Posts

Hati yang Berbelas Kasih

Senin, 3 April 2017

Hati yang Berbelas Kasih

Baca: Kolose 3:12-17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. —Kolose 3:12

Hati yang Berbelas Kasih

Kami bertujuh menghadiri pentas musik di sebuah taman hiburan yang ramai. Karena ingin duduk bersama, kami mencoba duduk dalam satu baris. Namun, saat kami mengatur posisi, seorang wanita bergegas dan duduk di tengah-tengah kami. Istri saya mengatakan kepadanya bahwa kami bertujuh ingin duduk dalam satu baris, tetapi wanita itu lekas berkata, “Kalian kalah cepat,” sembari tetap memaksa duduk dalam barisan tersebut dengan kedua temannya.

Ketika kami bertiga duduk sebaris di belakang barisan yang kami inginkan, istri saya, Sue, memperhatikan bahwa wanita tadi mengajak seorang dewasa yang tampaknya memiliki kebutuhan khusus. Sepertinya wanita itu berusaha menjaga agar mereka bertiga selalu bersama agar ia bisa memperhatikan temannya itu. Saat itu juga kekesalan kami sirna. Sue berkata, “Bayangkan betapa sulit keadaan yang dihadapinya di tengah keramaian seperti ini.” Memang wanita itu telah menanggapi Sue dengan sikap yang kasar. Namun, kami juga seharusnya merespons dengan rasa belas kasihan daripada dengan kemarahan.

Ke mana pun kita pergi, kita akan menjumpai orang-orang yang membutuhkan belas kasihan. Perkataan Rasul Paulus berikut ini dapat menolong kita untuk melihat siapa saja di sekitar kita dari sudut pandang yang berbeda, yakni memandang mereka sebagai orang-orang yang membutuhkan jamahan kasih Allah. “Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12). Ia juga meminta kita untuk saling bersabar dan mengampuni (ay.13).

Dengan menunjukkan belas kasihan, kita sedang mengarahkan orang-orang kepada satu Pribadi yang telah mencurahkan dari hati-Nya anugerah dan belas kasihan-Nya atas kita. —Dave Branon

Bapa, belas kasihan-Mu tak pernah berakhir. Kiranya kami mencerminkan hati-Mu dengan menunjukkan belas kasihan kepada sesama kami.

Kita berbelas kasihan ketika kita memahami pergumulan orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 19-21; Lukas 7:31-50

Berbuat Baik Kapan Saja

Selasa, 10 Januari 2017

Berbuat Baik Kapan Saja

Baca: Rut 2:8-13

2:8 Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: “Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerja perempuan.

2:9 Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu.”

2:10 Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?”

2:11 Boas menjawab: “Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal.

2:12 TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung.”

2:13 Kemudian berkatalah Rut: “Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan.”

“Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?” —Rut 2:10

Berbuat Baik Kapan Saja

Mungkin kamu pernah mendengar ungkapan “Lakukanlah perbuatan yang baik kapan saja dan perbuatan yang indah tanpa pikir panjang.” Ungkapan yang terdapat pada selembar tatakan piring dari suatu restoran di tahun 1982 itu diduga ditulis oleh Anne Herbert, seorang penulis asal Amerika. Ungkapan itu lalu dipopulerkan melalui berbagai karya film dan tulisan.

Kita mungkin bertanya, “Mengapa kita harus berbuat baik?” Bagi para pengikut Yesus Kristus, jawabannya jelas: untuk menunjukkan belas kasihan dan kebaikan Allah.

Dalam kisah Perjanjian Lama tentang Rut, seorang emigran dari Moab, kita melihat teladan dari prinsip tersebut. Rut adalah orang asing yang tinggal di suatu negeri yang bahasa dan budayanya tidak ia mengerti. Selain itu, ia sangat miskin dan bergantung penuh pada kemurahan hati dari orang-orang yang tidak terlalu memperhatikannya.

Namun demikian, ada seorang Israel bernama Boas yang menunjukkan belas kasihan kepada Rut dan menghibur hatinya (Rut 2:13). Ia mengizinkan Rut mengumpulkan jelai gandum di ladangnya. Boas tidak hanya berbelas kasihan, tetapi melalui tindakannya itu ia menunjukkan kepada Rut belas kasihan Allah, Pribadi yang dapat menjadi naungannya. Rut pun menjadi istri Boas, bagian dari keluarga Allah, dan nenek moyang dari Yesus Kristus, yang kelak akan membawa keselamatan bagi dunia (lihat Mat. 1:1-16).

