Rachel memulai perjalanannya di bidang kaligrafi pada tahun 2015. Awalnya, ia tidak berpikir untuk serius menekuni bidang ini. Kaligrafi yang dibuatnya hanya untuk mengingat ayat Alkitab yang ia baca sendiri. Namun, seiring waktu, ia belajar bahwa seni kaligrafi ini bisa dipakai untuk menjadi berkat buat orang lain dan menjadi sarana untuknya mengembangkan talenta yang Tuhan beri.

Posts

Siapakah Itu?

Sabtu, 20 April 2019

Siapakah Itu?

Baca: 2 Samuel 12:1-14

12:1 TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.

12:2 Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi;

12:3 si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.

12:4 Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.”

12:5 Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: “Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.

12:6 Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.”

12:7 Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: “Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.

12:8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.

12:9 Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.

12:10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.

12:11 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.

12:12 Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.”

12:13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.

12:14 Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.”

Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan.” Dan Natan berkata kepada Daud: “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu.” —2 Samuel 12:13

Siapakah Itu?

Ketika seorang pria memasang kamera pengawas di luar rumahnya, ia memeriksa fitur video untuk memastikan sistemnya berfungsi dengan baik. Namun, ia kaget melihat sosok seorang laki-laki berdada bidang dan berbaju warna gelap berkeliaran di halaman rumahnya. Ia memperhatikan lebih jauh apa yang hendak dilakukan lelaki itu. Akan tetapi, ia merasa mengenal orang tersebut. Barulah ia tersadar bahwa yang diperhatikannya bukanlah video orang tak dikenal, melainkan rekaman dirinya sendiri!

Apa yang akan kita lihat jika kita bisa keluar dari tubuh kita dan mengamati diri kita sendiri dalam situasi tertentu? Ketika hati Daud mengeras dan ia memerlukan sudut pandang yang lain—suatu sudut pandang ilahi—tentang perselingkuhannya dengan Batsyeba, Allah mengirimkan Nabi Natan kepadanya (2Sam. 12).

Nabi Natan bercerita kepada Daud tentang seorang kaya yang merebut satu-satunya anak domba milik seorang miskin. Meskipun orang kaya tersebut mempunyai ternak yang banyak, ia menyembelih satu-satunya anak domba milik orang miskin tersebut dan membuatnya menjadi makanan. Ketika Natan mengungkapkan bahwa cerita tersebut menggambarkan apa yang Daud lakukan, Daud pun sadar ia telah mencelakakan Uria. Natan menjelaskan konsekuensi yang harus diterima Daud, tetapi yang lebih penting ia meyakinkan Daud, “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu” (ay.13).

Ketika Tuhan menyingkapkan dosa kita, tujuan utama-Nya bukanlah untuk menghukum, melainkan untuk memulihkan dan menolong kita agar berdamai dengan mereka yang telah kita sakiti. Pertobatan membuka jalan bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui kuasa pengampunan dan anugerah-Nya. —Jennifer Benson Schuldt

WAWASAN

Teguran nabi Natan atas perzinahan Daud, konspirasi pembunuhan, dan usaha untuk menutupinya yang tercatat dalam 2 Samuel 12 bisa saja dirahasiakan oleh para sejarawan Israel. Namun, catatan kejahatan Daud tetap ada dalam Alkitab kita sebagai bukti bahwa Alkitab dapat dipercaya, tidak menyembunyikan kegagalan moral para pahlawannya, sekaligus tetap meyakinkan kita bahwa Allah senantiasa siap mengampuni sekalipun konsekuensi dosa tetap ada. —Mart DeHaan

Dosa-dosa apa yang perlu Anda bawa hari ini kepada Tuhan dalam pertobatan? Bagaimana anugerah-Nya mendorong Anda untuk tulus datang kepada-Nya?

Tuhan, tolonglah aku untuk dapat memandang hidupku sebagaimana Engkau melihatnya agar aku makin mengalami indahnya anugerah-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 9–11; Lukas 15:11-32

Handlettering oleh Claudia Rachel

Berkat Pinjaman

Senin, 1 April 2019

Berkat Pinjaman

Baca: 1 Tawarikh 29:6-16

29:6 Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan untuk raja menyatakan kerelaannya.

29:7 Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi.

29:8 Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya kepada Yehiel, orang Gerson itu, untuk perbendaharaan rumah TUHAN.

29:9 Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita.

29:10 Lalu Daud memuji TUHAN di depan mata segenap jemaah itu. Berkatalah Daud: “Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.

29:11 Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.

29:12 Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.

