Posts

Yang Terbaik Masih akan Dijelang

Senin, 1 Agustus 2016

Yang Terbaik Masih akan Dijelang

Baca: Ulangan 34:1-12

34:1 Kemudian naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu: daerah Gilead sampai ke kota Dan,

34:2 seluruh Naftali, tanah Efraim dan Manasye, seluruh tanah Yehuda sampai laut sebelah barat,

34:3 Tanah Negeb dan lembah Yordan, lembah Yerikho, kota pohon korma itu, sampai Zoar.

34:4 Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana.”

34:5 Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN.

34:6 Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.

34:7 Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang.

34:8 Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu.

34:9 Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

34:10 Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel,

34:11 dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya,

34:12 dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel.

Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. —Ulangan 33:27

Yang Terbaik Masih akan Dijelang

Apakah masa-masa terbaik dalam hidupmu sudah terjadi di masa lalu atau baru akan kamu jelang di masa depan? Cara pandang kita terhadap kehidupan—dan jawaban atas pertanyaan tadi—dapat berubah seiring waktu. Semasa muda, kita melihat ke masa depan dan ingin segera tumbuh dewasa. Setelah kita dewasa dan bertambah tua, kita merindukan masa lalu dan ingin menjadi muda lagi. Namun saat kita berjalan bersama Allah, berapa pun usia kita, masa-masa terbaik itu masih akan kita jelang!

Dalam masa hidupnya yang panjang, Musa menyaksikan hal-hal menakjubkan yang Allah lakukan, dan banyak dari hal menakjubkan itu terjadi ketika ia tidak lagi berusia muda. Musa berumur 80 tahun ketika menghadap Firaun dan melihat bagaimana Allah secara ajaib membebaskan umat-Nya dari perbudakan (Kel. 3-13). Musa menyaksikan terbelahnya Laut Merah, melihat manna yang turun dari langit, dan bahkan berbicara kepada Allah dengan “berhadapan muka” (14:21; 16:4; 33:11).

Sepanjang hidupnya, Musa menjalani hidup dengan berharap penuh dan menantikan karya-karya Allah selanjutnya (Ibr. 11:24-27). Ia berusia 120 tahun pada tahun terakhir hidupnya, dan bahkan pada usia itu ia memahami bahwa hidupnya bersama Allah baru saja dimulai dan bahwa kebesaran dan kasih Allah tidak akan pernah berakhir di hidupnya.

Berapa pun usia kita, “Allah yang abadi adalah tempat perlindungan [kita], dan di bawah [kita] ada lengan-lengan yang kekal” (Ul. 33:27). Dengan lengan-lengan-Nya, Dia senantiasa membawa kita menikmati sukacita-Nya setiap hari. —James Banks

Ya Tuhan Allahku, aku memuji Engkau atas segala perbuatan-Mu di masa lalu. Aku menantikan dengan penuh ucapan syukur atas semua yang akan Engkau lakukan di masa depan. Aku bersyukur atas hari ini dan semua berkat-Mu.

Ketika kita berjalan bersama Allah, masa-masa terbaik masih akan kita jelang.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 57-59; Roma 4

Artikel Terkait:

Enam Tahun Bersama (dan Terus) Berserah Kepada Tuhan

Enam tahun setelah menerima Kristus, wajar saja orang berharap Edna Ho telah bertumbuh pesat dalam imannya. Kenyataannya ia belum sampai pada titik tersebut. Bertumbuh serupa Kristus adalah perjuangan seumur hidup. Bagaimana kisah selengkapnya? Baca kesaksiannya di dalam artikel ini.

Bebas dari Rasa Takut

Sabtu, 23 Juli 2016

Bebas dari Rasa Takut

Baca: Mazmur 34:2-12

34:2 Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.

34:3 Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

34:4 Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!

34:5 Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

34:6 Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

34:7 Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

34:8 Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.

34:9 Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

34:10 Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!

34:11 Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.

34:12 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!

Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. —Mazmur 34:5

Bebas dari Rasa Takut

Ketakutan diam-diam menyelinap ke dalam hati saya. Saya dibuatnya tidak berdaya dan putus asa. Rasa takut merenggut kedamaian dan konsentrasi saya. Apa yang saya takutkan? Saya mengkhawatirkan keselamatan keluarga saya atau kesehatan orang-orang yang saya kasihi. Saya dibuat panik ketika kehilangan pekerjaan atau hubungan keluarga yang rusak. Ketakutan membuat saya melihat diri sendiri dan merasakan bahwa adakalanya hati saya sulit untuk beriman.

