Posts

Jurnal Doa

Oleh Meili Ainun, Jakarta

Doa ibarat nafas hidup bagi orang Kristen. Kalimat ini mungkin terdengar tidak asing di telinga kita, bahwa orang Kristen harus berdoa. Bahkan sejak kecil, pesan untuk berdoa sudah disampaikan, baik oleh orang tua maupun guru sekolah Minggu. Belum lagi para hamba Tuhan di gereja yang terus mengingatkan kita untuk berdoa.

Kita tahu berdoa itu penting, tetapi ada kalanya kita merasa jenuh untuk berdoa. Kita ingin berdoa, tapi kita bosan melakukannya. Salah satu sebabnya mungkin karena cara doa kita yang tidak pernah berubah. Kita selalu memakai cara yang sama sehingga berdoa hanyalah sebatas rutinitas saja.

Ada banyak cara berdoa yang bisa kita jelajahi, yang sudah dikenal dan mungkin paling sering kita lakukan adalah berdoa dengan berbicara langsung pada Tuhan. Kita memejamkan mata lalu mengucapkan doa dalam hati maupun bersuara. Cara lain adalah dengan menyanyikan doa seperti yang dilakukan para pemazmur, misalnya menaikkan lagu ‘Tuhan adalah Gembalaku’ dari Mazmur 23. Variasi cara lain adalah kita dapat bergabung dalam persekutuan doa sehingga kita dapat berdoa bersama teman-teman lain.

Nah, dari cara-cara itu, ada cara lain yang mungkin terdengar tidak biasa dan jarang dilakukan, yaitu menuliskan doa. Ada yang menyebut cara ini sebagai jurnal doa. Atau bisa juga disebut sebagai prayer diary, atau sebutan lainnya.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan jurnal doa itu?

Jika teman-teman pernah menuliskan jurnal harian, maka jurnal doa itu mirip-mirip kok. Biasanya dimulai dengan menulis tanggal lalu kita menulis isi doa kita.

Apa isi jurnal doa?

Isi jurnal doa boleh apa saja. Mulai dari mencurahkan perasaan yang sedang kita alami, permohonan kita, pengucapan syukur, memuji Tuhan, atau yang lainnya. Isi jurnal doa sama seperti ketika kita berdoa, hanya dituliskan saja. Misalnya:

12 Juli.

Tuhan yang baik (atau panggilan yang biasanya ditujukan kepada Tuhan)
Hari ini aku merasa sedih. Tadi pagi papa memarahiku karena aku terlambat bangun dari biasanya. Padahal hal itu disebabkan karena sepanjang malam aku harus menyelesaikan tugas kuliah. Tetapi papa tidak memberikan kesempatan bagiku untuk menjelaskannya. Tuhan, aku merasa kesal dan marah, sekaligus sedih. Tolong aku, Tuhan, untuk menjelaskan kepada papa apa yang terjadi. Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa. Amin.

Berapa panjangnya?

Tidak ada ketentuan khusus untuk panjangnya tulisan dalam jurnal doa. Jika kita ingin menulis sepanjang satu halaman karena mungkin pada hari itu ada banyak hal yang ingin kita sampaikan kepada Tuhan, maka dipersilakan saja. Tetapi ada kalanya kita tidak tahu harus bicara apa kepada Tuhan karena kondisi atau suasana hati yang tidak enak, maka menulis hanya satu kalimat pun tidak masalah. Misalnya:

13 Juli
Tuhan, aku merasa bingung dengan apa yang terjadi hari ini. Amin.

Apakah harus menulis setiap hari?

Tidak harus, karena jurnal doa hanyalah salah satu cara kita berdoa kepada Tuhan, maka kita diberi kebebasan untuk melakukannya. Hanya, semakin sering kita menulis maka kita akan semakin terbiasa.

Jika tidak bisa menulis, bagaimana?

Salah satu keunikan sekaligus kesulitan dalam jurnal doa memang ada dalam hal menulis. Bagi teman-teman yang tidak terbiasa menulis, mungkin menulis jurnal doa adalah cara yang sulit dilakukan. Tetapi cara ini boleh tetap dicoba, karena sebenarnya mengasyikkan.

Ketika kita menulis, kita melatih otak kita untuk berpikir lebih terstruktur dan sistematis. Berbeda dengan bicara yang biasanya berlangsung spontan, menulis membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir, atau juga merenung.

Apa manfaatnya menulis jurnal doa?

Di zaman ketika kita lebih terbiasa menyaksikan tayangan audio-video, menulis bisa jadi terkesan kuno dan ribet. Tetapi, menulis jurnal doa bisa memberikan beberapa manfaat buat kita, seperti mengatasi kejenuhan kita dalam berdoa sekaligus juga mengasah kemampuan menulis kita.

