Posts

Dua Kemenangan

Kamis, 7 November 2013

Dua Kemenangan

Baca: 2 Samuel 5:17-25

Bertanyalah Daud kepada TUHAN. —2 Samuel 5:19

Raja Daud berhadapan dengan musuh yang tidak lagi asing baginya. Bertahun-tahun sebelumnya, ketika masih menjadi seorang gembala muda, ia telah menghadapi Goliat, seorang prajurit gagah asal Filistin, dan berhasil membunuhnya dengan sebuah batu (1Sam. 17). Sekarang, ketika Daud menjadi raja Israel, pasukan Filistin datang kembali! Mereka mendengar bahwa Daud menjadi raja dan memutuskan untuk menyerangnya (2Sam. 5:17).

Apa yang pertama kali kita lakukan ketika masalah menghadang kita? Kita bisa panik. Kita bisa membuat rencana. Atau kita bisa mencontoh yang Daud lakukan, yakni berdoa. “Bertanyalah Daud kepada TUHAN” (ay.19), dan Allah pun memandunya.

Daud harus menghadapi dua pertempuran melawan bangsa Filistin—pertama di Baal-Perasim, dan berikutnya di Lembah Refaim. Alangkah baiknya Daud telah bertanya kepada Allah, karena masing-masing pertempuran itu membutuhkan strategi yang berbeda. Di pertempuran pertama, Allah memenanginya cukup dengan kuasa-Nya: “TUHAN telah menerobos musuhku,” kata Daud (ay.20). Pada pertempuran berikutnya, Allah memberi Daud suatu strategi, dan ketika Daud melakukannya, Israel pun berhasil memenangi pertempuran itu (ay.23-25).

Ada banyak tantangan yang harus kita hadapi setiap hari. Meski tidak ada satu jawaban yang pas untuk setiap masalah, tindakan pertama kita haruslah bertanya kepada Allah. Dengan pimpinan Allah, kita dapat mempercayai Dia. Baik kemenangan itu berasal dari campur tangan-Nya yang ajaib atau melalui tuntunan tangan-Nya, biarlah seluruh kemuliaan hanya bagi Allah. —JDB

Pertempuran tak berpihak pada yang kuat,
Perlombaan tak berpihak pada yang tangkas;
Tetapi pada mereka yang setia dan benar
Kemenangan dijanjikan melalui kasih karunia. —Crosby

Agar Anda dapat menghadapi setiap tantangan, sediakanlah waktu untuk bertelut dalam doa.

Jalan Hikmat

Kamis, 26 September 2013

Jalan Hikmat

Baca: Mazmur 38:2-16

Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku. —Mazmur 38:16

Albert Einstein pernah mengatakan, “Hanya ada dua hal yang kekal. Alam semesta adalah yang pertama. Yang kedua itu kebodohan manusia, dan saya tidak begitu yakin tentang yang pertama.” Sayangnya, memang seringkali kebodohan yang kita lakukan seakan tidak mengenal batas—demikian juga kerusakan yang dihasilkan oleh kebodohan kita dan keputusan-keputusan yang mendorong kita bertindak bodoh.

Di tengah masa penyesalan yang sedemikian dalam, Daud mencurahkan pergumulan dan keluh kesahnya kepada Allah dalam Mazmur 38. Sewaktu ia menuturkan kegagalan demi kegagalannya sendiri, disertai akibat-akibat menyakitkan yang harus ditanggungnya karena berbagai kegagalan itu, sang raja sekaligus gembala itu membuat komentar yang blak-blakan: “Luka-lukaku berbau busuk, bernanah oleh karena kebodohanku” (ay.6). Walaupun sang pemazmur tidak memberi kita penjelasan yang lebih rinci mengenai pilihan-pilihan buruk yang telah diambilnya atau luka-lukanya yang semakin membusuk, ada satu hal yang jelas—Daud menyadari bahwa kebodohan dirinyalah yang menjadi akar masalahnya.

Kebodohan yang begitu menghancurkan hidup itu dapat diatasi dengan cara menerima hikmat dari Allah. Amsal 9:10 mengingatkan kita, “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Hanya dengan mengizinkan Allah untuk mengubah diri kita, barulah kita dapat menanggulangi berbagai keputusan bodoh yang telah menjerumuskan kita ke dalam banyak kesulitan. Dengan tuntunan-Nya yang penuh kasih, kita dapat melangkah dalam jalan hikmat Allah. —WEC

Bapa yang terkasih, ampuniku karena berbagai sikap bodohku
yang seakan tak mengenal batas. Ajarku di dalam hikmat-Mu,
supaya hidupku bisa menyenangkan hati-Mu
dan menjadi berkat bagi orang di sekitarku.

Hikmat Allah diberikan kepada orang yang mau meminta-Nya dengan rendah hati.

Di Sepanjang Jam Ini

Senin, 9 September 2013

Di Sepanjang Jam Ini

Baca: Mazmur 25:1-11

Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. —Mazmur 25:5

Megahnya bunyi genta lonceng dari Lonceng Agung Westminster di London, yang populer dengan nama Big Ben, sudah dikenal banyak orang. Bahkan, sebagian dari kita mungkin memiliki jam lonceng di rumah yang mendentangkan bunyinya setiap jam seperti lonceng Big Ben tersebut. Menurut tradisi, ada anggapan bahwa nada lonceng ini diambil dari karya Handel yang berjudul Messiah. Dan lirik yang terukir dalam ruang lonceng Big Ben memiliki arti yang penting tentang waktu:

Di sepanjang jam ini
Jadilah penuntunku, ya Tuhan;
Dan dengan kuasa-Mu,
Takkan tergelincir langkahku.

Lirik ini menjadi pengingat yang tepat tentang kebutuhan kita untuk terus-menerus dibimbing oleh Allah. Raja Daud mengakui bahwa ia membutuhkan bimbingan Allah untuk sepanjang hari ketika ia menghadapi beragam tantangan hidup. Dalam Mazmur 25, ia berkata, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (ay.5). Karena kerinduannya untuk menjadi pengikut Allah yang bersedia diajar, Daud meminta bimbingan kepada Allah Penebusnya. Hati Daud sungguh rindu untuk menantikan Allah dengan iman yang bergantung kepada-Nya sepanjang hari.

Kiranya ini juga menjadi kerinduan hati kita. Kita sering memohon pertolongan Allah saat kita mengawali hari, tetapi berbagai gangguan yang saling bersaing dapat mengalihkan perhatian kita dari-Nya. Tuhan, ingatkan kami untuk berdoa “Di sepanjang jam ini, jadilah penuntunku, ya Tuhan.” —HDF

Takkan pernah ada satu hari atau masa
Yang tiap jamnya tidak dilimpahi oleh doa
Dan tak ada doa yang tak punya daya
Jika bersandar pada kuasa Allah yang tak terbatas. —Morton

Biarlah Kristus yang pertama Anda pikirkan di pagi hari, dan yang terakhir Anda pikirkan pada malam hari.