Ketika ketakutan dan kekhawatiran seperti itu melanda, alangkah baiknya membaca doa Daud dalam Mazmur 34: “Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” (ay.5). Bagaimana cara Allah melepaskan kita dari segala kegentaran kita? Firman Tuhan berkata, “Tujukanlah pandangan [kita] kepada-Nya” (ay.6). Ketika pandangan kita terfokus kepada-Nya, ketakutan kita pun memudar, dan kita percaya bahwa Dia memegang kendali. Kemudian Daud menyebutkan sejenis ketakutan yang berbeda—bukan ketakutan yang melumpuhkan, melainkan yang membangkitkan rasa hormat dan kekaguman mendalam kepada Pribadi yang mengelilingi dan meluputkan kita (ay.8). Kita dapat berlindung kepada Tuhan karena Dia itu baik (ay.9).

Mengagumi kebaikan Allah akan menolong kita untuk memandang ketakutan kita dengan benar. Ketika kita mengingat siapakah Allah dan betapa besar kasih-Nya kepada kita, kita dapat merasa tenang di dalam damai sejahtera-Nya. Daud menyimpulkan, “Sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!” (ay.10). Alangkah indahnya mengalami bahwa dalam takut akan Tuhan, kita dapat dibebaskan dari segala ketakutan kita. —Keila Ochoa

Tuhan, aku menyadari segala kekhawatiran dan ketakutanku, dan aku menyerahkan semuanya ke dalam tangan-Mu. Beriku kedamaian saat aku menghadapi hari ini.

Mintalah kepada Allah untuk membebaskanmu dari rasa takut.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 33-34; Kisah Para Rasul 24

Artikel Terkait:

Skripsi dan Iman

Bagi para mahasiswa tingkat akhir, skripsi biasanya menjadi momok. Akan tetapi, siapa sangka skripsi justru membuat iman bertumbuh? Yuk baca kesaksian Teresia selengkapnya di dalam artikel ini.

Jalan di Tempat

Selasa, 19 Juli 2016

Jalan di Tempat

Baca: Mazmur 25:1-15

25:1 Dari Daud. Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku;

25:2 Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku.

25:3 Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya.

25:4 Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.

25:5 Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.

25:6 Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala.

25:7 Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN.

25:8 TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.

25:9 Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.

25:10 Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.

25:11 Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu.

25:12 Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.

25:13 Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.

25:14 TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.

25:15 Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring.

Semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu. —Mazmur 25:3

Jalan di Tempat

Aba-aba dalam militer, “Jalan di tempat, grak!” mempunyai arti berjalan di tempat tanpa bergerak maju. Sikap itu menandakan suatu posisi jeda yang aktif dalam gerakan terarah ke depan sambil tetap bersiaga dan menantikan aba-aba selanjutnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah jalan di tempat memiliki arti “bergerak tanpa kemajuan, tidak beranjak ke mana pun, tidak melakukan sesuatu yang berguna selagi menunggu”. Di dalamnya terkandung arti suatu penantian yang pasif dan sia-sia.

Namun sebaliknya, kata menantikan di dalam Alkitab sering berarti “menunggu dengan kerinduan yang besar, berpengharapan, dan berharap-harap”. Ketika menghadapi situasi-situasi yang sulit, pemazmur menulis: “Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku. Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu” (Mzm. 25:2-3).

Sering kali ada hal-hal yang mau tidak mau harus kita nantikan—hasil pemeriksaan kesehatan, hasil wawancara pekerjaan, kembalinya orang yang kita kasihi. Meski demikian, kita dapat memilih bagaimana bersikap dalam penantian itu. Daripada menyerah pada ketakutan dan sikap tidak peduli, kita dapat terus “berjalan di tempat”, sambil aktif memohon kekuatan dan panduan dari Allah setiap hari.

“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (ay. 4-5). —David McCasland

Tuhan, berilah aku karunia untuk menjalani masa-masa jeda dalam hidupku, sambil bersiap siaga untuk mengikuti perintah-Mu selanjutnya.

Menantikan Allah menuntut kepercayaan aktif kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23-25; Kisah Para Rasul 21:18-40

Artikel Terkait:

Jangan Remehkan Kemajuan Kecil

Kita sering mendambakan perubahan besar terjadi dalam hidup kita, namun seringkali perubahan besar baru dapat terwujud ketika kita bergerak selangkah demi selangkah melakukan perubahan kecil. Yuk baca kesaksian J-Wood tentang penyertaan Tuhan dalam hidupnya melalui setiap kemajuan kecil setiap hari.