Doa-doa yang kita tulis menolong kita untuk tidak lupa akan pergumulan yang sedang kita hadapi hari itu. Kelak di masa depan, saat kita melihat kembali jurnal itu, iman kita akan dikuatkan karena kita melihat pertolongan dan jawaban Tuhan atas doa-doa yang kita naikkan.

Menulisnya di mana?

Kita bisa menulis di mana saja yang kita suka. Di buku tulis biasa, maupun buku tulis khusus, atau pada aplikasi note yang tersedia di gawai kita masing-masing. Kita bebas memilih media yang paling nyaman untuk kita masing-masing.

Jadi, mengapa kita tidak mencoba untuk menuliskan doa? Yuk, kita mencobanya. Siapa tahu cara ini dapat menambah keasyikan kita untuk berdoa, dan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan.

Baca Juga:

2 Hal yang Perlu Kita Pahami Saat Berdoa

Jika ada doa yang dijawab dan tidak, lantas, bagaimana isi doa yang berkenan kepada Tuhan sehingga kita dapat selalu bersukacita di dalam-Nya walaupun Dia tidak menjawab doa-doa kita?

Apa yang Terjadi Jika Kita Lupa Berdoa?

Oleh Daniel Ryan Day
Artikel asli dalam bahasa Inggris: What Happens When We Forget To Pray

Tahun lalu, aku melamar pekerjaan di perusahaan yang sangat aku sukai. Aku sangat bersemangat dan percaya diri bahwa aku orang yang kompeten untuk masuk di posisi itu. Selama dua tahun, aku telah bekerja paruh waktu untuk perusahaan ini. Oleh karenanya, ketika muncul lowongan untuk menjadi staf sepenuh waktu, aku pun langsung memasukkan aplikasi lamaranku. Aku suka perusahaan ini, orang-orangnya, juga pekerjaannya.

Aku pun berdoa, berdoa dan berdoa. Suatu hari, aku menerima panggilan telepon. Aku diminta untuk datang ke sesi wawancara! Waaah! Aku mempersiapkan diri dengan mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan diajukan. Aku berdoa. Aku mencatat. Dan, aku menanti.

Seiring dengan hari wawancara mendekat, aku mulai gugup. Perutku sakit, kakiku tidak bisa diam, dan jantungku berdebar-debar.

Hari wawancara pun tiba. Namun, aku malah terlambat bangun dan lupa berdoa. Pagi itu, aku sempat berpikir Tuhan mungkin tidak akan memberkati wawancaraku karena aku lupa meluangkan waktuku untuk-Nya.

Menilik kembali ke masa itu, aku memahami bahwa ternyata aku mempercayai beberapa mitos tentang doa. Kepercayaanku akan mitos-mitos itu menunjukkan bahwa aku salah dalam memahami Tuhan. Aku berharap aku dapat mengatasi hal ini, namun terkadang pemikiran palsu tentang bagaimana Tuhan bekerja berkecamuk di dalam pikiranku, terutama di saat ada sesuatu yang aku inginkan dan butuhkan.

Inilah 3 kesalahpahaman tentang Tuhan yang aku temukan dalam proses pergumulanku ini:

1. Jika aku tidak berdoa, Tuhan mungkin akan menghukumku

Ketika aku lupa meluangkan waktu untuk Tuhan, seketika itu juga aku merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Aku juga merasakan hal yang sama tatkala aku berbuat dosa. Seperti halnya di hari wawancaraku, aku berandai-andai jika Tuhan tidak memberkatiku karena aku terlambat bangun dan lupa berdoa.

Namun sejatinya, tidak ada doa yang terlupakan atau kegagalan yang dapat menghentikan-Nya untuk tetap menjadi Tuhan yang baik dan peduli kepada kita. Contoh yang paling baik dapat kita temukan pada Roma 5:8, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Ayat di atas tidak menyebutkan bahwa “Jika kita hidup lebih baik, maka Kristus akan mati untuk kita,” atau “Karena kita berdoa dan membaca Kitab Suci, maka Kristus mati untuk kita” melainkan “Kristus telah mati bagi kita ketika kita masih berdosa.”

Kenyataannya ialah: kebaikan kita tidak akan pernah cukup. Namun, tidak ada kesalahan yang bisa memisahkan kita dari cinta Tuhan. Jadi, jika kamu lupa untuk berdoa atau tersandung di saat kamu berjalan bersama-Nya, ingatlah bahwa itu tidak akan mengubah pandangan-Nya terhadap dirimu. Kita akan selalu bisa berbalik kepada-Nya dan menemukan bahwa Dia masih mencintai kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita.