Dampak dari satu kebaikan yang kita lakukan dalam nama Tuhan Yesus tidak akan dapat kita duga. —David Roper

Tuhan, apa yang Engkau mau kulakukan bagi sesamaku hari ini? Tuntunlah aku, dan kiranya orang itu dapat melihat Engkau lewat tindakanku.

Tidak perlu menunggu waktu yang baik untuk berbuat baik.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 25-26; Matius 8:1-17

Artikel Terkait:

5 Hal yang Menolongku Mengatasi Kebiasaan Menunda

Jolene adalah orang yang suka menunda. Ini adalah pergumulannya sejak lahir. Apakah kamu juga mempunyai pergumulan yang sama? Berikut ini ada lima strategi yang Jolene gunakan hingga saat ini untuk melawan kebiasaan menunda, semoga bisa menolongmu juga.

Bersikap Dingin

Jumat, 1 Juli 2016

Bersikap Dingin

Baca: Ayub 11:7-20

11:7 Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?

11:8 Tingginya seperti langit–apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati–apa yang dapat kauketahui?

11:9 Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.

11:10 Apabila Ia lewat, melakukan penangkapan, dan mengadakan pengadilan, siapa dapat menghalangi-Nya?

11:11 Karena Ia mengenal penipu dan melihat kejahatan tanpa mengamat-amatinya.

11:12 Jikalau orang dungu dapat mengerti, maka anak keledai liarpun dapat lahir sebagai manusia.

11:13 Jikalau engkau ini menyediakan hatimu, dan menadahkan tanganmu kepada-Nya;

11:14 jikalau engkau menjauhkan kejahatan dalam tanganmu, dan tidak membiarkan kecurangan ada dalam kemahmu,

11:15 maka sesungguhnya, engkau dapat mengangkat mukamu tanpa cela, dan engkau akan berdiri teguh dan tidak akan takut,

11:16 bahkan engkau akan melupakan kesusahanmu, hanya teringat kepadanya seperti kepada air yang telah mengalir lalu.

11:17 Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang dari pada siang hari, kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari.

11:18 Engkau akan merasa aman, sebab ada harapan, dan sesudah memeriksa kiri kanan, engkau akan pergi tidur dengan tenteram;

11:19 engkau akan berbaring tidur dengan tidak diganggu, dan banyak orang akan mengambil muka kepadamu.

11:20 Tetapi mata orang fasik akan menjadi rabun, mereka tidak dapat melarikan diri lagi; yang masih diharapkan mereka hanyalah menghembuskan nafas.”

Pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. —Ayub 12:13

Bersikap Dingin

Karena putus asa, seorang wanita menghubungi Pusat Layanan Perumahan tempat saya bekerja. Rusaknya alat pemanas ruangan di rumah kontrakannya membuat dirinya hampir membeku. Dengan panik, ia mengungkapkan kekhawatirannya atas keadaan anak-anaknya. Tanpa pikir panjang, saya menjawab sesuai prosedur resmi: “Pindah saja ke hotel dan kirimkan tagihannya kepada pemilik kontrakanmu.” Ia pun marah dan menutup teleponnya.

Saya tahu jawaban standar yang harus diberikan, tetapi saya gagal memahami isi hati wanita itu. Ia ingin ada seseorang yang memahami ketakutan dan keputusasaannya. Ia ingin merasa bahwa ia tidak sendirian. Saya menyesal telah bersikap dingin terhadapnya.

Setelah Ayub kehilangan segalanya, yang ia miliki hanyalah sahabat-sahabat yang pandai menjawab tetapi sempit pemahamannya. Zofar berkata bahwa yang perlu Ayub lakukan hanyalah hidup sungguh-sungguh bagi Allah, maka “kehidupan [Ayub] akan menjadi lebih cemerlang dari pada siang hari” (Ayb. 11:17). Ayub menolak nasihat itu dan merespons dengan sindiran pedas, “Bersama-sama kamu hikmat akan mati” (12:2). Ayub tahu bahwa masalah-masalah nyata seperti yang dihadapinya tidak cukup ditanggapi dengan jawaban-jawaban standar.