Jalan yang Mudah?

Selasa, 12 Juli 2016

Jalan yang Mudah?

Baca: Keluaran 13:17-22

13:17 Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: “Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.”

13:18 Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.

13:19 Musa membawa tulang-tulang Yusuf, sebab tadinya Yusuf telah menyuruh anak-anak Israel bersumpah dengan sungguh-sungguh: “Allah tentu akan mengindahkan kamu, maka kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini.”

13:20 Demikianlah mereka berangkat dari Sukot dan berkemah di Etam, di tepi padang gurun.

13:21 TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.

13:22 Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.

Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat. —Keluaran 13:17

Jalan yang Mudah?

Jalan kehidupan sering kali terasa sulit. Jika kita mengharapkan Allah akan selalu memberi kita jalan yang mudah, mungkin kita akan tergoda untuk berpaling dari-Nya ketika keadaannya berubah menjadi sulit.

Jika kamu pernah terpikir untuk berpaling dari Allah, cobalah membayangkan tentang bangsa Israel. Setelah terbebas dari perbudakan ratusan tahun di Mesir, mereka mulai berangkat menuju Tanah Perjanjian. Namun Allah tidak langsung membawa mereka ke sana. Dia “tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat” (Kel. 13:17). Allah justru mengarahkan mereka ke jalan yang sulit melalui gurun pasir. Memang, untuk jangka pendek, rute itu membuat mereka terhindar dari perang (ay.17). Namun ternyata, untuk jangka panjang, Allah mempunyai maksud yang lebih besar.

Allah menggunakan masa pengembaraan di gurun pasir itu untuk mengajar dan mendewasakan umat yang telah Dia panggil untuk mengikuti-Nya. Jalan yang mudah akan menjerumuskan bangsa Israel pada bencana, tetapi jalan yang sulit menyiapkan mereka untuk berhasil masuk ke dalam Tanah Perjanjian.

Allah kita adalah Allah yang setia, sehingga apa pun yang kita hadapi, kita dapat mempercayai-Nya untuk memimpin dan memelihara kita. Kita mungkin tidak memahami mengapa kita dibawa menempuh jalan yang kita lalui sekarang, tetapi kita dapat percaya bahwa Dia menolong kita bertumbuh dalam iman dan kedewasaan di sepanjang perjalanan ini. —Dave Branon

Tuhan, kami tak bisa melihat jalan di depan kami, jadi kami harus percaya bahwa itulah jalan yang benar dan terbaik untuk kami tempuh. Kuatkan dan ajarlah kami saat mengizinkan-Mu mengarahkan jalan kami.

Waktu Allah selalu tepat, karena itu nantikanlah Dia dengan sabar.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 4-6; Kisah Para Rasul 17:16-34

Artikel Terkait:

5 Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Mulai Bekerja

Meski usaha Yong Xin terbilang sangat gigih untuk mencari pekerjaan yang tepat, namun tidak kunjung juga menerima berita baik. Selama masa menanti pekerjaan itu, Yong Xin belajar 5 hal yang menolongnya mempersiapkan hati memasuki dunia kerja.

Tempat Berpijak yang Kukuh

Sabtu, 25 Juni 2016

Tempat Berpijak yang Kukuh

Baca: Mazmur 40:2-6

40:2 Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.

40:3 Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku,

40:4 Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.

40:5 Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!

40:6 Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.

Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku. —Mazmur 40:3

Tempat Berpijak yang Kukuh

Daerah tepian sungai yang bersejarah di Savannah, Georgia, Amerika Serikat, ditutupi oleh batu-batu yang tidak sama besar. Penduduk setempat mengatakan bahwa berabad-abad lalu, batu-batu tersebut digunakan sebagai pemberat bagi kapal-kapal yang bersejarah di Savannah, Georgia, menyeberangi Samudera Atlantik. Setelah kargo selesai dimuat di Georgia, batu-batu pemberat itu tidak lagi dibutuhkan dan kemudian digunakan untuk melapisi jalan-jalan di dekat dermaga. Batu-batu tersebut telah menyelesaikan tugas utamanya, yaitu menstabilkan kapal yang sedang melewati perairan yang berbahaya.