29:13 Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu.

29:14 Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.

29:15 Sebab kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami; sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan.

29:16 Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya.

Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya. —Mazmur 24:1

Berkat Pinjaman

Saat kami menundukkan kepala untuk berdoa sebelum menikmati makan siang, teman saya Jeff berdoa: ”Bapa, terima kasih telah memberi kami kesempatan untuk menghirup udara-Mu dan menyantap makanan-Mu.” Saat itu Jeff baru saja mengalami masa-masa sulit karena kehilangan pekerjaan, sehingga saya sangat tersentuh oleh kepercayaannya yang penuh kepada Allah dan kesadaran bahwa semua hal adalah milik-Nya. Saya pun berpikir: Apakah saya sejujurnya mengerti bahwa hal-hal yang paling mendasar sekalipun, yang setiap hari hadir dalam hidup saya, sesungguhnya adalah milik Allah, dan Dia sekadar mengizinkan saya menggunakan semua itu?

Ketika Raja Daud menerima persembahan dari bangsa Israel untuk membangun Bait Suci di Yerusalem, ia berdoa, “Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.” Lalu ia menambahkan: “Punya-Mulah segala-galanya” (1Taw. 29:14,16).

Kitab Suci mengatakan bahwa “kekuatan untuk memperoleh kekayaan” dan mencari nafkah pun datangnya dari Dia (Ul. 8:18). Ketika memahami bahwa semua yang kita miliki hanyalah pinjaman, kita akan tergerak untuk mengendurkan pegangan kita terhadap harta dunia ini dan hidup dengan hati serta tangan terbuka—leluasa berbagi dengan sesama karena sangat bersyukur atas kebaikan yang diterima setiap hari.

Allah sangat bermurah hati—begitu besar kasih-Nya kepada kita sehingga Dia memberikan Anak-Nya sendiri “bagi kita semua” (RM. 8:32). Karena sudah menerima begitu banyak, kita patut mengucap syukur kepada-Nya untuk segala berkat, kecil maupun besar. —James Banks

WAWASAN

Doa Daud yang tercatat dalam 1 Tawarikh 29 menyatakan beberapa hal penting tentang Allah yang benar dan hidup. Daud memuji Allah karena kekekalan-Nya (ay.10), kemasyhuran dan keagungan-Nya (ay.11), kebijakan kerajaan-Nya (ay.12), juga karena Dia adalah sumber segala pemeliharaan (ay.14). Inilah hakikat Allah yang Daud puja serta yang menggerakkannya untuk mempersiapkan pembangunan bait Allah (pasal 28-29). —Bill Crowder

Berkat apa yang Tuhan pinjamkan hari ini yang dapat Anda syukuri kepada-Nya? Bagaimana Anda semakin terdorong untuk bersyukur kepada Allah saat menyadari bahwa semua pemberian yang baik berasal dari-Nya?

Apa pun yang kita miliki sesungguhnya adalah milik Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 13–15; Lukas 6:27-49

Handlettering oleh Claudia Rachel

Waktunya Tunduk kepada Allah

Hari ke-23 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Waktunya Tunduk kepada Allah

Baca: Yakobus 4:7-10

4:7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!

4:8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!

4:9 Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.

4:10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.

Waktunya Tunduk kepada Allah

Aku ingat sewaktu kecil aku senang mewarnai ayat-ayat dan perintah yang aku suka, bagian Alkitab yang enak didengar dan mudah untuk ditaati. Alkitabku bisa dibilang cukup bersih, karena ada banyak kebenaran yang tidak mudah aku terima dan terapkan, dan karenanya, aku memilih untuk mengabaikannya.

Lagipula, mengapa aku harus mengasihi sesamaku seperti diriku sendiri (Markus 12:31) jika aku bisa saja berfokus untuk mengasihi diriku sendiri? Mengapa aku harus lebih dahulu mengampuni (Matius 18:22) orang-orang di sekitarku saat orang-orang itu bersikap kejam kepadaku? Mengapa aku harus hidup dalam damai (Roma 12:18) jika aku bisa berdiri sendiri dan memilih siapa yang harus aku singkirkan?

Pergumulan yang sungguh tidak mudah.

