Posts

Perbuatan Baik

Selasa, 22 April 2014

Perbuatan Baik

Baca: Kisah Para Rasul 4:1-13

4:1 Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki.

4:2 Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.

4:3 Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.

4:4 Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki.

4:5 Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem

4:6 dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar.

4:7 Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: “Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?”

4:8 Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua,

4:9 jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan,

4:10 maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati–bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu.

4:11 Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan–yaitu kamu sendiri–,namun ia telah menjadi batu penjuru.

4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”

4:13 Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.

Dalam nama Yesus . . . , yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati— bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. —Kisah Para Rasul 4:10

Perbuatan Baik

Dalam perjalanan saya bersama beberapa teman, kami menjumpai satu keluarga yang mobilnya mogok di pinggir jalan. Teman-teman saya langsung menepikan kendaraan dan menolong keluarga itu. Mereka berhasil menghidupkan kembali mobil mogok itu, berbicara pada pasangan suami-istri dari keluarga itu, dan memberi keluarga itu sejumlah uang untuk membeli bensin. Ketika si istri mengucapkan terima kasih berulang kali, mereka menjawab, “Kami senang bisa membantu. Kami melakukannya dalam nama Yesus.” Ketika kami melanjutkan perjalanan, saya memikirkan betapa lugasnya teman-teman saya dalam membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan mengakui Tuhan sebagai sumber kebaikan hati mereka.

Petrus dan Yohanes menunjukkan kemurahan hati dan sukacita yang sama ketika mereka menyembuhkan seorang lumpuh yang meminta-minta di pintu gerbang bait Allah di Yerusalem (Kis. 3:1-10). Mereka berdua pun ditangkap dan disidang di hadapan para penguasa yang bertanya, “Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?” Lalu Petrus menjawab, “Jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit . . . maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati—bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu” (Kis. 4:7-10).

Kebaikan adalah bagian dari buah roh (Gal. 5:22), dan perbuatan baik memberikan kesempatan yang luar biasa bagi kita untuk berbicara tentang Tuhan dengan tulus kepada orang lain. —DCM

Tuhan, tolong aku untuk mengasihi dengan perkataan dan perbuatan,
Dengan menjangkau sesama dan memenuhi kebutuhan mereka;
Tuhan, kiranya hatiku terbeban bagi yang tersesat dalam dosa,
Melayani dengan belas kasihan dan kasih setulus hati. —Fitzhugh

Satu perbuatan baik mungkin lebih banyak mengajar tentang kasih Allah daripada ratusan khotbah.

I Believe

Pikiran, perasaan, dan tindakan kita dibentuk oleh apa yang kita yakini. Bagaimana keyakinanmu tentang kematian dan kebangkitan Kristus membentuk cara kamu menjalani hidup?

Bergabunglah dengan ribuan sobat muda lainnya untuk memasang gambar I BELIEVE [Aku Percaya] sebagai foto profil di jejaring media sosialmu, dan siap sedialah setiap saat untuk membagikan keyakinanmu kepada siapa saja yang membutuhkannya.

 

Jika kamu memiliki pengalaman menarik dalam membagikan imanmu selama memasang foto profil ini, bagikan dalam kolom berikut untuk menginspirasi sobat muda yang lain!

Saksi Yang Penuh Kasih

Senin, 24 Maret 2014

Saksi Yang Penuh Kasih

Baca: Kisah Para Rasul 1:1-11

1:1 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,

1:2 sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya.

1:3 Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

1:4 Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang — demikian kata-Nya — “telah kamu dengar dari pada-Ku.

1:5 Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”

1:6 Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”

1:7 Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.

1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

1:9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.

1:10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,

1:11 dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.”

Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. —Kisah Para Rasul 1:8

Saksi Yang Penuh Kasih

Bertahun-tahun lalu, saya pernah dirawat di rumah sakit setelah mengalami suatu kecelakaan yang nyaris merenggut jiwa. Saya terjatuh dari sebuah jembatan setinggi hampir 12 meter. Di rumah sakit, istri dari pasien yang terbaring di sebelah saya datang menjenguk dan berbicara dengan saya. “Suamiku baru saja menceritakan apa yang kau alami,” katanya. “Kami percaya Allah menyelamatkan hidupmu karena Dia ingin memakai dirimu. Kami selalu berdoa untukmu.”