Hari-hari yang kita jalani dapat terasa seperti mengarungi lautan yang bergelora. Bagaikan kapal di masa lalu, kita membutuhkan kestabilan untuk membantu kita berjalan melewati segala badai kehidupan. Daud juga menghadapi bahaya dalam hidupnya, dan ia memuji karakter Allah yang memberikannya kestabilan setelah masamasa berat yang telah dilaluinya. Daud menyerukan, “Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku” (Mzm. 40:3). Hidup Daud diwarnai dengan beragam konflik, kegagalan diri, dan perselisihan dalam keluarga, tetapi Allah telah memberinya tempat berpijak yang kukuh. Maka Daud pun melantunkan nyanyian “untuk memuji Allah” (ay.4).

Saat kesulitan datang, kita juga dapat memandang Allah kita yang Mahakuasa, karena hanya Dia yang bisa memberikan kestabilan. Pemeliharaan-Nya yang setia menggugah kita untuk berseru bersama Daud, “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya Tuhan, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami” (ay.6). —Bill Crowder

Tiada lain landasanku, hanyalah pada darah-Mu; Tiada lain harapanku, ‘ku bersandarkan nama-Mu. Kristuslah Batu Karangku, di atas Dia ‘ku teguh; Landasan lain hancur luluh. —Edward Mote [Nyanyikanlah Kidung Baru, No.120]

Ketika dunia di sekitar kita runtuh, Kristuslah Batu Karang yang teguh, tempat kita berpijak.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 3-4; Kisah Para Rasul 7:44-60

Artikel Terkait:

Berusaha Menjadi Seorang yang Hebat

Apakah kamu bercita-cita menjadi seorang yang hebat, namun hingga hari ini merasa belum ada hal yg bisa kamu banggakan dari hidupmu? Seorang teman dari Beijing juga mempunyai pengalaman serupa. Yuk baca kisah lengkapnya di dalam artikel ini.

Kehadiran-Nya yang Penuh Kasih

Jumat, 24 Juni 2016

Kehadiran-Nya yang Penuh Kasih

Baca: Ibrani 13:1-6

13:1 Peliharalah kasih persaudaraan!

13:2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.

13:3 Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini.

13:4 Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.

13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”

Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. —Ibrani 13:5

Kehadiran-Nya yang Penuh Kasih

Kami sangat sedih ketika mengetahui bahwa teman dekat kami, Cindy, didiagnosa mengidap penyakit kanker. Sebagai pribadi yang sangat bersemangat, hidup Cindy telah memberkati siapa saja yang bertemu dengannya. Saya dan istri senang sekali ketika ia ketika mengetahui bahwa teman dekat kami, sempat dinyatakan bebas kanker, tetapi beberapa bulan kemudian kankernya muncul lagi dalam kondisi yang lebih ganas. Kami sempat berpikir bahwa ia masih terlalu muda untuk meninggal dunia. Suaminya menceritakan kepada saya tentang waktu-waktu terakhir sebelum Cindy dipanggil Tuhan. Dalam keadaannya yang lemah dan sulit bicara, Cindy sempat berbisik kepada suaminya, “Tetaplah di dekatku.” Yang Cindy inginkan melebihi apa pun dalam masa-masa kekelaman tersebut adalah kehadiran suaminya yang penuh kasih.

Penulis kitab Ibrani menghibur para pembacanya dengan mengutip Ulangan 31:6, di mana Allah mengatakan kepada umat-Nya: “Aku sekalikali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr. 13:5). Di masa-masa paling kelam dalam hidup kita, jaminan kehadiran-Nya yang penuh kasih memberi kita keyakinan bahwa kita tidak sendiri. Dia memberi kita anugerah untuk bertahan, hikmat untuk menyadari bahwa Dia terus berkarya, dan jaminan bahwa Kristus “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” (Ibr. 4:15).

Marilah kita sama-sama mengalami berkat dari kehadiran-Nya yang penuh kasih, sehingga dengan yakin kita dapat berkata, “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut” (Ibr. 13:6). —Joe Stowell

Tuhan, terima kasih karena Engkau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku. Kiranya realitas kehadiran-Mu yang selalu menopangku terus membuat hatiku dipenuhi penghiburan, keyakinan, dan keberanian.

Kehadiran Allah mendatangkan damai sejahtera.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 1-2; Kisah Para Rasul 7:22-43

Artikel Terkait:

Mazmur di Tengah Meja Operasi

Adakah Mazmur yang memiliki arti istimewa bagimu? Mazmur 103 punya tempat khusus di hati Basar. Mazmur itu mengingatkannya akan siapa Pribadi yang ia imani di tengah situasi yang serba tak menentu. Temukan kisah lengkapnya di dalam artikel ini.