Terus terang saja, tunduk kepada Allah—baik kepada firman-Nya atau pribadi-Nya—lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Dibutuhkan komitmen yang besar untuk menyingkirkan keegoan kita dan hak-hak yang menurut kita sudah selayaknya kita dapatkan, demikian pula untuk taat kepada Tuhan dengan kerendahan hati. Mengakui kedaulatan Tuhan dan percaya bahwa Dia tak pernah gagal, bukan sesuatu yang gampang diterapkan. Kita bisa merasa takut, apalagi saat menyadari bahwa mempercayai Tuhan itu berarti melepaskan kendali atas situasi yang sedang kita hadapi. Dunia dan daging kita secara konsisten terus menggoda kita dengan dusta, mengatakan bahwa akan lebih baik dan menyenangkan bila kita tetap mengendalikan situasi dan membuat keputusan-keputusan yang memuaskan keinginan dan harga diri kita yang egois.

Meski demikian, Yakobus mengajar kita untuk tunduk kepada Tuhan dengan kerendahan hati (ayat 7). Aku bersyukur bahwa Yakobus tidak sekadar meninggalkan kita dengan sebuah perintah tanpa banyak penjelasan tentang bagaimana menaati perintah itu. Yakobus di sini menyediakan kita langkah demi langkah prosesnya dan menyimpulkan semuanya dengan tema yang sama tentang ketaatan yang rendah hati dalam ayat 10.

Sebelumnya, Yakobus sudah menyoroti tentang konsekuensi persahabatan kita dengan dunia (Yakobus 4:4). Sekarang, ia mengingatkan kita bahwa penundukan diri yang ditunjukkan melalui ketaatan kita kepada Tuhan itu harus dilakukan dengan sengaja. Dibutuhkan perubahan total dalam hati—sebuah resolusi untuk mencintai Tuhan daripada dunia. Yakobus menantang kita untuk mengesampingkan keinginan kita, mempertimbangkan dan melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan.

Kita diberitahu untuk tunduk dengan dua pendekatan—dengan melawan iblis (ayat 7b), dan mendekat kepada Allah (ayat 8a). Melawan berarti menolak dengan kesadaran penuh, aktif dan terus-menerus. Kita seperti sedang berperang melawan iblis, menangkis setiap tuduhan dan dusta yang ia lemparkan, dan pada akhirnya menang melawan godaan.

Menjauh dari iblis, kita berbalik arah dan mendekat kepada Allah. Ini dapat dilakukan melalui doa dan membaca firman-Nya. Datang mendekat kepada Tuhan mengharuskan kita untuk menahirkan tangan kita dan menyucikan hati kita (ayat 8b). Kita harus melakukannya dengan fokus yang jelas dan tekad yang kuat—kita tidak lagi mengizinkan hati kita goyah dan kembali pada kondisi lama kita yang berdosa.

Semua tindakan ini menyimbolkan usaha luar dalam yang kita lakukan demi berdamai dengan Allah. Sebuah instruksi untuk membersihkan apa yang tidak tampak (pikiran kita) dan juga apa yang tampak (perbuatan) kita. Bahkan faktanya, diri kita yang berdosa itu begitu kotor dan menjijikkan di hadapan Tuhan sehingga kita diperintahkan untuk “Sadari kemalanganmu, berdukacita dan merataplah” (ayat 9). Sebab itu, memilih untuk datang kepada Tuhan dalam pengakuan dan pertobatan adalah tindakan yang berharga. Pada saat itulah pengudusan mulai terjadi.

Melakukan semua hal di atas mungkin terdengar sulit dan melelahkan, tetapi Yakobus melanjutkan suratnya untuk meyakinkan kita tentang hadiah yang akan kita terima. Saat kita mendekati Tuhan dengan tangan yang bersih dan hati yang sudah disucikan, kita tidak sekadar menerima pujian. Kita menerima hadiah terbesar—Tuhan sendiri—saat Dia datang mendekat kepada kita (ayat 8).

Secara pribadi, selalu mengarahkan mataku pada upah yang luar biasa ini menyemangatiku untuk datang kepada Tuhan setiap hari dalam ketaatan dan pertobatan saat aku memilih untuk menyerahkan kehidupanku kepada-Nya.

Kiranya hadiah terbesar itu menyemangati kamu juga. —Constance Goh, Singapura

Handlettering oleh Claudia Rachel
Photo Credit: Blake Wisz

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Adakah dosa atau kebiasaan tertentu yang sulit kamu hilangkan untuk menaati Tuhan?

