap pertobatan dan berdoa, “Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!” (Mzm. 51:10).

Hukuman Allah sedemikian keras sampai Daud merasa seakan-akan tulangnya dipatahkan. Namun ia percaya bahwa Allah yang berlimpah anugerah dapat memperbaiki kehancuran hidupnya sekaligus membangkitkan kembali sukacitanya. Dalam kegagalan dan dosa kita, betapa bahagianya kita ketika mengetahui bahwa Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia mau mencari dan memulihkan kita dengan hajaran-Nya yang penuh kasih. —WEC

Bapa, buka mataku untuk menyadari kejatuhanku, buka hatiku untuk
menerima hajaran-Mu, dan gerakkan kemauanku untuk menerima
maksud-Mu yang penuh kasih. Ketika jatuh, aku berdoa agar Engkau
memulihkan dan membangkitkan lagi sukacitaku di dalam-Mu.

Tangan Allah yang menghajar adalah tangan yang mengasihi.