Hoo-ah!

Senin, 20 Juni 2016

Hoo-ah!

Baca: Mazmur 68:8-11, 20-21

68:8 Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, Sela

68:9 bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel.

68:10 Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang,

68:11 sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah.

68:20 Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela

68:21 Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.

Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela. —Mazmur 68:20

Hoo-ah!

Seruan “hoo-ah” merupakan geraman yang disuarakan oleh para tentara Angkatan Darat Amerika Serikat ketika mereka menyatakan persetujuan bersama. Asal-usulnya tidak diketahui dengan jelas, tetapi konon ucapan itu diambil dari singkatan lama HUA—Heard, Understood, and Acknowledged (Dengar, Paham, dan Terima). Pertama kalinya saya mendengar kata itu adalah saat mengikuti pelatihan dasar militer.

Bertahun-tahun kemudian, kata itu kembali saya dengar ketika menghadiri pertemuan kelompok pemahaman Alkitab setiap Rabu pagi dengan beberapa rekan pria. Suatu pagi, salah seorang pria yang merupakan mantan anggota Divisi Lintas Udara ke-82 sedang membaca salah satu pasal dalam kitab Mazmur dan menjumpai kata sela yang terdapat di sepanjang kitab itu. Alih-alih membaca kata “sela” tersebut, ia justru menyerukan hoo-ah. Sejak saat itu, hoo-ah menjadi pengganti dari setiap kata sela yang kami temukan.

Tidak ada yang tahu pasti arti kata sela. Ada yang berpendapat bahwa itu hanyalah notasi musik. Kata sela sering muncul setelah suatu pernyataan kebenaran yang menuntut tanggapan tegas dan sungguh-sungguh. Karena itulah, bagi saya, ungkapan hoo-ah sangat tepat.

Pagi ini saya membaca Mazmur 68:20: “Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela.

Bayangkan! Setiap pagi Allah memikul kita di atas bahu-Nya dan menanggung kita sepanjang hari itu. Dialah keselamatan kita. Karena kita aman dan terjamin di dalam Dia, tiada lagi alasan untuk takut atau khawatir. “Hoo-ah!” —David Roper

Kekuatan serta penghiburan, diberikan Tuhan padaku. Tiap hari aku dibimbing-Nya, tiap jam dihibur hatiku. —Lina Sandell Berg [Kidung Jemaat, No. 332]

Ibadah berarti memberikan yang terbaik kepada Allah dengan apa yang sudah Dia berikan kepadamu. —Oswald Chambers

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1-2; Kisah Para Rasul 5:1-21

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

Ditolong Oleh Firman

Pikiran yang terlalu penuh dengan keluhan dan sakit hati membuat Helen Maria jadi tidak bisa melihat kebaikan Tuhan dan kesempatan-kesempatan yang Dia sediakan. Helen kecewa kepada Tuhan. Bagaimana Tuhan menolong Helen melewati masa-masa sulit ini? Baca cerita lengkapnya di dalam artikel ini.

Kalah atau Menang?

Sabtu, 18 Juni 2016

Kalah atau Menang?

Baca: 1 Yohanes 5:1-13

5:1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.

5:2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.

5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

5:4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

5:5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

5:6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

5:8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.

5:9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:10 Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

5:12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.

5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. —1 Yohanes 5:4

Kalah atau Menang?

Setiap tahun pada tanggal 18 Juni di Belgia diadakan peringatan atas pertempuran besar Waterloo. Pada 18 Juni 1815, tentara Prancis yang dipimpin Napoleon ditaklukkan oleh kekuatan sekutu yang dipimpin oleh Duke of Wellington. Sejak saat itu, ungkapan “mengalami momen Waterloo” mempunyai arti “dikalahkan oleh seseorang yang lebih kuat atau ditumbangkan oleh masalah yang terlalu sulit”.

Demikan juga dengan kehidupan rohani kita. Ada orang-orang yang merasa bahwa kegagalan total tidak mungkin dihindari dan setiap orang, cepat atau lambat, pasti akan “mengalami momen Waterloo”. Namun Yohanes menolak pandangan pesimis itu ketika ia menulis kepada para pengikut Yesus: “Semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1Yoh 5:4).

Yohanes menjalin tema kemenangan rohani itu di sepanjang suratnya yang pertama, di mana ia mendorong kita untuk tidak mengasihi segala sesuatu yang ada di dunia ini dan yang akan segera lenyap (2:15-17). Sebaliknya, kita harus mengasihi dan melakukan kehendak Allah, “dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal” (2:25).