2. Jika aku menggunakan kata-kata bagus dan banyak berdoa, maka Tuhan akan mendengarkanku

Sampai di hari wawancaraku, aku menghabiskan berjam-jam berdoa kepada Tuhan agar Ia mengabulkan keinginanku untuk bekerja di perusahaan yang aku impikan. Aku ingin terus mendaraskan keinginanku di hadapan-Nya. Aku merasa harus terus menerus mengingatkan-Nya akan permohonanku sehingga jika tiba saatnya, Ia akan melakukan kehendak-Nya.

Namun perlahan aku sadar, jika frekuensi doaku memengaruhi kehendak Tuhan, justru itu berarti Tuhan telah dimanipulasi oleh kehendakku. Itu pula yang dipikirkan oleh orang-orang dalam Perjanjian Baru! Seperti dalam Matius 6: 7-8, Yesus mengatakan, “Lagipula dalam doamu itu, janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.

Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan. “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Kita bisa berdoa kepada-Nya dan percaya bahwa Ia senantiasa mendengarkan kita—bukan karena kita banyak berdoa atau menggunakan kata-kata yang fasih, namun karena Ia sendiri mengenal, mengasihi dan tidak akan pernah melupakan kita.

3. Berdoa dapat membantuku untuk mendapatkan keinginan yang spesifik

Aku melakukan riset dan menghitung berapa banyak uang yang harus aku keluarkan. Aku membuat daftar pro dan kontra tentang tanggung jawab baru yang aku emban. Aku bisa melihat dengan jelas apa yang akan terjadi pada keluargaku. Aku bisa menguasai segala yang terjadi dalam hidupku.

Kenyataannya, semua hal di atas adalah salah besar! Ya, nyatanya aku sendiri tidak pernah tahu tentang apa yang terbaik bagi diriku. Namun sebaliknya, Tuhan selalu tahu. Jika melihat ke belakang, sebenarnya ini bukan kali pertama aku berdoa untuk mendapatkan pekerjaan. Beberapa tahun silam, aku memohon kepada-Nya untuk memberikanku pekerjaan di perusahaan lain yang menurutku bisa membantu perekonomian keluargaku. Namun, aku justru tidak mendapatkannya. Aku kecewa dan frustasi. Aku bahkan bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak menjawab doaku.

Sebenarnya tidak ada yang salah tatkala aku merencanakan apa yang terbaik bagiku. Namun semakin ke sini, aku belajar bahwa meskipun aku merencanakan segala sesuatunya, hanyalah Tuhan yang tahu dan bisa menuntun langkahku (Amsal 16: 9). Dalam kejadian ini, Tuhan menjawab tidak untuk pekerjaan pertamaku.

Bertolak ke setahun yang lalu, aku menyelesaikan wawancaraku dengan baik,padahal saat itu aku datang terlambat dan tidak sempat berdoa. Beberapa minggu kemudian, aku diterima untuk bekerja di perusahaan ini.

Melihat kebelakang, aku bersyukur tidak diterima di pekerjaan yang kupikir tepat buatku. Dalam beberapa aspek, pekerjaan yang kutekuni sekarang jauh lebih baik daripada pekerjaan yang dulu kudambakan, tapi butuh waktu sampai aku bisa melihat kebaikan ini. Tuhan tahu apa yang Dia sedang kerjakan. Tanggung jawab yang Tuhan percayakan padaku pada tahun-tahun sebelumnya menolongku untuk punya pengalaman yang bermanfaat bagi pekerjaanku sekarang.

Aku sangat bersyukur karena kasih sayang-Nya menuntun aku dan kamu. Ketika kita mengungkapkan kebutuhan kita, ketakutan, dan harapan kita kepada Bapa, Dia memberikan kita penghiburan dan jaminan bahwa segala sesuatu terjadi tidak lepas dari kendali tangan-Nya yang bijaksana.

Alih-alih memahami doa sebagai daftar kebutuhan atau cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita dapat berterima kasih pada Tuhan karena Dia telah mengundang kita untuk bersandar pada kebaikan-Nya. Doa adalah cara untuk kita tumbuh semakin dekat dengan Dia yang amat peduli pada kita. Dia yang tahu yang terbaik, dan Dia senantiasa dapat kita percaya. Tuhan melakukan segalanya demi kebaikan kita.

Baca Juga:

Berkat yang Kuterima dari Kegagalanku

Setiap tahun akan ada orang-orang yang gagal masuk PTN sepertiku. Gagal ini memilukan dan terasa getir. Namun, kawanku, ingatlah gagal bukanlah akhir kisah hidup kita.