Saya pun terpana. Selama ini saya rajin berbakti di gereja, tetapi tidak pernah terbayang oleh saya bahwa Allah ingin turut campur tangan dalam hidup saya. Perkataan wanita itu mengarahkan saya kepada Juruselamat yang selama ini hanya saya dengar tetapi tidak pernah saya kenal secara pribadi, dan itu mengawali perjalanan iman saya dalam Kristus. Saya mensyukuri peristiwa itu, karena lewat perkataannya, seorang saksi dengan penuh kasih dan peduli menyaksikan kasih Allah yang nyata pada seseorang yang belum dikenalnya. Kata-katanya mengandung kepedulian dan perhatian, serta memberikan tujuan dan janji yang bisa saya percayai.

Yesus menantang murid-murid-Nya—dan kita—untuk menyaksikan kasih Allah kepada orang lain: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).

Melalui Roh Kudus, perkataan dan kesaksian kita bisa mempengaruhi orang lain dan membawanya pada hidup yang kekal. —WEC

‘Ku suka menuturkan cerita mulia,
Cerita Tuhan Yesus dan cinta kasih-Nya.
‘Ku suka menuturkan cerita yang benar,
Penawar hati rindu, pelipur terbesar. —Hankey
(Kidung Jemaat, No. 427)

Perkataan yang penuh kasih bisa memberikan pengaruh yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan.

Siarkan Di Atas Bukit

Jumat, 21 Februari 2014

Siarkan Di Atas Bukit

Baca: Markus 3:1-15

3:1 Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya.

3:2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.

3:3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!”

3:4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja.

3:5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.

3:6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

3:7 Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea,

3:8 dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya.

3:9 Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya.

3:10 Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya.

3:11 Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.”

3:12 Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

3:13 Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya.

3:14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil

3:15 dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan.

Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. —Markus 3:13

Siarkan Di Atas Bukit

Saya terkesima membaca sebuah artikel di surat kabar nasional yang memuji sekelompok pemain snowboard (papan luncur salju) berusia remaja yang mengadakan kebaktian mingguan di suatu lereng ski di Colorado. Artikel oleh Kimberly Nicoletti dalam Summit Daily News itu menarik perhatian khalayak luas dengan kisah tentang para remaja yang suka bermain snowboard sambil bersaksi tentang Yesus yang telah mengubah kehidupan mereka. Para remaja itu didukung oleh suatu lembaga pelayanan pemuda yang memberikan pembekalan bagi usaha mereka menunjukkan kasih Allah.

Memang lebih mudah untuk melakukan segalanya sendiri daripada melatih orang lain untuk melakukannya. Namun Yesus mau mencurahkan hidup-Nya untuk dua belas orang murid yang akan dipakai-Nya untuk berkarya menjangkau dunia. Di tengah desakan dari orang-orang yang memohon untuk disembuhkan, Yesus naik ke atas sebuah bukit dan di sana “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus- Nya memberitakan Injil” (Mrk. 3:14).

Salah seorang pemain snowboard di Colorado menceritakan tentang pelatihan pemuridan yang dijalaninya: “Selama ini aku tak pernah bisa bergaul baik dengan keluarga atau teman-teman; aku selalu menjaga jarak dengan mereka. [Program ini] menunjukkan kasih Allah kepadaku dan membuka mataku untuk mau menjangkau jiwa-jiwa.”

Dengan mengalami kasih Yesus dan berada dalam persekutuan dengan-Nya dan para pengikut-Nya, kita akan menerima keberanian untuk bertindak dan berkata-kata dengan cara-cara yang memuliakan Tuhan kita. —DCM

Mari kita melangkah, sesuai panggilan Allah,
Ditebus oleh darah Yesus yang mahal;
Tunjukkan kasih-Nya, teladani hidup-Nya,
Kabarkan berita-Nya, bagikan rahmat-Nya. —Whittle

Bersaksi bukanlah pekerjaan yang harus dilakukan, melainkan sebuah kehidupan yang harus dijalani.

Ke Mana Saja Selama Ini?

Jumat, 24 Januari 2014

Kenapa Baru Sekarang?
Cerita & Ilustrasi komik strip oleh Heri Kurniawan

Baca: Roma 10:11-15

10:11 Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”

10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.

10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?

10:15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? —Roma 10:14

Ke Mana Saja Selama Ini?

Seorang misionaris bernama Egerton Ryerson Young pernah melayani suku Salteaux di Kanada pada dekade 1700-an. Sang kepala suku berterima kasih kepada Young yang telah membawa kabar baik tentang Kristus kepada mereka. Ia mengaku baru mendengar kabar itu untuk pertama kali sepanjang hidupnya yang sudah lanjut itu. Karena kepala suku ini tahu bahwa Allah adalah Bapa surgawi bagi Young, ia bertanya, “Apakah itu berarti Dia juga Bapaku?” Sang misionaris menjawab, “Ya,” dan orang banyak yang berkumpul di situ pun bersorak gembira.

Namun, kepala suku itu belum selesai berbicara. “Kalau begitu,” katanya, “aku tak bermaksud kasar, tetapi kelihatannya . . . terlalu lama bagimu untuk . . . memberitahukan hal yang indah itu kepada saudaramu yang tinggal di hutan seperti diriku.” Ucapan kepala suku tersebut tidak pernah terhapus dari benak Young.

Sering kali saya merasa frustrasi dengan lika-liku hidup saya ketika memikirkan orang-orang yang seandainya dapat saya jangkau. Namun Allah mengingatkan saya untuk melihat orang-orang di sekeliling saya, dan saya pun menemukan banyak di antara mereka yang belum pernah mendengar tentang Yesus. Pada saat itulah, saya diingatkan bahwa saya mempunyai sebuah kisah yang perlu dibagikan ke mana pun saya pergi. “Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan” (Rm. 10:12-13).

Ingatlah, yang kita bagikan bukanlah sembarang kisah, melainkan kisah terindah yang pernah diceritakan pada manusia. —RKK

‘Ku suka menuturkan
Sabda-Nya yang besar;
Dan yang belum percaya,
Supaya mendengar. —Hankey
(Kidung Jemaat, No. 427)

Berbagi kabar baik itu ibarat seorang pengemis memberitahukan pada pengemis lain di mana bisa mendapatkan roti.

Di Bumi Seperti Di Surga

Kamis, 9 Januari 2014

Di Bumi Seperti Di Surga

Baca: Lukas 24:44-53

24:44 Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.”

24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.

24:46 Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,

24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.

24:48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.

24:49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

24:50 Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka.

24:51 Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.

24:52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.

24:53 Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.

Kamu adalah saksi dari semuanya ini. . . . Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi. —Lukas 24:48-49

Di Bumi Seperti Di Surga

Kepercayaan berhala yang dianut oleh bangsa Romawi pada zaman Yesus mengajarkan bahwa tindakan para dewa di surga akan mempengaruhi kehidupan di bumi. Ketika Zeus marah, guntur pun menggelegar. “Apa yang terjadi di surga mempengaruhi bumi,” demikianlah ungkapan yang berlaku.

Namun Yesus terkadang membalikkan rumusan tersebut. Dia mengajarkan: apa yang terjadi di bumi mempengaruhi surga. Ketika seorang percaya berdoa, surga menanggapinya. Seorang pendosa bertobat, maka para malaikat bersukacita. Suatu pelayanan berhasil, Allah dimuliakan. Seorang percaya memberontak, maka Roh Kudus pun berduka.

Saya percaya akan hal-hal ini, tetapi acap kali melupakannya. Saya lupa bahwa doa-doa saya diperhatikan Allah. Saya lupa bahwa keputusan demi keputusan yang saya ambil hari ini akan membawa sukacita atau justru mendatangkan dukacita bagi Tuhan yang Mahakuasa. Saya lupa bahwa saya sedang menolong orang-orang di sekitar saya untuk melangkah menuju tujuan mereka yang kekal.

Kini kabar baik tentang kasih Allah yang dinyatakan Yesus pada dunia ini juga bisa kita nyatakan kepada orang lain. Itulah tantangan yang Dia berikan kepada murid-murid-Nya sebelum Dia kembali kepada Bapa-Nya (Mat. 28:18-20). Sebagai pengikut Yesus, diri kita merupakan perluasan dari kehadiran dan pelayanan-Nya. Itulah alasan Dia datang ke dunia. Sebelum Yesus pergi, Dia berpesan kepada para murid bahwa Dia akan mengutus Roh-Nya dari surga kepada mereka yang ada di bumi (Luk. 24:48). Dia tidak menelantarkan kita. Dia memenuhi kita dengan kuasa-Nya agar kita dapat menjangkau hidup sesama di bumi ini untuk mempengaruhi surga yang kekal. —PDY

Terima kasih, ya Bapaku,
T’lah memberi kami Putra-Mu,
Dan mengutus Roh Kudus-Mu,
Hingga purna karya-Mu di bumi ini. —Green

Engkau terangkat di hadapan kami, dan kami pun berduka, tetapi ternyata Engkau hadir dalam hati kami. —Augustine

Menjadi Saksi

Kamis, 10 Oktober 2013

Menjadi Saksi

Baca: Kisah Para Rasul 1:1-9

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku. —Kisah Para Rasul 1:8

Ketika saya masih remaja, saya pernah menyaksikan sebuah kecelakaan mobil. Pengalaman itu sendiri begitu mengejutkan, dan semakin diperburuk dengan apa yang harus saya jalani selanjutnya. Sebagai satu-satunya saksi atas kecelakaan itu, saya menghabiskan bulan-bulan berikutnya untuk berbicara dengan serentetan pengacara dan petugas asuransi tentang apa yang telah saya lihat. Saya tidak diminta untuk menjelaskan keadaan fisik dari mobil yang hancur atau rincian dari trauma medisnya. Saya diminta untuk hanya mengatakan apa yang telah saya saksikan.

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi saksi atas apa yang telah Yesus lakukan di dalam kita dan bagi kita. Untuk menuntun orang kepada Kristus, kita tidak perlu dapat menjelaskan setiap persoalan teologis atau menjawab setiap pertanyaan. Yang harus kita lakukan adalah menjelaskan apa yang telah kita saksikan di dalam hidup kita sendiri melalui salib dan kebangkitan Juruselamat kita. Luar biasanya lagi, kita tidak perlu bergantung kepada diri kita sendiri untuk melakukannya. Yesus berkata, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).

Ketika kita bergantung kepada kuasa Roh Kudus, kita dapat membawa orang-orang yang terluka di tengah dunia ini kepada Kristus yang sanggup menebus mereka. Dengan pertolongan-Nya, kita bisa bersaksi tentang kuasa kehadiran-Nya dalam diri kita yang sanggup mengubahkan hidup! —WEC

‘Ku suka menuturkan cerita mulia,
Cerita Tuhan Yesus dan cinta kasih-Nya
‘Ku suka menuturkan cerita yang benar,
Penawar hati rindu, pelipur terbesar. —Hankey
(Kidung Jemaat, No. 427)

Kesaksian kita merupakan pernyataan dari apa yang telah Allah perbuat bagi kita.

Tidak Berarti

Rabu, 25 September 2013

Tidak Berarti

Baca: Lukas 3:2-6,15-18

Datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. —Lukas 3:2

Kaum “penggerak dan pendobrak” adalah julukan bagi orang-orang yang berhasil meraih prestasi yang berpengaruh dan mencapai puncak kesuksesan. Dalam kitab Lukas pasal ke-3 disebutkan tujuh orang pemimpin penting yang berkuasa atas masyarakat pada zaman mereka hidup. Ada penguasa tertinggi Romawi bernama Kaisar Tiberius yang memegang kuasa atas hidup matinya setiap orang di dalam kekaisarannya yang terbentang luas. Ada Pontius Pilatus yang mewakili Romawi sebagai wali negeri Yudea; sedangkan Herodes, Filipus, dan Lisanias berkuasa atas rakyatnya pada tingkat regional. Hanas dan Kayafas menjabat sebagai imam besar dan mengemban wewenang keagamaan mereka dengan sungguh-sungguh.

Sementara para penguasa ini menunjukkan kekuatan politik mereka, “datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun” (ay.2). Adakah yang terlihat lebih tidak berarti dibandingkan sosok tak dikenal yang tinggal di gurun dan mendengarkan suara Allah ini? Apakah yang mungkin dapat dicapai oleh Yohanes Pembaptis dengan seruannya: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (ay.3). Namun banyak orang datang kepada Yohanes untuk mencari kebenaran dan berbalik dari dosa mereka. Mereka juga bertanya-tanya apakah Yohanes adalah Mesias (ay.7,15). Yohanes berkata kepada mereka, “Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang . . . . Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (ay.16).

Hidup Yohanes menolong kita untuk mengerti makna dari hidup yang berarti di mata Allah. Sama seperti Yohanes, kiranya segala yang kita katakan dan kerjakan menuntun orang lain kepada Yesus. —DCM

Tuhan, tolonglah kami untuk menyerahkan kepada-Mu segala hasrat
kami untuk memberikan pengaruh dan meraih sukses. Kiranya hati
kami selalu rindu untuk dipakai oleh-Mu untuk memperluas
kerajaan-Mu. Jadikanlah hidup kami sebagai saksi-Mu yang hidup.

Penyerahan diri kita kepada Allah membuka jalan bagi karya-Nya yang besar di dalam hidup kita.

Menerangi Malam Gelap

Minggu, 8 September 2013

Menerangi Malam Gelap

Baca: Daniel 12:1-3

Orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya. —Daniel 12:3

Pada satu malam yang sejuk di musim gugur ketika langit sudah gelap dan bulan bersinar penuh, ribuan orang di kota kelahiran saya berkumpul bersama di sepanjang tepi sungai untuk menyalakan lampion udara. Mereka melepaskan lampion-lampion udara itu kepada kegelapan malam dan terus menyaksikannya sementara lampion-lampion yang bercahaya itu membubung ke atas dan berpadu dengan cahaya bulan untuk menciptakan suatu pertunjukan mempesona yang mengubah langit gelap menjadi suatu karya seni yang gemerlap.

Waktu melihat rekaman lensa dari peristiwa itu, saya merasa kecewa karena saat itu saya sedang berada di luar kota dan tidak dapat melihat langsung kejadiannya. Namun beberapa hari kemudian saya menyadari bahwa apa yang terjadi di Grand Rapids dapat dipandang sebagai lambang dari suatu pertemuan yang saya hadiri di kota New York. Lebih dari 1.000 orang dari 100 kota di seluruh penjuru dunia datang berkumpul di sana untuk merancang suatu “karya seni”, yakni memikirkan cara-cara untuk menerangi kegelapan yang melingkupi kota mereka masing-masing melalui pendirian gereja dan penjangkauan kepada ribuan orang dengan Injil Kristus, Sang Terang dunia.

Nabi Daniel menulis tentang suatu masa ketika orang-orang yang telah menuntun sesamanya kepada Tuhan akan bersinar seperti bintang-bintang untuk selamanya (Dan. 12:3). Kita semua dapat ikut serta dalam peristiwa besar itu. Ketika kita memancarkan terang Kristus di tempat-tempat gelap di mana kita tinggal dan bekerja, Dia akan menerangi langit malam yang gelap dengan bintang-bintang yang tidak akan berhenti bersinar. —JAL

Aku ingin bersinar bagi-Mu di tengah duniaku, Tuhan. Tunjukkan
kepadaku bagaimana aku bisa meninggikan-Mu, Sang Terang dunia.
Aku menantikan harinya aku akan berkumpul bersama orang-orang
dari segala bangsa untuk bersujud di kaki-Mu dan menyembah-Mu.

Ketika Sang Terang dunia menyinari bumi, keindahan-Nya akan memikat orang dari segala bangsa.