Posts

Komik Kamu: Berjalan Bersama-Nya

Oleh: Hasprita Restia Mangunsong

Berjalan-Bersama-Nya

Semua yang ada dalam dunia ini tidaklah bertahan selamanya.
Orang-orang yang kita kasihi, harta benda yang kita miliki, bahkan napas kehidupan kita, kelak akan pergi meninggalkan kita. Tetapi ada satu Pribadi yang gak akan pernah pergi, terus ada bersama dengan kita sampai kapan pun. Allah yang menyatakan diri dalam Pribadi Kristus.

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya [Kristus] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
—Yohanes 1:12

Bapa kita di surga tidak akan pernah meninggalkan kita, bahkan sekalipun bapak atau ibu kita di dunia sudah meninggalkan kita. Dia tidak pernah menghilang. Kitalah yang seringkali hilang, dan yang seringkali meninggalkan Dia.

Saatnya kita BERJALAN BERSAMANYA

Papa yang Jahat (?)

Oleh: Sandra Cory Clarisa Tarigan

papa-yang-jahat

Entah kenapa perasaan gue takut banget sama papa. Setiap kali ketemu, hati gue ciut. Waktu pertemuan keluarga, papa memarahi gue di depan semua orang. Malu, sebel, rasanya mau ditelan bumi aja. Aaaaaa.

Gue inget ekspresi papa yang serem ketika menolak proposal gue tentang rencana setelah lulus. Kenapa papa jadi kejam dan menakutkan. Gak ada sedikitpun damai ketika papa ada di deket gue.

Kok jadi gini sih.

🙁 Takut. Banget.

Gue terbangun.

Inget tindakan papa di mimpi, hati gue menyela:

Papa gak mungkin kayak gitu, kan kamu kenal Papa.

Seketika, damai membanjiri jiwa. Lega, gue move on dari ketakutan palsu dan beranjak minum susu.

Iya, gue kenal Papa. Tiap hari gue berbicara dengannya.

Dan papa yang gue kenal adalah papa yang sangat baik. Papa selalu sedia telinga sekaligus sedia nasehat tiap kali gue bingung sama sesuatu. Di satu sisi, dia selalu mendengar pendapat gue, se-kontras apapun dengan apa yang beliau bilang. Tapi di sisi lain, dia juga mengusahakan segalanya yang mungkin dilakukan agar gue mengambil jalan yang benar, walau tetap menyerahkan pengambilan keputusan di gue. Real gentleman.

Seketika, ada suara dalam hati.
Tuh, kalau kamu kenal Bapamu di surga, kamu juga gak mungkin berprasangka buruk sama Dia.

Waw tepat banget menjawab kebandelan gue akhir-akhir ini.

Belakangan ini gue memang selalu mempertanyakan dan meragukan intervensi Tuhan dalam hidup gue. Intervensi yang membuat gue kehilangan zona nyaman gue. Sempat beberapa kali, gue mempertanyakan, “TUHAN maunya apa sih di hidupku? Arghk” (pertanyaan yang sok-sokan, syukurlah Tuhan gak langsung ngirim api nyembur dari langit untuk negur gue)

Gue sadar gue sudah berprasangka buruk ke Tuhan. Gue takut Tuhan lagi error atau salah ketika memutuskan sesuatu yang sangat berdampak pada masa depan gue. Gue takut Dia gak mikir matang waktu mutusin untuk nge-cut jalan yang sedang gue ambil.

Pagi ini, momen ketika gue bangun, minum susu, dan “mendengar jawaban” di hati adalah momen yang me-merdeka-kan.

Iya, gue kan kenal Tuhan, meski pengenalan itu gue sadari masih jauh dari sempurna.
Roma 8:28-29 mencatat, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya …”

Jelas bahwa Bapa di surga tahu apa yang terbaik untuk anak-anak-Nya. Dia akan melakukan segala hal yang perlu untuk kebaikan gue, yaitu untuk membuat hidup gue makin serupa dengan Dia. Namun, prasangka buruk dan ketakutan bisa mengaburkan fakta yang Tuhan nyatakan dalam Firman-Nya. Bahwa Dia baik, murah hati, dan berkuasa, tiba-tiba jadi sulit diyakini sepenuh hati ketika ketakutan dan kekhawatiran mendominasi.

Gue tersadar bahwa se-nyata apapun perasaan gue saat bangun dari tidur (takut, serem, dll), tetap bisa dikalahkan oleh logika dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman hidup bersama papa. Papa jahat dalam mimpi gue itu bukan kebenaran! Fakta tentang siapa papa yang gue tahu selama inilah yang benar.

Begitu juga, walaupun gue punya semua alasan untuk meragukan kebaikan Tuhan,
perasaan itu bisa diatasi oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman hidup gue bersama Dia. Tuhan yang bisa salah dalam bayangan gue itu bukan kebenaran! Fakta tentang siapa Bapa di surga sebagaimana yang dinyatakan dalam Firman-Nya, itulah yang benar.

Tuhan tidak sedang bermain-main dengan hidup dan masa depan gue.

Semakin gue mengenal Tuhan, semakin gue bisa bebas dari ketakutan-ketakutan yang tidak perlu. Dan pengenalan gue itu sendiri tumbuh ketika gue makin sering bersama Dia, memperhatikan firman-Nya, berbicara dengan-Nya dalam doa.

Gimana dengan kamu? Seberapa banyak pengenalanmu akan Bapa di surga memengaruhi cara kamu menjalani hidup?

Terima kasih Tuhan,
Engkau punya banyak cara untuk membawaku kembali pada cara pikir yang benar,
sehingga aku juga bisa mengambil tindakan dan keputusan yang benar.