Meskipun adakalanya kita mengalami pasang-surut dalam hidup ini, bahkan mungkin sesekali tumbang dan kalah, yakinlah bahwa kemenangan mutlak akan kita raih dalam Kristus ketika kita mengandalkan kuasa-Nya. —David McCasland

Tuhan Yesus, kemenangan-Mu yang mutlak atas dunia yang berdosa ini sudah terjamin, dan Engkau meminta kami untuk mengalami kemenangan itusetiap hari. Oleh anugerah-Mu, mampukanlah kami untuk mengalahkan dunia lewat iman dan ketaatan kami kepada-Mu.

Untuk mengatasi masalah, percayalah kepada Allah saat kamu melaluinya.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 10-11; Kisah Para Rasul 4:1-22

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

Kegagalan yang Membawaku Kembali Kepada Tuhan

Habis sudah impian Chronika Febrianti untuk diliput sebagai orang sukses. Optimisme yang tadinya membakar semangatnya kini berganti dengan rasa ingin menyerah. Adakah pelajaran yang bisa diambil dari kegagalannya ini? Bagaimana dia bisa bangkit kembali?

Mengikuti Petunjuk

Kamis, 16 Juni 2016

Mengikuti Petunjuk

Baca: Hakim-Hakim 2:7-19

2:7 Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel.

2:8 Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun;

2:9 ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat-Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.

2:10 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.

2:11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.

2:12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.

2:13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.

2:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka.

2:15 Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak.

2:16 Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu.

2:17 Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN; mereka melakukan yang tidak patut.

2:18 Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.

2:19 Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.

Setiap kali apabila Tuhan membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka Tuhan menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh. —Hakim-Hakim 2:18

Mengikuti Petunjuk

Dalam keluarga kami, buku petunjuk produk telah menjadi sumber frustasi bagi saya dan olok-olok bagi keluarga saya. Ketika saya dan Cheryl baru menikah, usaha saya untuk melakukan perbaikan-perbaikan kecil di rumah selalu berakhir berantakan. Saya pernah mencoba untuk memperbaiki pancuran air, tetapi yang terjadi adalah air terus mengucur dan mengaliri dinding. Kegagalan saya berlanjut setelah kami mempunyai anak—salah satunya ketika saya coba meyakinkan Cheryl bahwa saya tidak butuh petunjuk untuk merakit mainan anak yang saya anggap sederhana. Salah besar!

Perlahan-lahan, saya pun jera dan mulai mengikuti petunjuk yang diberikan dengan saksama, dan segala sesuatu pun berjalan semestinya. Sayangnya, semakin sering saya berhasil, semakin saya merasa percaya diri, hingga kemudian saya kembali mengabaikan petunjuk yang ada. Hasilnya dapat diramalkan: semua jadi berantakan!

Bangsa Israel kuno bergumul dengan kecenderungan yang sama: mereka melupakan Allah dan mengabaikan perintah-Nya yang melarang mereka menyembah Baal serta allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka (Hak. 2:12). Tindakan mereka mendatangkan bencana, hingga Allah berbelaskasihan dan membangkitkan hakim-hakim untuk menyelamatkan bangsa itu dan membawa mereka kembali kepada-Nya (Hak. 2:18).

Ada maksud Allah atas semua perintah yang diberikan-Nya kepada kita agar kita tetap mengasihi-Nya. Hanya dengan menyadari kasih dan kehadiran-Nya setiap hari, kita akan sanggup melawan godaan untuk menjalani hidup kita menurut kehendak kita sendiri. Alangkah luar biasanya karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita melalui firman-Nya dan hadirat-Nya! —Randy Kilgore

Tuhan, jagalah aku agar tetap dekat pada-Mu hari ini. Ingatkan aku bahwa Engkau selalu hadir lewat firman-Mu, dalam doa, dan pimpinan Roh Kudus.

Kita mempunyai hak teristimewa untuk menikmati hadirat Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 4-6; Kisah Para Rasul 2:22-47

Artikel Terkait:

Haruskah Kita Mengikuti Kata Hati?

Banyak orang menasihati Kezia untuk mengikuti kata hati agar bahagia. Ia pun melakukannya. Namun, kenyataannya, kata hati justru membawanya menuju jurang kehancuran. Ia mulai bertanya, benarkah kata hati dapat dipercaya?