Memperbarui Resolusi Setiap Hari
Oleh: Melody Tjan
Mungkin kamu pernah mendengar ungkapan, “Keledai saja tidak akan jatuh pada lubang yang sama.” Pada dasarnya ungkapan ini hendak mendorong kita untuk belajar dari kesalahan, jangan sampai mengulang kebodohan yang sama. Tapi, jujur saja, bukankah sering kita mendapati diri kita mengulangi kegagalan yang serupa dengan tahun-tahun sebelumnya?
Aku teringat duduk di dalam kelompok kecil setiap tahun baru tiba, menuliskan resolusi kami dalam berbagai bidang kehidupan. Kami menuliskan harapan yang indah dan tekad yang hebat, seperti:
“Aku ingin memperbaiki HPdT dengan menata lagi waktu teduhku secara teratur.”
“Aku mau olahraga tiap hari untuk menjaga tubuh yang Tuhan berikan tetap sehat.”
“Aku akan menabung lebih banyak dan mengurangi belanja.”
“Aku bertekad membaca seluruh Alkitab selama tahun ini.”
“Aku mau membagikan Kristus di lingkungan tempat tinggalku.”
“Aku ingin bertumbuh menjadi orang yang lebih sabar dan penuh kasih.”
“Aku tidak akan menunda-nunda pekerjaan.”
“Aku ingin lebih cepat mendengarkan dan lebih lambat untuk bicara atau marah-marah.”
Lalu, dalam beberapa minggu berikutnya, kami akan nyengir sambil membagikan perjuangan kami menjalankan resolusi masing-masing. Kami punya banyak alasan pemaaf yang baik. Urusan keluarga yang banyak. Tidak punya cukup waktu. Terlalu banyak beban kerja. Hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi tanpa diduga. Kami menghadapi orang-orang yang sulit. Tiap kali kami bertemu, kami punya banyak alasan baru. Entah bagaimana, semangat tahun baru kami menguap dengan cepat seiring dengan mulai datangnya berbagai tugas dan masalah baru. Tanpa diminta, tidak ada lagi yang membicarakan soal resolusi tahun baru dalam pertemuan-pertemuan sesudahnya. Setidaknya sampai tahun baru kembali tiba, dan pemimpin kami membagikan lagi lembar resolusi tahun baru untuk diisi.
Aku tidak tahu apa yang menjadi pengalamanmu. Tetapi kandasnya resolusi-resolusi yang pernah aku buat (dan gagalnya lebih dari sekali), sangat mudah menyurutkan semangatku pribadi. Aku tahu aku seharusnya berusaha hidup serupa Kristus, menjadi teladan bagi sesama, tetapi faktanya, aku sangat mudah menyimpang, sangat mudah jatuh. Menyedihkan sekali! Selama beberapa tahun kemudian aku menyerah, berhenti membuat resolusi. Untuk apa membuat rencana-rencana hebat jika sudah jelas nanti akan gagal juga? Kita hidup dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa, tidak ada yang sempurna. Jadi, tak perlulah berpikir panjang, nikmati saja apa yang ada di depanmu.
Tapi, Tuhan baik! Firman-Nya mengingatkan kita bahwa kegagalan tak seharusnya menghalangi kita membuat resolusi untuk melakukan apa yang baik, apa yang dapat menolong kita untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani. Rasul Paulus yang punya hasrat besar untuk mengenal Kristus lebih dalam dan melayani-Nya secara total pun mendapati dirinya pernah gagal. Ia telah mengajar orang untuk bersukacita di dalam Tuhan, beriman kepada-Nya, dan menghidupi panggilan-Nya. Namun, ia mengakui bahwa itu tidak berarti ia sendiri sudah sempurna dalam semua itu (Flp. 3:12). Tempatkan diri kita pada posisi Paulus. Resolusi yang ia buat untuk mengikuti Kristus telah menggantikan reputasinya yang hebat dengan deraan cambuk dan borgol di penjara (bandingkan Flp.3:4-7). Belum lagi ia harus menghadapi rasa iri dan permusuhan dari orang-orang yang seharusnya menolongnya sebagai saudara-saudara seiman (Flp.1:15). Sangat bisa dimaklumi jika Paulus memilih untuk menyerah dan menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Tetapi, sepertinya Paulus membuat resolusi baru setiap hari karena ia bertekad untuk: “melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.” (Flp.3:13). Paulus mengarahkan pandangannya pada sukacita besar yang telah disediakan Allah dalam anugerah-Nya di masa yang akan datang: “[Aku] .. berlari-lari pada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Paulus tidak membiarkan kegagalan melumpuhkan semangatnya. Ia terus berlari maju karena ia yakin bahwa tujuan-tujuan Allah dalam dirinya pasti akan digenapi. Tuhan akan menyediakan anugerah yang cukup untuk setiap hari yang ia jalani!
Apa pun situasi yang kita hadapi, mari memperbarui komitmen kita (atau buatlah sebuah komitmen baru) di hadapan Tuhan. Tuliskan. Tempelkan di tempat yang mudah dilihat tiap hari. Bila perlu, tambahkan catatan kecil seperti yang kudapatkan dari seorang pendeta berikut: “Jika aku gagal, aku tidak akan berkubang dalam keputusasaan. Aku akan menyemangati diriku dalam kasih karunia Allah, bertobat, dan memulai lagi.” Mari menjadi orang-orang Kristen yang bersemangat tahun ini! Bersemangat mengejar keserupaan dengan Kristus sepanjang 365 hari ke depan. Kita mungkin pernah gagal di babak sebelumnya. Namun, jangan biarkan kegagalan melumpuhkan kita. Ambil waktu untuk membuat resolusi baru dan arahkan pandangan kita pada anugerah Allah, pada upah besar yang telah disediakan-Nya bagi setiap orang yang setia hingga akhir!