Mudah bagi kita untuk mengecam sahabat-sahabat Ayub karena mereka gagal melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Namun bukankah kita juga sering terlalu cepat memberi jawaban atas sesuatu yang tidak benar-benar kita pahami? Meskipun orang butuh jawaban, mereka lebih membutuhkan kesediaan kita untuk mendengarkan dan memahami mereka. Mereka butuh kepedulian kita. —Tim Gustafson

Bapa, tolong kami untuk bersikap sebagai sahabat sebelum memberikan nasihat kepada orang lain. Terima kasih untuk kesempatan berharga ketika kami dapat mencurahkan isi hati kami kepada-Mu dalam doa. Terima kasih untuk Roh Kudus yang Engkau utus sehingga kami takkan pernah sendirian.

Orang akan mendengar apa yang kita katakan jika mereka tahu kita peduli kepada mereka.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 20-21; Kisah Para Rasul 10:24-48

Artikel Terkait:

Persahabatan yang Tidak Terduga

Hubungan persahabatan yang coba dijalin oleh Christine sangat tidak terduga. Orang yang tidak pernah dia duga bisa cocok, justru kini menjadi sahabat baiknya. Tuhan selalu tahu yang lebih baik dari kita! Yuk, baca kesaksian lengkap dari Christine di dalam artikel ini.

Menemani

Selasa, 21 Juli 2015

Menemani

Baca: Mazmur 34:5-19

34:5 Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

34:6 Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

34:7 Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

34:8 Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.

34:9 Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

34:10 Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!

34:11 Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.

34:12 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!

34:13 Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?

34:14 Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;

34:15 jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!

34:16 Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;

34:17 wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi.

34:18 Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.

34:19 TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.

TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati. —Mazmur 34:19

Menemani

Sahabat saya sedang menghadapi sejumlah masalah berat dalam hidupnya dan keluarganya. Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan atau lakukan, dan saya mengungkapkan hal itu kepadanya. Ia menatap saya dan berkata, “Cukup temani aku.” Itulah yang saya lakukan, dan kemudian kami berbicara tentang kasih Allah.

Sering sekali kita tidak tahu bagaimana harus memberikan tanggapan ketika orang lain sedang berduka, sementara kata-kata kita mungkin lebih menyakiti daripada menghibur. Dalam melayani orang lain, kita perlu memahami mereka dan mengetahui apa yang mereka butuhkan. Sering kali kita dapat membantu dengan memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Namun salah satu cara terbaik untuk menguatkan mereka yang sedang menderita adalah dengan menemani mereka—dengan duduk di samping mereka dan mendengarkan.

Allah itu dekat kepada kita pada saat kita berseru kepada-Nya. “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya,” kata pemazmur. “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm. 34:18-19).

Dengan menempatkan diri kita pada keadaan orang lain dan membuka hati kita untuk merasakan belas kasihan, kita dapat menolong mereka yang terluka. Kita dapat menemani mereka seperti Allah menyertai kita dan duduk di samping mereka. Pada waktu yang tepat, Roh Kudus akan memberi kita kata-kata untuk diucapkan, apabila itu memang diperlukan. —Keila Ochoa

Siapa sajakah yang membutuhkan bantuanmu atau keberadaanmu untuk menemani mereka Minggu ini?

Cara terbaik untuk menguatkan orang lain mungkin cukup dengan menemani mereka.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 29–30; Kisah Para Rasul 23:1-15

Berjalan Perlahan

Selasa, 7 Juli 2015

Berjalan Perlahan

Baca: Ayub 16:1-5

16:1 Tetapi Ayub menjawab:

16:2 “Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!

16:3 Belum habiskah omong kosong itu? Apa yang merangsang engkau untuk menyanggah?

16:4 Akupun dapat berbicara seperti kamu, sekiranya kamu pada tempatku; aku akan menggubah kata-kata indah terhadap kamu, dan menggeleng-gelengkan kepala atas kamu.

16:5 Aku akan menguatkan hatimu dengan mulut, dan tidak menahan bibirku mengatakan belas kasihan.