2. Langkah-langkah nyata apa yang dapat kamu ambil untuk mendekat kepada Allah?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Constance Goh, Singapura | Constance adalah pembaca yang rajin dan juga seorang pecandu Milo. Jika dia tidak sedang membaca buku, dia mungkin sedang menonton drama Korea atau bermain gitar. Dia suka menemani anak-anak dan berharap bisa bekerja di bidang itu di masa depan. Sebagai seseorang yang percaya bahwa segala kesulitan di dunia ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang kelak didapat di surga, dia bangga dapat berjuang keras untuk Tuhan.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus

Mengenali Iman yang Sejati

Hari ke-15 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Mengenali Iman yang Sejati

Baca: Yakobus 2:18-26

2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”

2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?

2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?

2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.”

2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

2:25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?

2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Mengenali Iman yang Sejati

“Bagaimana bisa mereka berbuat begitu, padahal mereka adalah orang-orang Kristen! Seharusnya mereka tahu apa yang baik!”

Sudah tak terhitung banyaknya kisah yang pernah aku dengar tentang bagaimana orang-orang Kristen menyakiti sesamanya, membuat mereka kecewa, atau mengatakan hal-hal yang menyakitkan hati. Mungkin kamu pernah mendengar kisah serupa. Mungkin kamu bahkan pernah mengalaminya juga.

Meski banyak orang di dunia ini mungkin tidak mempercayai Tuhan, ada semacam ekspektasi yang tidak terucap bahwa orang-orang Kristen seharusnya memiliki standar perilaku yang lebih tinggi dibanding orang lain. Dunia berharap melihat kita hidup sesuai dengan iman kita. Ini adalah tuntutan yang wajar, karena seperti yang dikatakan Yakobus, tindakan kita sudah seharusnya menunjukkan kepada dunia bahwa kita memiliki iman yang mengubahkan hidup.

Sejalan dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan, kita harus mewujudnyatakan pengakuan kita itu melalui ketaatan kita kepada Tuhan. Dengan kata lain, hidup kita haruslah menghasilkan “buah yang baik” (Matius 7:16-21). Yakobus 2:18-26 menjelaskan bagaimana iman tanpa perbuatan adalah “mati” atau “tidak berguna”. Penulis kitab ini menyimpulkan bahwa bisa saja seseorang mengaku memiliki iman yang menyelamatkan, tetapi pada kenyataannya, ia sama sekali tidak beriman. Sekadar mengucapkan firman Tuhan tanpa tindakan nyata sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan, adalah kegiatan yang sia-sia. Yakobus memberitahu kita bahwa setan-setan pun percaya kepada Tuhan.

Jadi, bagaimana kita bisa tahu kita memiliki iman yang sejati?

Iman yang sejati itu lebih dari sekadar menerima dan memahami kebenaran—iman yang sejati melibatkan tindakan nyata.

Yakobus kemudian berbicara tentang bagaimana iman dan perbuatan itu tidak bisa dipisahkan, sama seperti yang dicontohkan oleh Abraham dan Rahab dalam hidup mereka. Perbuatan mereka menunjukkan bahwa iman itu sungguh ada dalam hidup mereka.

Secara ringkas bisa dikatakan bahwa iman itu menghasilkan buah yang baik. Persis seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 7, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18).

Makin lama aku mengikut Yesus, makin aku menyadari betapa luar biasanya Dia. Betapa Yesus memberikan hidup dan kemerdekaan. Jika aku ingin teman-temanku juga mengikut Yesus, aku harus “menunjukkan” Yesus kepada mereka melalui tindakan-tindakanku. Caraku hidup akan berbicara lebih kuat dibandingkan segala teori Kristen yang bisa kusampaikan. Kita semua adalah duta-duta Kristus. Sebab itu, biarlah hidup kita menunjukkan kemerdekaan dan kasih yang hanya bisa ditemukan dalam hubungan pribadi kita dengan Kristus. —Rachel Moreland, Amerika Serikat

Handlettering oleh Claudia Rachel
Photo credit: Ian Tan

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Apa yang dapat kamu lakukan minggu ini yang akan secara nyata menunjukkan imanmu dan menyatakan kasih Kristus?

2. Langkah-langkah apa yang dapat kamu ambil setiap hari untuk memperkuat imanmu?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Rachel Moreland, Amerika Serikat | Rachel adalah orang Amerika yang tinggal di Edinburgh, Skotlandia. Dia juga seorang penulis dan juga pemerhati media digital. Kamu dapat membaca lebih banyak karyanya tentang iman dan kesehatan mental di blognya, With Love from Rachel. Ketika Rachel tidak sedang menulis, kamu akan mendapati dia meluangkan sebagian besar waktunya untuk mencari secangkir kopi terbaik di kafe yang nyaman, merencanakan rencana perjalanan selanjutnya, dan menikmati hidupnya bersama suaminya, James.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus