Posts

Dengan Berhenti, Maka Kamu Bisa Berjalan

Oleh Bintang Lony Vera, Jakarta

Ai holan ho do sasude di ngolunghi
(Hanya kamu segalanya dalam hidupku)

Tung so hubaen hita marimba hasian
(Tidak ada perbedaan di antara kita)

Botoonmu ma sude na lao di ho
(Kau akan tahu semua dilakukan hanya untukmu)

Dang parduli au manang na songon diape ho
(Aku tidak peduli seperti apa dirimu, itulah cintaku)

Reff: Hupasahat ma tu ho ngolunghi, dang mangolu au molo soada ho
(Reff: Kuserahkan cintaku kepadamu, aku tak bisa hidup tanpamu)

Lirik di atas adalah sebuah lagu berbahasa Batak yang belakangan ini sering kudengar. Lagu itu dipopulerkan oleh Nirwana Trio dan telah kumasukkan ke dalam daftar putar lagu-lagu favoritku. Selain aku jadi bisa belajar bahasa Batak, suara yang lembut dipadu dengan iringan musik yang apik membuat lagu ini selalu enak didengar. Dan, liriknya juga mengusikku. Kukirimkan lagu ini kepada kekasihku kala itu. Menurutku, setiap kata-kata dalam baitnya mewakili perasaanku.

Tapi, di balik romantisnya kisah cinta seperti yang tertuang dari lirik lagu itu, aku menyadari kalau aku mengasihi dia (kekasihku) lebih daripada aku mengasihi siapapun. Hampir seluruh waktu kupakai untuk memikirkan dia dan juga relasi kami. Aku selalu semangat untuk membaca pesan dari dia, yang cuma bisa memberi kabar di waktu-waktu tertentu saja. Dia tinggal jauh dariku, dan kesehariannya di atas kapal membuatnya tidak selalu terhubung dengan akses internet. Ketika dia tidak sedang melaut, aku sering menyusun rencana tentang kami mau pergi ke mana dan mau melakukan apa.

Ketika kami dapat saling bertukar kabar, rasa senang memenuhi hatiku. Hingga tanpa kusadari, aku melupakan hal-hal dan orang-orang lain yang Tuhan telah berikan untukku jaga dan perhatikan. Tuhan menegurku, tapi aku bergeming. Aku amat mengasihi dia lebih dari siapapun, termasuk Tuhan sendiri. Tanpa kusadari, aku sedang menipu diriku sendiri saat aku mulai mengatur rencana pernikahan kami agar terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan. Padahal jauh di dasar hatiku, aku hanya ingin bersamanya. Aku hanya ingin menghabiskan waktu hidupku bersama dirinya.

Hingga tiba di bulan Februari lalu, Tuhan menjawab “tidak” atas doa kami agar hidup bersama.

Aku sangat kecewa karena kehilangan seseorang yang begitu aku kasihi. Kurang lebih empat tahun kami telah menjalin kasih dan berdoa kiranya Tuhan berkenan agar kami dapat sampai pada jenjang pernikahan.

Kandasnya relasi kami meninggalkanku dalam kondisi hancur hati. Aku sangat berduka.

Tetapi, syukur kepada Allah. Dalam momen duka pun, Dia bekerja. Bertepatan dengan perayaan ulang tahun Perkantas ke-50, aku membaca kalimat pada leaflet undangan ibadah yang dibagikan oleh pengurus divisi alumni: It is the stop that make you move.

Kalimat itu menohokku. Perpisahan yang terjadi mungkin jadi cara Tuhan untuk memulihkanku dari perasaan cinta dan kasih yang salah. Pesan itu juga membuatku menyadari bahwa Tuhan sedang meraih kami (terkhusus aku) untuk kembali pada-Nya. Tuhan tidak sedang mengoyak kami, tetapi Dia menjagai kami. Kisah cinta kami perlu berakhir untuk menolong aku yang terlalu mengasihinya, agar kami tetap dapat meneruskan perjalanan hidup–hidup yang memuji dan memuliakan Allah, di mana Dia sebagai pusat hidup dan satu-satunya Pribadi yang layak mendapatkan seluruh cinta kita.

Dalam bukunya yang berjudul Struggles, Craig Groeschel menulis:

“Mengapa mendahulukan orang lain atau hal lain daripada Allah itu salah? Jiwa kita diciptakan untuk mengenal Allah, mengasihi Dia, menyembah Dia, dan menjalani keidupan bersama Dia. Inilah pentingnya harus menjaga kasih dan jiwa kita serta mendahulukan-Nya. Kapan saja kita membiarkan jiwa kita terobsesi dengan apa saja selain Allah, kita takkan pernah puas. Jika Anda tahu obsesi Anda mengganggu hubungan-hubungan yang terpenting dengan sesama dan Allah, sudah saatnya bertindak. Allah tidak mau kita memiliki ilah yang lain, apapun bentuknya, di hadapan-Nya. Allah merindukan kita mengenal Dia, menikmati hadirat-Nya dan kebaikan-Nya, hidup dalam kasih-Nya”.

Ketika Dia mengizinkan relasi kami usai, aku mulai memahami bahwa ini adalah bentuk kasih-Nya kepadaku, kepada kami.

Seharusnya lirik lagu di awal tulisan ini adalah kata-kata dalam doaku yang kusampaikan kepada-Nya.

Seharusnya aku lebih mencintai Dia yang telah menganugerahkan cinta di antara kami.

Sekarang tidak ada lagi penyesalan. Aku merasa diberkati dengan relasi kami. Meskipun tidak sampai kepada pernikahan, tetapi sampai kepada pemahaman bahwa Dia sangat mencintai kami dan rindu agar kami pun mencintai diri-Nya.

Allah yang telah mempertemukan kami empat tahun yang lalu juga akan menolong kami dalam menempuh perjalanan kami masing-masing ke depan. Terpujilah Tuhan.

Baca Juga:

4 Langkah untuk Mendoakan Temanmu

Doa adalah disiplin rohani sepanjang waktu. Sangat penting untuk berdoa dalam komunitas, agar kita bisa saling mendukung satu sama lain sepanjang waktu.