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. —Yohanes 14:16

Berjalan Perlahan

Caleb, seorang anak berusia 5 tahun, menderita kelumpuhan sementara akibat suatu penyakit yang menyerang sistem saraf. Orangtuanya yang khawatir terus berdoa dan menunggu. Beberapa bulan kemudian, ketika Caleb mulai pulih dan diizinkan bersekolah lagi, ia hanya bisa berjalan dengan tertatih-tatih.

Suatu hari ayah Caleb mengunjunginya di sekolah. Ia melihat anaknya tertatih-tatih menuruni tangga menuju lapangan bermain. Lalu ia melihat Tyler, teman Caleb, berjalan di sampingnya. Sepanjang waktu istirahat, sementara yang lain berlari-larian, berkejaran, dan bermain, Tyler berjalan pelan-pelan mendampingi temannya yang rapuh itu.

Ayub pasti rindu sekali memiliki sahabat seperti Tyler. Namun, ia justru memiliki tiga sahabat yang sangat yakin bahwa ia berdosa. “Pernahkah orang yang tak bersalah ditimpa celaka?” tanya Elifas (Ayb. 4:7 BIS). Tuduhan seperti itu membuat Ayub berseru dengan pahit, “Penghibur sialan kamu semua!” (16:2).

Betapa berbedanya mereka dengan Yesus. Pada malam sebelum Yesus disalibkan, Dia mengambil waktu untuk menghibur murid-murid-Nya. Dia menjanjikan Roh Kudus yang akan menyertai mereka selama-lamanya (Yoh. 14:16), dan meyakinkan mereka, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (ay.18). Kemudian, tepat sebelum kembali kepada Bapa, Yesus berkata, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).

Dia yang mati bagi kita, kini juga berjalan menyertai kita, selangkah demi selangkah, dalam penderitaan yang kita alami. —Tim Gustafson

Bapa, kami cenderung berbicara terlalu banyak pada teman kami yang sedang terluka. Tolong kami berkata-kata dengan bijak. Ajar kami sabar untuk mendampingi mereka yang terluka, seperti Engkau telah sabar mendampingi kami.

Terkadang cara terbaik untuk menjadi seperti Yesus adalah dengan duduk diam bersama seorang sahabat yang sedang terluka.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 34–35; Kisah Para Rasul 15:1-21

Sang Tamu

Selasa, 10 Februari 2015

Sang Tamu

Baca: Matius 25:31-40

25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.

25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,

25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.

25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.

25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;

25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?

25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?

25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?

25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. —Matius 25:36

Sang Tamu

Seorang teman bertanya kepada seorang pria yang baru saja pensiun tentang apa saja yang dilakukannya sekarang setelah ia tidak lagi bekerja sepenuh waktu. “Saya menganggap diri saya sebagai seorang tamu,” jawab pria tersebut. “Saya pergi mengunjungi jemaat di gereja kami dan di komunitas kami yang terbaring di rumah sakit atau panti jompo, yang tinggal sendiri atau yang butuh seseorang untuk diajak berbicara dan berdoa bersama mereka. Saya sangat menikmati semua itu!” Teman saya sangat terkesan oleh kejelasan tujuan hidup yang dimiliki pria tersebut dan kepeduliannya kepada orang lain.

Beberapa hari sebelum Yesus disalibkan, Dia menceritakan sebuah kisah kepada para pengikut-Nya yang menekankan tentang pentingnya mengunjungi orang-orang yang membutuhkan. “Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: . . . ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat. 25:34,36). Saat ditanya, “Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?” Sang Raja akan menjawab mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (ay.39-40).

Pelayanan pelawatan yang kita lakukan memberi manfaat bagi dua pihak—orang yang dikunjungi dan Yesus sendiri. Sesungguhnya, kita sedang melayani Tuhan secara langsung ketika kita mengunjungi seseorang untuk memberikan bantuan dan penghiburan kepadanya.

Adakah yang akan terhibur oleh kunjunganmu hari ini? —DCM

Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk melihat sesamaku dengan mata-Mu.
Tunjukkanlah kepadaku cara untuk menunjukkan kasih-Mu pada
orang-orang di sekelilingku. Terima kasih untuk cinta kasih yang
Engkau berikan kepadaku sehingga dapat kuteruskan pada sesama.

Belas kasihan berarti memahami kesusahan sesama, ditambah kerinduan yang besar untuk membantu.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 8-10; Matius 25:31-46

Menjawab Seruan

Sabtu, 24 Januari 2015

Menjawab Seruan

Baca: Yesaya 30:15-22

30:15 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan,

30:16 kamu berkata: "Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat," maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula: "Kami mau mengendarai kuda tangkas," maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.

30:17 Seribu orang akan lari melihat ancaman satu orang, terhadap ancaman lima orang kamu akan lari, sampai kamu ditinggalkan seperti tonggak isyarat di atas puncak gunung dan seperti panji-panji di atas bukit.

30:18 Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!

30:19 Sungguh, hai bangsa di Sion yang diam di Yerusalem, engkau tidak akan terus menangis. Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab.

30:20 Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia,

30:21 dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri.

30:22 Engkau akan menganggap najis patung-patungmu yang disalut dengan perak atau yang dilapis dengan emas; engkau akan membuangnya seperti kain cemar sambil berkata kepadanya: "Keluar!"

TUHAN berbelaskasihan, dan segera menjawab kamu bila kamu berseru minta tolong kepada-Nya. —Yesaya 30:19 BIS

Menjawab Seruan

Ketika cucu-cucu saya masih kecil, putra saya membawa mereka untuk menyaksikan sandiwara The Lion King (Singa Sang Raja Rimba). Dalam salah satu adegan, Simba sang singa muda tengah berdiri di atas jasad ayahnya, Raja Mufasa, yang telah dibunuh oleh pamannya yang jahat. Karena ketakutan dan sendirian, si kecil Simba pun berseru, “Tolong, Tolong, Tolong!” Pada saat itu, cucu saya yang masih berusia 3 tahun berdiri dari bangkunya dalam gedung pertunjukan yang sunyi senyap itu dan berseru, “Mengapa tak ada yang menolongnya?”

Perjanjian Lama mengandung banyak catatan tentang umat Allah yang berseru meminta pertolongan. Meskipun masalah yang mereka alami sering kali disebabkan oleh ketidaktaatan mereka sendiri, Allah masih tetap bersedia memberi mereka pertolongan.

Dalam tugasnya, Nabi Yesaya harus menyampaikan banyak berita buruk. Akan tetapi, di antara banyaknya berita buruk itu, ia meyakinkan umat Israel bahwa “TUHAN menanti-nantikan saatnya untuk menunjukkan belas kasihan-Nya kepadamu, Ia siap sedia untuk mengasihani kamu. . . . TUHAN berbelaskasihan, dan segera menjawab kamu bila kamu berseru minta tolong kepada-Nya” (Yes. 30:18-19 BIS). Namun Allah sering mengharapkan umat-Nya sendiri untuk menjadi jawaban atas seruan minta tolong itu (lihat Yes. 58:10 BIS).

Hari ini, orang-orang di sekitar kita membutuhkan seseorang yang mau bertindak untuk menolong mereka. Kini kita mendapat kehormatan untuk menjadi perpanjangan tangan Allah dengan menanggapi seruan mereka yang meminta pertolongan. —JMS

Tuhan, ingatkan aku bahwa Engkau rindu menunjukkan belas kasihan
kepada mereka yang sedang membutuhkan. Engkau juga sering
memanggil kami untuk menjadi alat-Mu. Beriku kesempatan hari ini
untuk menunjukkan kasih-Mu kepada satu orang yang membutuhkan.

Tunjukkan kepedulian Allah melalui uluran tanganmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 9-11, Matius 15:21-39

Photo credit: Guilherme Yagui / Foter / CC BY

Api Dan Hujan

Jumat, 27 September 2013

Api Dan Hujan

Baca: Yesaya 16:1-5

Maka suatu takhta akan ditegakkan dalam kasih setia dan di atasnya, . . . akan duduk senantiasa seorang hakim yang menegakkan keadilan, dan yang segera melakukan kebenaran. —Yesaya 16:5

Ketika kebakaran hutan melanda ngarai-ngarai yang indah di dekat Colorado Springs, lautan api telah menghancurkan lingkungan hidup dari beragam jenis binatang liar dan juga ratusan rumah. Orang-orang di seluruh negeri berseru kepada Allah, memohon kepada-Nya supaya mengirimkan hujan untuk memadamkan api, mengakhiri kerusakan, dan memberi kelegaan kepada para pemadam kebakaran. Ada orang yang dalam doanya mencantumkan suatu persyaratan menarik. Mereka memohon agar Allah menunjukkan belas kasihan-Nya dan mengirim hujan tanpa petir, karena khawatir petir justru akan memicu kebakaran lebih besar.

Hal ini mengingatkan saya tentang hidup kita yang berada di antara hal-hal yang dapat menyelamatkan sekaligus membunuh kita. Kita menggunakan api untuk memasak dan menghangatkan tubuh kita, tetapi api juga dapat memusnahkan kita. Kita menggunakan air untuk menjaga tubuh agar tidak dehidrasi dan mendinginkan planet kita, tetapi air juga dapat menenggelamkan kita. Terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dari salah satunya dapat membahayakan hidup.

Kita melihat prinsip yang sama berlaku dalam hal rohani. Supaya dapat berkembang, peradaban manusia membutuhkan nilai-nilai belas kasihan dan keadilan yang kelihatannya bertentangan (Zak. 7:9). Yesus menegur orang-orang Farisi karena memegang hukum Taurat dengan ketat, tetapi melalaikan hal-hal “yang terpenting” (Mat. 23:23).

Kita mungkin lebih suka menuntut keadilan atau menaruh belas kasihan, tetapi Yesus menerapkan keduanya dalam keseimbangan sempurna (Yes. 16:5; 42:1-4). Kematian-Nya menggenapi tuntutan Allah akan keadilan dan kebutuhan kita akan belas kasihan. —JAL

Ya Bapa, terkadang karena kemauanku sendiri, aku mau menunjukkan
belas kasihan, tetapi di lain waktu hanya ingin mendapat keadilan.
Ajarlah aku menyeimbangkannya dengan meneladani sifat-Mu dan
berikan hikmat yang dibutuhkan dalam situasi-situasi yang kuhadapi.

Keadilan dan belas kasihan Allah sama-sama tergenapi di atas kayu salib.

Hidup Yang Kita Idamkan

Sabtu, 13 Juli 2013

Hidup Yang Kita Idamkan

Baca: Lukas 6:27-36

Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. —Lukas 6:31

Festival Buku Texas yang diadakan setiap tahun di Austin menarik perhatian ribuan orang yang suka melihat-lihat buku, menghadiri diskusi yang dipandu penulis ternama, dan mendengar nasihat penulis profesional. Dalam festival ini, seorang penulis buku fiksi untuk kaum dewasa muda menasihati para penulis pemula, “Tulislah buku yang Anda sendiri ingin baca.” Ini saran yang luar biasa, bukan saja bagi mereka yang hendak menulis, tetapi juga bagi kita dalam menjalani hidup. Apakah yang terjadi ketika kita bertekad untuk menjalani hidup dengan sikap yang kita inginkan dimiliki oleh orang lain juga?

Dalam Lukas 6:27-36, Yesus mendorong pengikut-Nya untuk memiliki cara hidup yang menunjukkan belas kasih Allah kepada semua orang: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat kepada orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (ay.27-28). Dia juga berkata bahwa reaksi kita terhadap perlakuan yang tidak adil haruslah diwarnai dengan kemurahan hati dan sikap yang menolak untuk membalas dendam (ay.29-30). Yesus menyimpulkan, “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (ay.31).

Mustahil? Memang, jika kita bergantung pada kekuatan dan tekad kita sendiri. Kekuatan itu harus datang dari Roh Kudus. Tekad itu muncul ketika kita mengingat bagaimana Allah memperlakukan kita: “Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (ay.35-36). Itulah hidup yang kita idamkan. —DCM

Di jalanku, ‘ku diiring,
oleh Yesus Tuhanku—
Apakah yang kurang lagi,
jika Dia panduku? —Crosby
(Kidung Jemaat, No. 408)

Kekristenan bukan saja Kristus hidup di dalam Anda, tetapi Kristus tampak nyata melalui hidup Anda.